Mengapa Pelaku KDRT Dapat Begitu Kuat? Ini Adalah Penjelasannya

3 Februari 2022, 17:51 WIB
Ilustrasi KDRT /Pixabay/superlux91

ZONABANTEN.com - Perilaku KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah tindakan kekerasan yang kerap terjadi dalam lingkungan rumah.

Tindakan KDRT tidak hanya berlaku di lingkungan keluarga, tetapi juga dapat terjadi pada pasangan serumah, ataupun pasangan yang telah berpisah.

Menurut Domestic Violence Coordination Council (DVCC) di Delaware, tindakan KDRT tidak hanya berlaku pada pasangan lawan jenis tetapi juga pada pasangan sesama jenis.

KDRT biasanya dapat berupa tindakan fisik, seksual, emosional, ekonomi, psikologis, atau ancaman tindakan yang berpengaruh pada orang lain.

Baca Juga: Apa Pacarmu Sering Buat Kamu Cemburu? Mungkin Dia Orang yang Narsis

Adapun pelaku KDRT biasanya dapat menjadi sangat kuat. Ini karena KDRT kerap digunakan untuk mempertahankan kekuasaan dan kontrol.

Ada beberapa metode yang sering digunakan pelaku KDRT untuk mendapatkan kontrol terhadap pasangannya.

Berikut 8 cara pelaku KDRT untuk mempertahankan kekuasaannya:

  1. Kontrol Ekonomi

Pelaku KDRT pada umumnya memegang kendali penggunaan uang, tujuannya untuk mengawasi setiap pergerakan.

Pelaku KDRT juga kerap melarang korban untuk bekerja, mencari upaya untuk korban gagal mendapatkan pekerjaan, atau meminta penyerahan seluruh penghasilan.

Baca Juga: Whatsapp Lengkapi 'Message Reaction' untuk iPhone dan Androi

  1. Memaksa dan Mengancam

Pelaku kerap melakukan ancaman untuk mempertahankan kuasanya. Biasanya pelaku dapat menyakiti korban secara langsung, atau kepada anak, anggota keluarga lainnya, ataupun hewan peliharaan.

Pelaku juga kerap memaksa korban untuk melakukan tindakan yang tidak disukai korban, atau menggunakan ancaman bunuh diri.

  1. Intimidasi

Pelaku juga kerap mengintimidasi korban agar korban ketakutan. Biasanya dapat berupa tatapan atau ekspresi mengancam, menghancurkan barang di depan korban, atau membunuh hewan peliharaan.

Pelaku juga bisa melakukan intimidasi dengan menunjukan senjata dihadapan korban.

  1. Pelecehan Emosi

Baca Juga: Oki Setiyana Dewi Dinilai Normalisasikan KDRT, Ternyata Beginiloh Bahayanya Siklus KDRT

Pelaku juga sering memanfaatkan emosi korban untuk memperolah kuasa. Pelaku dapat memanipulasi korban dengan menyatakan bahwa korban tidak rasional, dan berujung keragu-raguan keyakinan pada perasaan korban.

Pelecehan emosi juga dapat berupa tindakan mengganggu, penghinaan, atau bahkan tindakan yang merendahkan dan mempermalukan.

  1. Isolasi

Pelaku sering mencegah korban untuk berhubungan dengan dunia luar, misalnya dengan teman atau anggota keluarga.

Pelaku akan melarang korban meninggalkan rumah, menggunakan telepon, atau apapun yang dapat membantu korban melarikan diri.

  1. Mengecilkan Kesalahan, Menyangkal, dan Menyalahkan

Pelaku akan cenderung mengecilkan kesalahan atau bahkan menyangkalnya meskipun dalam kasus di mana cidera terjadi.

Baca Juga: 5 Olahraga Ini Bisa Membantu Anda Menurunkan Kolesterol Tinggi

Pelaku juga sering menyalahkan korban atas perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelaku.

  1. Menggunakan Anak-Anak

Pelaku juga sering kali menggunakan anak sebagai senjata untuk memperoleh kekuasaan. Pelaku dapat mengancam menyakiti anak, menculik mereka, atau bahwak melarikannya.

Pelaku juga sering mengancam korban jika korban melarikan diri dengan cara memberitahu bahwa korban akan kehilangan hak asuh, dan meninggalkan rasa bersalah pada korban.

  1. Hak Istimewa Pria

Pelaku akan memberikan peran jelas antara pria dan wanita, di mana pria akan bertindak seperti penguasa istana yang memegang keputusan penting, sementara wanita akan seperti pelayan.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: DVCC Delaware Goverment

Tags

Terkini

Terpopuler