Potensi Cuaca Ekstrem Akhir Tahun 2021 Menurut Ahli Cuaca dan Iklim

- 31 Desember 2021, 11:05 WIB
Sebaran awan malam hari Rabu, 29 Desember 2021 yang menunjukan sebaran awan pemicu cuaca ekstrem di kawasan Jawa Barat bagian Selatan (Sumber BMKG)
Sebaran awan malam hari Rabu, 29 Desember 2021 yang menunjukan sebaran awan pemicu cuaca ekstrem di kawasan Jawa Barat bagian Selatan (Sumber BMKG) /

ZONABANTEN.com – Potensi cuaca atau iklim ekstrem dalam beberapa hari terakhir di akhir tahun bulan Desember 2021 telah terjadi serangkaian kondisi bencana hidrometeorologi mulai dari angin kencang, hujan lebat hingga ekstrem dan badai guntur.

Potensi cuaca/iklim ekstrem akhir-akhir ini menyebabkan bencana berupa pohon tumbang seperti yang terjadi di kawasan Jabodetabek, Sidoardjo Jawa Timur yang menurut berbagai informasi benda berat terangkat ke atas dan yang terakhir terjadi di Cirebon beberapa hari lalu.

Potensi Cuaca/Iklim ekstrem itu umumnya terjadi akibat adanya gejala alam mulai lingkup global, lingkup regional dan lingkup lokal menurut seorang Ahli Cuaca dan Iklim yang lulusan S3 Meteorologi dari Universitas Filipina tahun 1990.

Berikut hasil wawancara langsung dengan nara sumber yang mengetahui potensi cuaca/iklim yang berpeluang di puncak musim hujan 2021/2022 melalui sarana hubung WhatsApp Rabu malam, 29 Desember 2021.

Baca Juga: 5 Manfaat Buah Delima untuk Kesehatan Tubuh

Nara sumber tidak bersedia untuk disebut namanya, namun memberi inisial PAW.

Beliau telah bekerja sebagai ahli cuaca dan iklim di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mulai tahun 1977 – 2019 dan pernah menjadi Anggota Dewan Riset Nasional antara 1998 – 2011.

Beliau menjelaskan bahwa semua kejadian cuaca/iklim esktrem yang telah terjadi meluas di beberapa kawasan selama bulan Desember 2021 diakibatkan oleh giatnya gejala alam La Nina.

Gejala alam La Nina menurutnya adalah suatu kondisi turunnya suhu muka perairan yang luas (global = ribuan kilometer luasnya) kawasan Samudera Pasifik bagian Tengah hingga bagian Timur dan naiknya suhu muka laut kawasan Perairan sekitar Benua Maritim Indonesia.

Baca Juga: Adu Maknae Line BIG 3 di Akhir Tahun

Konsekuensi suhu muka laut yang hangat menurut PAW akan menyebabkan tekanan udara mulai lingkup lokal (puluhan kilometer) hingga regional (ratusan meter) untuk kawasan sekitar Benua Maritim Indonesia.

Kondisi tekanan rendah merupakan syarat utama bagi terbentuknya awan hujan yang menjulang tinggi dengan volume air cukup besar dan menyimpan tenaga terutama dengan angi turun dari awan.

Jenis awan yang menurut kalangan yang bekerja di BMKG bidang meteorologi disebut dengan awan badai atau jenis awan yang menghasilkan 3 kondisi badai yaitu hujan badai/hujan sangat lebat hingga esktrem, angin kencang/badai dan badai guntur, ujar PAW lebih lanjut.

Jenis awan inilah yang telah giat dan terjadi di kawasan Benua Maritim Indonesia sejak awal musim hujan 2021/2022 yang telah, sedang dan berjalan sesuai informasi BMKG sebelumnya. Menurut PAW kecenderungan gejala alam La Nina kian menguat seiring informasi nasional dari BMKG dan internasional/global dari Badan Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization = WMO) di akhir November 2021.

Baca Juga: The Pirates Goblin Flag Gelar Konferensi Pers Jelang Penayangannya, Film Terbaru Han Hyo Joo dan Kang Ha Neul

Sebagai penutup wawancara, PAW memberi ilustrasi hasil pengamatan awan dari Satelit Cuaca BMKG jam 09.10 WIB yang menunjukan sebaran awan badai di kawasan selatan katulistiwa yang menandai masih adanya ancaman potensi cuaca/iklim ekstremnya.

Harapan PAW dengan perkembangan bahwa cuaca/iklim ekstrem dapat diperoleh dari BMKG yang secara rutin memberikan informasi kepada masyarakat berupa informasi prakiraan cuaca dan iklim serta peringatan dini cuaca/iklim esktrem di Indonesia. ***

Editor: Yuliansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x