“Kementrian kesehatan mengatakan bahwa sebesar 29 persen, stunting juga terjadi pada anak berlatar belakang keluarga mampu,” ucap Atalia.
Lebih menyedihkannya lagi, bahwa sebanyak 30 persen kasus tertinggi anak menderita stunting justru ditemukan pada masyarakat perkotaan.
Padahal hidup di perkotaan selalu dianggap memiliki pengetahuan yang lebih mapan, sebab mudahnya mengakses informasi.
Baca Juga: 7 Kombinasi Minuman Pendetoks Lemak dalam Tubuh untuk Menurunkan Berat Badan
“Stunting berkaitan dengan pola pengasuhan anak usia dini,” ungkap Atalia dalam acara yang diselenggarakan oleh Pokja Bunda PAUD.
Stunting tidak selalu datang dari keluarga yang kurang mampu. Bahkan, data menunjukkan bahwa dalam keluarga sejahtera pun masih terdapat anak stunting.
Begitu pula kondisi yang terjadi di Jawa Barat, kasus stunting masih dengan mudah ditemukan di setiap kabupaten atau kota.
Identifikasi ditandai dengan pemberian warna hijau sampai warna merah pada suatu zona untuk mengetahui tinggi persentase anak mengalami stunting.
“Oleh karena itu, kasus ini harus diintervensi dalam pencegahan stunting. Caranya bagaimana? Dengan meningkatkan pengetahuan pola asuh anak. Sehingga, menjadi ibu pun harus menyeimbangkan asupan gizi anak,” tutur Atalia.