Naskah Pidato Tentang Pendidikan, Cocok Dibawakan untuk Lomba Pidato Hardiknas 2023

- 1 Mei 2023, 13:55 WIB
Naskah Pidato Hardiknas
Naskah Pidato Hardiknas /Freepik.com/waverickmedia

ZONABANTEN.com – Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diambil dari hari lahir Ki Hajar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara sendiri merupakan pahlawan nasional yang juga didaulat sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Biasanya, pada peringatan Hari Pendidikan Nasional, ada berbagai macam kegiatan yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah lomba pidato.

Nah, berikut ini adalah naskah pidato yang cocok untuk dibawakan saat kegiatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Baca Juga: Pidato Mendikbud Ristek Hardiknas 2023, Tekankan Merdeka Belajar, Link Download Ada Disini

Baca Juga: One Piece: 4 Karakter yang Kekuatannya Bisa Menghabisi Blackbeard

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bapak, Ibu guru, serta rekan-rekan siswa yang saya cintai

Puji dan syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat dan penyertaanNya sehingga kita bisa berada di tempat ini dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional dengan keadaan sehat walafiat.

Pada kesempatan ini saya akan membawakan sebuah pidato dengan judul ; “Menyelamatkan Pendidikan Di Tengah Kemodernan Zaman

Bapak, Ibu guru, serta rekan-rekan siswa yang saya banggakan

Kita tahu bersama bahwa setiap tanggal 2 Mei, kita selalu memperingati Hari Pendidikan Nasional.

Pendidikan adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap warga masyarakat agar dengan pendidikan, seseorang dapat memajukan dirinya secara pribadi dan mampu mengasah kemampuan yang telah dimilikinya. 

Hari Pendidikan Nasional berasal dari hari lahirnya Bapak Pelopor Pendidikan di Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara, guna menghormati nilai-nilai semangat perjuangan beliau dalam bidang pendidikan nasional.

Dan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1959 menetapkan beliau sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional dan tanggal kelahirannya kemudian dijadikan Hari Pendidikan Nasional.

Beliau yang dengan kukuh telah mengangkat dan memelopori pendidikan di Indonesia sehingga bisa menjadi seperti sekarang.

Baca Juga: Contoh Sambutan Ketua Serikat Pekerja Pada Hari Buruh Internasional atau May Day 1 Mei

Bapak, Ibu guru, serta rekan-rekan siswa

Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.

Beliau berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Setelah menamatkan ELS (Sekolah Dasar Belanda), ia meneruskan pelajarannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit yang dideritanya.

Perkenalan beliau dengan Dr. Danudirdja Setyabudhi (Douwes Dekker) dan Dr. Cipto Mangunkusumo melahirkan sebuah gagasan baru untuk mendirikan partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia, yakni Indische Partij.

Partai yang berdiri pada tahun 1912 ini memiliki keyakinan bahwa nasib dan masa depan penduduk Indonesia terletak di tangan mereka sendiri, karena itu kolonialisme harus dihapuskan.

Namun sayang, status badan hukumnya ditolak oleh Pemerintah Kolonial Belanda yang merasa tersinggung dan dianggap dihina sehingga bermaksud membubarkannya.

Upaya Ki Hajar Dewantara beserta Dr. Douwes Dekker dan Dr. Cipto Mangunkusumo tidak berhenti sampai disitu saja.

Mereka bertiga kemudian membentuk Komite Bumiputera, yaitu sebuah organisasi tandingan dari komite yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda.

Karena usaha mereka inilah sehingga akibatnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda. Setelah pulang dari pengasingan, Ki Hajar Dewantara bersama rekan-rekan seperjuangannya mendirikan kembali sebuah Perguruan Nasional yakni Perguruan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta.

Baca Juga: KJP Plus Mei 2023 Cair Hari Ini, Cek Informasi Selengkapnya DISINI

Perguruan itu bercorak nasional dan berusaha menanamkan rasa kebangsaan dalam jiwa anak didik.

Pernyataan asas dari Taman Siswa berisi tujuh pasal yang memperlihatkan bagaimana pendidikan itu diberikan, yaitu untuk menyiapkan rasa kebebasan dan tanggung jawab, agar anak-anak berkembang merdeka dan menjadi serasi, terikat erat kepada milik budaya sendiri sehingga terhindar dari pengaruh yang tidak baik dan tekanan dalam hubungan kolonial, seperti rasa rendah diri, ketakutan, keseganan dan peniruan yang membuta. Selain itu anak-anak didik menjadi putra tanah air yang setia dan bersemangat, untuk menanamkan rasa pengabdian kepada bangsa dan negara.

Begitu banyak upaya yang dilakukan beliau dalam memajukan pendidikan di Indonesia, walaupun banyak pula yang merintangi. Namun, karena tekad yang tumbuh dan berakar dalam diri Ki Hajar Dewantara sehingga membuahkan buah yang manis dari akar pahit yang diterima beliau.

Menurut beliau, adalah hak tiap orang untuk mengatur diri sendiri, oleh karena itu pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang merdeka baik secara batin, pikiran, dan tenaga.

Setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pada tahun 1957, Ki Hajar menerima gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada.

Beliau meninggal dunia pada 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Namun, perjuangan beliau tetap dilanjutkan.

Bapak, Ibu guru serta rekan-rekan siswa.

Baca Juga: One Piece: Oda Beri Petunjuk Cross Guild Dari Chapter 0?

Saat ini kita menikmati pendidikan dengan bebas tanpa halangan dari penjajah. Namun kenyataannya malah berbeda.

Banyak generasi muda yang menyia-nyiakan bahkan meninggalkan rasa patriotismenya kepada negara Indonesia.

Mereka tidak lagi menghargai jasa para pejuang pendidikan yang dahulu telah rela berjuang demi sebuah kata “adil” bagi pendidikan di Indonesia.

Semboyan dalam pendidikan yang Ki Hajar pakai yaitu tut wuri handayani mungkin telah pudar dari ingatan para generasi muda saat ini.

Semboyan yang berasal dari ungkapan aslinya “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.

Mungkin hanya ungkapan tut wuri handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari semboyan ini mungkin pula telah dilupakan oleh sebagian orang, yaitu secara lengkap “tut wuri handayani (dari belakang seorang pendidik memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara anak didik, seorang pendidik harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik)”.

Bapak, Ibu guru, serta rekan-rekan siswa yang saya banggakan

Teknologi akibat kemodernan zaman ini semakin canggih.

Banyak hal yang telah berubah dari keadaan dahulu.

Penjajahan tak ada lagi. Pendidikan pun bisa bebas untuk dinikmati.

Di tunjang oleh upaya Pemerintah saat ini yang banyak mengeluarkan anggaran untuk pendidikan.

Baca Juga: Spoiler One Piece 1082: Vasco Shot Melepaskan 2 Teknik dari Buah Iblis Gabu Gabu no Mi

Namun di tengah kecanggihan teknologi yang maju, malah membuat banyak generasi muda yang menyalahgunakannya.

Kepintaran yang ada malah dipakai dalam berbagai upaya negatif yang berakibat buruk bagi dirinya maupun lingkungan dan negara.

Pemboman, pencurian, pembunuhan, dll seakan hanyalah sebuah berita yang biasa didengar. 

Bagaimana bisa kita sebagai generasi muda yang seharusnya mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya malah menyia-nyiakannya? Bagaimana bisa kita mewujudkan impian Ki Hajar Dewantara yang menginginkan kita menjadi putra-putri yang merdeka dan maju baik lahir maupun batin?

Kecanggihan internet yang dirancang untuk pembelajaran positif bagi seseorang, kini bisa dijadikan tempat untuk menyimpan gambar-gambar yang bisa merusak mental generasi muda.

Tak asing lagi, video dan gambar-gambar porno serta berbau kekerasan bertebaran di internet dan bisa di akses secara mudah ke handphone atau media penyimpanan lainnya, sehingga suatu-waktu dapat di tonton atau dilihat.

Generasi muda yang bertugas menjaga keamanan negara, malah menyalahgunakan kepintaran yang ada dengan merakit bom dan meledakkannya di tempat-tempat tertentu, khususnya tempat ramai sehingga tidak sedikit korban yang jatuh akibatnya.

Generasi muda yang seharusnya menjadi tombak kekokohan negara Indonesia, malah menjadi tombak pembunuh di negaranya sendiri.

Banyak orang-orang Indonesia yang menimba ilmu di luar negeri harus menerima anggapan-anggapan pahit dari orang-orang luar negeri tentang negara Indonesia.

Mereka mengatakan bahwa Indonesia adalah “bangsa Indon”, yaitu bangsa yang memiliki mental dan pendidikan “bobrok”. Sungguh ironis!

Bapak, Ibu guru, serta rekan-rekan siswa

Harus sampai kapan negara kita berdiri di atas kaki negara lain?

Harus sampai kapan negara kita bergantung pada negara lain karena yang memiliki kualitas sumber daya dan pendidikan yang lebih baik dalam pengelolaan dan penggunaannya? 

Haruskah kita sebagai generasi muda, setiap waktu membuat Ibu Pertiwi menangis karena ulah tak tahu terima kasih kita?

Baca Juga: Teks Pidato Mendikbudristek Peringati Hari Pendidikan Nasional 2023, Tetapkan Mei sebagai Bulan Merdeka

Inikah balasan bagi para pejuang pendidikan yang telah bertaruh jiwa-raga demi kemajuan, kemerdekaan, dan pendidikan di negara kita?

Bapak, Ibu guru, serta rekan-rekan siswa yang saya cintai

Ki Hajar Dewantara memang tidak sendirian berjuang menanamkan jiwa merdeka bagi rakyat melalui bidang pendidikan.

Namun telah diakui dunia bahwa kecerdasan, keteladanan dan kepemimpinannya telah menghantarkan dia sebagai seorang yang berhasil meletakkan dasar pendidikan nasional Indonesia.

Rekan-rekan siswa

Marilah, saya mengajak kita semua untuk lebih meningkatkan dan mencerdaskan serta menciptakan jiwa yang produktif, kreatif, dan inovatif serta berguna bagi Bangsa dan Negara.

Selain itu dengan menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mandiri sehingga dapat memenuhi kebutuhan global saat ini.

Jangan berpangku tangan melainkan singsingkan lengan bajumu mulai sekarang dan mulailah berperang dengan kemodernan zaman yang dapat memperburuk keadaan pendidikan di negara kita saat ini.

Baca Juga: Naskah Amanat Pembina Upacara Hardiknas: Meningkatkan Semangat dalam Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Pendidikan

Baca Juga: Spoiler One Piece 1082: Serigala San Juan Pancing Kemarahan Garp! Prince Grus Mulai Beraksi

Ayo bangun!

Sekarang saatnya kita bangun, bangkit dan bergerak!

Bersama-sama kita bangun pendidikan dan negara kita ini.

Belajar dengan giat demi masa depan cerah serta mampu mengisi kemerdekaan Indonesia dengan baik kiranya menjadi mimpi yang harus diraih.

Dengan semangat yang ada, kita pun telah siap memandang dunia dengan masa depan yang cerah.

“Pemikiran-pemikiran besar hanya berarti bagi pikiran-pikiran bijaksana. Namun tindakan-tindakan besar dari seorang manusia mampu menciptakan dunia yang baru baginya dan seluruh manusia. Jangan pernah berkata “seandainya”, tapi siap dan kerjakanlah apa yang mampu kau kerjakan bagi negaramu.”

Demikian pidato saya, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

“Merdeka!!”  Terima Kasih.

Demikian naskah pidato yang cocok dibawakan dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).***

Editor: Rahman Wahid

Sumber: academia.edu


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah