Keren! Seniman Rusia dan Ukraina di Bali Berkolaborasi dalam Pesan Persatuan

- 22 Maret 2022, 11:25 WIB
Seniman Rusia, Pokras Lampas, berkesempatan untuk menorehkan kaligrafi terbesar di Indonesia. Kaligrafi bertemakan perdamaian ini dilukis di atap vila seluas 980 m2 milik pebisnis properti asal Ukraina, Alex Stefan.
Seniman Rusia, Pokras Lampas, berkesempatan untuk menorehkan kaligrafi terbesar di Indonesia. Kaligrafi bertemakan perdamaian ini dilukis di atap vila seluas 980 m2 milik pebisnis properti asal Ukraina, Alex Stefan. /Ashari/ARAHKATA
 
ZONABANTEN.com - Seorang seniman Rusia dan seorang Ukraina pemilik kompleks vila di pulau resor Kuta Utara, Bali telah berkumpul untuk mempromosikan perdamaian dan persatuan melalui sebuah karya seni raksasa.
 
Potongan kaligrafi - membentang seluas 960 meter persegi (10.333 kaki persegi) di atap sembilan bangunan - merinci "United World" dalam enam bahasa: Rusia, Ukraina, Inggris, Cina, Prancis, dan Indonesia.
 
"Karya ini bukan pernyataan politik, ini pernyataan budaya, ini pernyataan sosial, tentang orang-orang dan cara, kita bisa bersatu untuk menciptakan masa depan yang harmonis," kata seniman kaligrafi Rusia, Pokras Lampas, yang ZONABANTEN.com kutip melalui Reuters.
 
 
Lampas, yang telah berada di Bali sejak Desember, mengatakan gagasan itu dikembangkan dengan sekelompok teman Ukraina sebelum perang dimulai, tetapi sekarang pekerjaan itu menjadi lebih berarti.
 
Lampas yang berusia 30 tahun, yang menggambarkan gayanya sebagai "Calligrafuturism" dan mengatakan itu mencakup kaligrafi modern dan elemen seni jalanan, menghabiskan waktu tiga minggu untuk menciptakan karya tersebut.
 
Alex Shtefan, seorang warga Ukraina yang mengelola kompleks vila, mengatakan bahwa karya seni itu sesuai dengan nilai-nilainya dan mengirimkan pesan penting.
 
"Kami dapat menunjukkan di vila kami kepada dunia gagasan kami bahwa dunia perlu bersatu," ucap Shtefan, yang telah tinggal di Indonesia selama enam tahun.
 
 
Kedua pria itu mengatakan mereka terkejut dengan perang di Ukraina.
 
"Jika kita dapat menemukan cara untuk menghentikannya dan menemukan cara damai untuk bernegosiasi, kita harus melakukannya sekarang," ujar Lampas.
 
Meskipun kedua negara memiliki budaya sendiri, "Rusia dan Ukraina selalu seperti saudara, kami selalu, dekat, kami selalu saling membantu dan bahkan kami terlihat mirip," ucap Shtefan, yang saat ini berusia 35 tahun.
 
"Kami tidak percaya itu terjadi," ujar Shtefan, seraya menambahkan bahwa dia khawatir akan keselamatan orang-orang terkasih di rumah.
 
 
Rusia menginvasi Ukraina pada Februari dalam serangan militer yang digambarkannya sebagai "operasi militer khusus".***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Straits Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x