Sejarah Ketupat dan Filosofinya! Dari Abad ke 15 Bertahan Sampai Sekarang

21 April 2023, 13:41 WIB
Potret ketupan, hidangan yang umum saat Idul Fitri /Foto : Pixabay

ZONABANTEN.com - Makan ketupat mungkin sudah bukan kebiasaan yang asing bagi orang Indonesia, terutama saat merayakan lebaran.

Saat hari raya Idul Fitri, ketupat memang sudah seperti sebuah santapan wajib, yang harus selalu ada di atas meja makan.

Umumnya ketupat akan dihidangkan bersama lauk pauk lainnya, seperti rendang, opor ayam, sambal goreng kentang, kerupuk, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Sinopsis K-Drama 'The Good Bad Mother', Tampilkan Lee Do Hyun yang Jadi Anak Kecil

Ketupat sendiri adalah sebuah hidangan unik asli Indonesia, karena terbuat dari beras yang direbus, yang dikemas dalam wadah berbentuk berlian.

Wadahnya sendiri umumnya terbuat dari daun kelapa muda (janur), yang dianyam sedemikian rupa hingga berbentuk seperti berlian.

Meski makan ketupat adalah suatu tradisi yang biasa dilakukan orang Indonesia saat lebaran, tetapi tak sedikit orang yang belum memahami sejarah dan filosofi santapan satu ini.

Lalu bagaimanakah ketupat bisa menjadi makanan wajib saat lebaran, dan apa makna dibaliknya?

Baca Juga: Hari Kreativitas dan Inovasi Sedunia 21 April, Inilah Sejarah dan Temanya di 2023

Dalam Journal of Ethnic Foods, ketupat diketahui berasal dari abad ke-15 hingga ke-16, dimana pelopor dari hidangan ini adalah Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga sendiri merupakan salah satu dari sembilan Walisongo, yang berperan penting dalam penyebaran Islam di tanah Jawa.

Adapun asal mula mengapa ketupat menjadi santapan saat lebaran, tak lepas dari apa yang dilakukan Sunan Kalijaga selama berdakwah di Demak.

Diketahui Sunan Kalijaga selalu mengadakan dua acara ketika bulan Ramadhan berakhir. Diantaranya adalah bakda lebaran dan bakda kupat.

Bakda Lebaran dilaksanakan setiap hari pertama lebaran, sementara bakda kupat diadakan setiap satu minggu setelahnya.

Baca Juga: Dari Cina hingga Rusia, Inilah Ragam Tradisi Idul Fitri di Berbagai Negara

Saat bakda kupat, masyarakat pada masa itu umumnya akan saling berbagi makanan sebagai simbol kedekatan dan kebersamaan.

Nasi dikemas menjagi ketupat sebenarnya memiliki tujuan agar lebih efisien, ketika hendak dibagi-bagikan.

Ketupat sendiri sebenarnya adalah sebuah tradisi yang diadaptasi oleh Sunan Kalijaga, yang berasal dari budaya sebelumnya.

Adapun ketupat kemudian dipilih Sunan Kalijaga menjadi tradisi lebaran, karena memiliki makna filosofis yang mendalam.

Ketupat memiliki makna permintaan maaf dan berkah, yang mana sangat sesuat dengan suasana hari raya Idul Fitri.

Baca Juga: Seorang Warga Ditemukan dalam Keadaan Kepala Terpisah dari Badan, Warga Siak Gempar

Sementara Janur dipercaya merupakan sebuah singkanan dari bahasa Jawa yaitu Jatining Nur, yang berarti hati nurani.

Janur tersebut kemudian membungkus nasi, yang mana nasi itu sendiri melambangkan hawa nafsu manusia.

Kesimpulannya, selain menjadi simbol permintaa maaf, ketupat juga menjadi sarana untuk mengingatkan manusia agar tetap mengandalkan hati nurani untuk melawan hawa nafsu.

Dengan perkembangan Islam yang kian meluas di Nusantara, budaya ketupat pun menjadi ikut berkembang.

Budaya ini kini tak hanya dapat ditemukan di pulau Jawa atau di Indonesia saja, tetapi juga di beberapa wilayah lain seperti Malaysia, Singapura, Brunei, dan Thailand Selatan.***

Editor: Christian Willy Kalumata

Tags

Terkini

Terpopuler