ZONA BANTEN – Berdasarkan data dari Disnakertrans Kabupaten Serang, total pekerja yang sudah dirumahkan mencapai 1.358 orang. Namun dari data yang masuk, belum ada laporan mengenai pekerja yang terkena PHK.
Karena dirumahkan, mereka tidak mendapatkan gaji sebagaimana mestinya, bahkan ada yang hanya dibayar 50%, sisanya tergantung kesepakatan bersama antara pekerja dengan perusahaan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Serang Iwan Setiawan seperti yang dilansir oleh Pikiran-Rakyat.com dalam artikel 1.358 Karyawan Industri dan Hotel di Kabupaten Serang Dirumahkan
Baca Juga: Belajar Dari Rumah, Momentum Pemerintah Revitalisasi Sistem Pendidikan
"Ada sebagian, enggak semuanya. Cuma ini masih tunggu laporan dari perusahaan, sampai saat ini baru beberapa perusahaan saja," ujarnya
Sebagian besar dari karyawan yang dirumahkan , bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang industri dan perhotelan.
Beberapa perusahaan yang merumahkan karyawannya tersebut ada di wilayah Anyer, Bojonegara dan Cikande.
Baca Juga: Obat Alternatif Anti Virus Corona Menurut Empat Paranormal Tanah Air
Untuk hotel di Anyer, sebelum virus corona ini menjadi pandemi, mereka sudah terdampak oleh tsunami dan kemudian ada lagi letusan Gunung Anak Krakatau (GAK).
"Jadi makin terpuruk saja. Malah pengunjung hotel enggak ada. Kalau perusahaan kolaps ada," ucapnya.
Sementara Humas PT Nikomas Gemilang Alex Rahman mengatakan, mengenai adanya karyawan yang dirumahkan dari perusahaannya, sampai saat ini ia mengaku belum mendapatkan laporan.
"Sampai saat ini saya belum ada informasi seperti itu, mungkin bisa dikonfirmasi ke Disnaker apakah itu nikomas atau bukan," ujarnya.
Baca Juga: Jalani Rapid Test, 641 Warga Jakarta Barat Reaktif Virus Corona
Disinggung terkait dampak Covid 19, Alex mengatakan pandemi ini merupakan musibah secara global dan mendunia. Oleh karena itu banyak negara termasuk Indonesia dan khususnya Provinsi Banten juga terdampak.
"Menurut saya, perusahaan sepatu di wilayah kita kena dampak yang sangat besar," ucapnya.
Keterbatasan barang baku juga terjadi karena aktivitas ekspor impor yang sedang dibatasi.
"Kita mau impor tapi negara tujuannya enggak mau, ditutup aksesnya, daya beli masyarakat turun, terus even olahraga juga dibatalkan atau diundur seperti olimpiade. Jadi penjualan pasti menurun itu yang menjadi imbas. Perusahaan akan mengambil langkah langkah yang tidak harus diambil tapi mau tidak mau harus diambil," tuturnya.***(Tim Zona Banten/Dindin Hasanudin)