Melalui Film Dokumenter, Akademisi Coba Ungkap Kesenjangan Informasi Mengenai Pandemi Covid-19

- 4 Desember 2020, 11:35 WIB
Tahu? Tauk!
Tahu? Tauk! /Youtube kota.kita.covid

ZONABANTEN.com - Sejak akhir tahun 2019 pandemi Covid-19 mewabah di seluruh dunia, dari data Worldometer per 4 Desember 2020, tercatat 220 negara telah terdampak virus yang kasus pertamanya dari kota Wuhan tersebut.

Sementara di Indonesia pandemi Covid-19 mulai terdeteksi sejak Maret 2020. Perlahan namun pasti, kota demi kota terus menginformasikan perkembangan warga yang terkonfirmasi virus Covid-19, dengan angka sudah mencapai lebih dari 557.887  kasus positif.

Tidak terkecuali kota Tangerang Selatan, yang sejak Maret hingga 4 Desember 2020,  dari data pantauan covid-19 Tangerang Selatan berjumlah 2.944 terkonfirmasi positif.

Baca Juga: Merasa Difitnah Soal Kasus Ekspor Benih Lobster, Ali Mochtar Ngabalin Laporkan Pengamat ke Polisi

Menanggapi fenomena ini Dr. Martin L. Katoppo bersama Studio 445, Lab. Sinematografi, School of Design, UPH menggagas Film Dokumenter "Tahu?TAUK!". Narasi Abu-Abu Pandemi Covid-19 kota Tangerang Selatan yang mengumpulkan kisah warga dan hasil observasi lapangan di beberapa titik kota Tangerang Selatan.

Film ini dibuat dengan tujuan memperlihatkan kesenjangan informasi dan pengetahuan yang dimiliki warga tentang pandemi ini. 

Dari film dokumenter tersebut menurut Martin yang juga Dekan Fakultas School of Design (SoD), Universitas Pelita Harapan mengungkapkan ada 4 hal yang membuat jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 terus meningkat sehingga masih perlu dilakukan pengedukasian terhadap warga.

Baca Juga: Cek Google Sekarang! Ada Gambar Noken Papua Indonesia di Google Doodle Hari Ini

"Pertama adanya perbedaan presepsi jalur komunikasi dan informasi dari pemerintah kota dan warga, ditambah sikap masa bodoh warga atas himbauan untuk menjaga jarak," ujar Martin dalam sebuah diskusi Zoom mengenai Narasi Abu – Abu Pandemi Covid-19,  Sabtu 28 November 2020.

Martin juga menjelaskan, terjadi rentang antara pengetahuan dan tindakan sehingga injeksi pengetahuan kepada warga tidak serta merta berbuah tindakan. Warga akan mengikuti protokol kesehatan jika ada tetangga atau saudara yang terkonfirmasi Covid-19.

Selain itu Martin juga menyoroti kurangnya pembangunan pengetahuan masa depan. Masyarakat selalu ingin dan meyakinkan diri bahwa pandemik akan berakhir dan semua akan kembali normal, padahal kenyataannya tidak. Sehingga menuju situasi normal baru masyarakat dapat mengisinya dengan pembangunan dan pengetahuan yang produktif.

"Keempat perubahan adalah keniscayaan pengetahuan. Warga dan semua pemangku kepentingan kota bersama–sama perlu membangun pengetahuan masa depan, yaitu tentang pengetahuan hidup setelah pandemi Covid-19 ini,"pungkasnya. ***

 

Editor: Rizki Ramadhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah