Jika Anak Didiagnosis Thalassemia, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua? Simak Penjelasannya

- 9 Mei 2022, 13:11 WIB
Jika Anak Didiagnosis Thalassemia, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua? Simak Penjelasannya.
Jika Anak Didiagnosis Thalassemia, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua? Simak Penjelasannya. /Pikiran Rakyat/

ZONABANTEN.com – Penyakit thalassemia merupakan penyakit kelainan darah yang menyebabkan si penyandang harus menjalankan transfusi darah dan minum obat kelasi besi terus-menerus.

Selain, melakukan terapi tersebut, penyandang thalassemia juga diwaspadai karena dapat menimbulkan penyakit komplikasi seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan hati bahkan kematian.

Namun, dampak thalassemia pada penderita tak hanya terlihat pada kondisi fisik, akan tetapi juga pada kondisi psikologisnya.

Ternyata dampak psikologis tersebut tak hanya dirasakan oleh pasien melainkan juga keluarga terutama orang tua pasien.

Baca Juga: Aghase Siap-Siap! GOT7 Bakal Comeback 23 Mei dengan Album Baru

Banyak orang tua pasien yang mengalami syok/ tekanan pada psikisnya karena merasa kaget dengan diagnosis dokter yang menyatakan anak akan menjalankan transfusi darah seumur hidup.

Dikutip melalui antaranews, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan dr. Cut Arianie menyatakan jika pihak keluarga perlu mengantisipasi dampak psikologi.

Hal tersebut dilakukan karena mereka harus menerima kenyataan sang buah hati/ keluarga yang menderita thalassemia tidak bisa disembuhkan dan akan menjalani terapi transfusi darah seumur hidup.

“Tidak semua dari keluarga beruntung, lalu belum semua fasilitas pelayanan kesehatan dekat dengan tempat tinggal serta mampu melayani sehingga keluarga harus menempuh perjalanan cukup jauh,” tutur Arianie dalam webinar.

Baca Juga: Lama Absen, BLACKPINK Kini Mirip Model daripada Idol K-Pop

“Belum lagi ongkos yang dikeluarkan dan kehilangan hari produktif untuk mendampingi pengobatan,” ucap Arianie melanjutkan.

Sementara dokter dari Universitas Sebelas Maret, Solo, sekaligus motivational coach, Rum Martini menyampaikan kepada keluarga pasien untuk berhenti menyalahkan diri sendiri.

“Ketika ada diagnosis (thalassemia) untuk buah hati, ini sesuatu yang sangat berat. Seakan-akan sebuah ancaman, akibatnya ada perasaan melawan, menghindari sehingga bisa saling menyalahkan,” ujar Martini.

“Ketika ada perasaan bersalah, kita bisa menarik diri yakni dengan berhenti dulu untuk tenang,” ucap Martini melanjutkan.

Baca Juga: Kisah di Balik Keindahan Taj Mahal, Bukti Nyata Cinta Abadi Sang Raja kepada Istrinya

Menurutnya ketika dalam kondisi tenang kita jadi lebih mudah dalam mengubah pola pikir. Perlahan melihat keadaan seapaadanya, dan mulai menilai ulang hikmah apa yang bisa diambil dari kejadian tersebut.

“Lihatlah bahwa kondisi ini bukanlah musibah, meskipun keadaan saat ini bukan yang anda inginkan. Ketika anda bisa berpikir demikian, cobalah untuk mengikhlaskan semuanya,” tutur Martini.

Beliau juga mengatakan bahwa hal itu memang tidak mudah dilakukan dan akan diiringi dengan keadaan up and down.

Martini mengungkapkan jika menerima buah hati yang menderita thalassemia bagi sebagian orang tua tidaklah mudah.

Baca Juga: Keutamaan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal Menurut Ustadz Adi Hidayat, Simak Selengkapnya!

Hal tersebut dikarenakan orang tua harus melihat dan menemani sang anak untuk melakukan pengobatan seumur hidup berupa transfusi darah dan obat kelasi besi, khususnya bagi penderita thalassemia mayor.

“Jenuh seakan tidak ada ujungnya, itu wajar. Perlu kembali mengubah pola pikir terhadap pengobatan bahwa ini bukan beban, melainkan diperlukan agar bisa hidup lebih sehat dan usia harapan hidup bisa lebih tinggi,” tutur Martini.

Selamat hari thalassemia dunia. Bagi orang tua penyandang thalassemia jangan pernah menyerah!***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah