Bubur Suro, Ungkapan Syukur Sambut Tahun Baru Islam oleh Masyarakat Jawa, Ternyata Terkait Nabi Nuh

- 29 Juli 2022, 21:03 WIB
Ilustrasi Bubur Suro dalam menyambut Tahun Baru Islam.
Ilustrasi Bubur Suro dalam menyambut Tahun Baru Islam. /Tangkapan layar YouTube/Domo Bramantyo

ZONABANTEN.com – Menyambut datangnya Tahun Baru Islam 2022 atau 1 Suro banyak tradisi yang dilakukan oleh masyarakat terutama orang Jawa.

Secara turun temurun, masyarakat Jawa menyambut Tahun Baru Islam atau 1 Suro dengan membuat Bubur Suro.

Bubur Suro merupakan salah satu wujud rasa syukur masyarakat Jawa dalam menyambut Tahun Baru Islam atau 1 Suro, dengan membagikan bubur tersebut.

Dikutip ZONABANTEN.com dari Kabar Lumajang dengan artikel berjudul Filosofi Bubur Suro, Kisah Nabi Nuh dan Tradisi Masyarakat Jawa Ungkap Rasa Syukur Sambut Tahun Baru Islam, Bulan Muharram atau asyura ini memiliki banyak keutamaan dan peristiwa dalam sejarah umat Islam.

Baca Juga: Bingung Mau Magang Dimana? Ikut Kampus Merdeka Aja Bisa Jadi Content Creator di Pikiran-rakyat.com

Peristiwa itu berupa Nabi Musa selamat dari kejaran Fir'aun, Nabi Ibrahim selamat dari api Raja Jamrud, hingga Nabi Nuh yang selamat dari banjir bandang.

Untuk mengetahui asal usul atau sejarah Bubur Suro, simak penjelasannya di bawah ini, dilansir KabarLumajang.com dari kanal YouTube Semangat 5 zaman yang diunggah pada 22 Agustus 2022, berjudul "Asal Usul Sejarah Bubur Suro Dalam Tradisi Umat Islam".

Saat menyambut bulan Suro, masyarakat Jawa memiliki tradisi membagikan Bubur Suro pada 10 hari pertama bulan Asyura yang sudah menjadi turun temurun dan warisan budaya.

Meskipun di berbagai daerah terdapat perbedaan dalam membuat Bubur Suro, pada dasarnya bahan dari Bubur Suro ini sama.

Baca Juga: Cara Menambah BB yang Sehat Ala dr. Zaidul Akbar

Bubur Suro merupakan makanan yang berbentuk bubur dengan bahan dasar yaitu beras, garam, dan air. Kemudian bagian atasnya disiram dengan kuah santan. Agar lebih nikmat, bagian atasnya ditaburi dengan lauk.

Taburan pelengkap tersebut berupa irisan tahu, kacang goreng, tempe, telur dadar, kentang, daging ayam, ikan tongkol, dan lain-lain.

Meskipun ada perbedaan dalam penyajian di berbagai daerah, pada dasarnya bubur ini dibuat untuk memperingati datangnya bulan Muharram, sebagai bentuk syukur atas Rahmat Allah yang dilimpahkan pada muka bumi ini.

Asal-usul Bubur Suro berawal dari kisah Nabi Nuh AS. Nabi Nuh AS mendapat perintah untuk menanam pohon jati yang akan dijadikan bahtera.

Baca Juga: Isi Wawancara Mangaka One Piece, Eiichiro Oda & Pengarang Detective Conan, Aoyama Gosho (Bagian 3)

Kemudian ketika bahtera itu jadi, Nabi Nuh AS memerintahkan pengikutnya serta hewan peliharaan yang mereka punyai naik ke bahtera tersebut.

Tak disangka terjadilah banjir bandang selama 40 hari dan bahtera Nabi Nuh AS itu telah menyelamatkan semua penumpangnya.

Tepat tanggal 10 Muharram, bahtera Nabi Nuh AS terdampar di atas gunung, dan semua bekal sudah habis. Lalu, Nabi Nuh AS menyuruh membuat makanan dari sisa biji-biji yang ada sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Kemudian sisa makanan dan biji-bijian itu dinamakan Bubur Suro. Bubur Suro merupakan bentuk pengungkapan rasa syukur manusia atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT.

Sampai saat ini, tradisi turun temurun Bubur Suro masih berkembang di pulau Jawa dan melekat menjadi tradisi kebudayaan umat Islam tanah Jawa, sebagai bentuk syukur dan saling berbagi antar sesama. *** (Kabar Lumajang/Ike Khasanatut Daroini)

Editor: Rahman Wahid

Sumber: Kabar Lumajang


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah