Cara Mengatasi Trauma Pasca Bencana yang Efektif

- 2 Desember 2020, 09:02 WIB
Ilustrasi Bencana
Ilustrasi Bencana /Freepik

ZONABANTEN.com -  Bencana alam bisa jadi pengalaman traumatis bagi setiap orang baik dari kalangan orang dewasa maupun anak-anak. Hal ini lantaran bencana alam membawa dampak yang besar bagi kehidupan seseorang mulai dari kehilangan tempat tinggal, kehilangan harta benda hingga kehilangan keluarga atau orang terdekat.

Ada berbagai jenis peristiwa traumatis yang umum, sebagian besar diketahui mengarah ke Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Salah satunya adalah jenis trauma yang diakibatkan oleh bencana alam seperti gempa bumi, angin puting beliung atau angin topan, kebakaran hutan, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, atau tsunami.

Jenis pengalaman ini sangat berbahaya karena cenderung membuat banyak orang mengalami trauma sekaligus, dan dapat mengakibatkan epidemi Survivor Guilt dan gejala PTSD lainnya.

Seperti banyak penyebab trauma lainnya, bencana alam bisa terjadi secara tiba-tiba dan sangat berat. Reaksi paling cepat dan khas terhadap bencana adalah syok, yang pada awalnya bermanifestasi sebagai mati rasa atau penyangkalan.

Baca Juga: ORANG INDONESIA WAJIB TAHU! Inilah Bunyi dan Makna Pancasila, Lambang Garuda, Simbol Pancasila

Setelah terjadinya bencana, orang-orang pada umumnya akan mengalami beberapa gejala trauma seperti kesulitan tidur, kesedihan, depresi, hiperaktif, mudah tersinggung atau marah, kurang energi atau perasaan lelah sepanjang waktu, kurang nafsu makan atau sebaliknya, makan sepanjang waktu, kesulitan berkonsentrasi atau merasa bingung.

Orang-orang juga mungkin mengeluhkan gangguan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, atau nyeri tubuh lainnya. Dampak lain yang cenderung merugikan adalah meningkatnya kecenderungan untuk menyalahgunakan alkohol, tembakau, atau obat-obatan.

Orang mungkin telah kehilangan orang yang mereka cintai atau rumah mereka. Akibatnya, mereka mungkin merasa tidak berdaya, mereka mungkin harus tinggal di kamp atau tempat penampungan tanpa dukungan dari kerabat atau teman untuk waktu yang lama.

Namun, tinggal bersama penyintas lain juga bisa menjadi waktu untuk membangun hubungan kembali, berkomunikasi dan mengadakan kegiatan bersama.  Mampu membantu orang yang selamat selama bencana juga dapat mengurangi ketidakberdayaan dan dapat memulai proses penyembuhan.

Baca Juga: Paus Fransiskus Pastikan Upacara Pra Natal Tahun Ini Ditiadakan di Vatikan

Hal lain yang bisa dilakukan untuk melakukan coping selama bencana bagi orang dewasa maupun anak-anak diantaranya adalah meyakinkan pada anak-anak bahwa ada orang-orang yang membantu mereka selama bencana agar mereka merasa aman.

Pastikan setiap orang makan teratur dan tidur nyenyak setiap malam dengan fasilitas yang cukup. Ajari mereka untuk menghindari penggunaan alkohol, tembakau, dan obat-obatan lain. Dan menemukan kegiatan positif lain bagi mereka untuk meredakan stress.

Temukan cara sehat untuk bersantai, seperti bermusik, membaca, olahraga, dan hobi lainnya. Tetap terhubung dengan teman, keluarga, teman sekelas, dan tetangga untuk memberi dan menerima dukungan. Membantu satu sama lain membantu penyembuhan.

Pantau gejala fisik, termasuk sakit kepala dan sakit perut. Banyak anak mengekspresikan kecemasan melalui rasa sakit dan nyeri fisik. Peningkatan gejala seperti itu tanpa sebab medis yang jelas mungkin merupakan tanda bahwa seorang anak merasa cemas atau kewalahan.

***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Psychiatry


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah