Jadi dengan menggunakan kriteria yang lama, kriteria tinggi bulan 2 derajat ini memang ada potensi berbeda dengan yang sudah diumumkan dalam maklumat muhammadiyah.
“Sehingga sejak awal ini sudah ada prakiraan akan ada perbedaan dalam keputusan sidang Isbat nanti dengan muhammadiyah,” jelas Prof Thomas Djamaludin
Dari sisi astronomi, Thomas menjelaskan pada saat 1 April 2022 elongasi atau jarak bulan dan matahari hanya sekitar 3 derajat.
Kemudian ketinggiannya juga kurang dari 3 derajat. Makna ketinggian ini bahwa hilal yang sangat tipis itu akan terganggu oleh cahaya safak atau senja sehingga tidak mungkin ada rukyat secara global.
Berdasarkan kesepakatan menteri agama dari Malaysia, Indonesia, Brunei dan Singapura (negara Mabims) tanggal 28 Desember 2021 menyatakan bahwa bersepakat menggunakan kriteria baru penentuan awal bulan hijriah yaitu tinggi minimal 3 derajat, elongasi jarak bulan matahari 6,4 derajat.
Sehingga dengan dua parameter ini elongasi yang menunjukan bahwa hilal itu sangat tipis dan redup, kemudian tingginya masih kurang dari 3 derajat artinya cahaya safaknya masih cukup kuat.
Sehingga ini tidak akan mungkin ada hasil rukyat, kalaupun ada yang melaporkan itu akan ditolak.
Dengan demikian, kata Thomas, bisa diperkirakan pada saat sidang Isbat nanti itu akan memutuskan awal ramadhan jatuh pada tanggal 3 April 2022.