Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021, Ini Fakta Lengkap Belum Banyak Diketahui, dari Resolusi Jihad Demi NKRI

- 22 Oktober 2021, 17:54 WIB
Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober memiliki fakta dan sejarah panjang yang masih belum banyak diketahui masyarakat Indonesia. PIXABAY/mufidpwt
Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober memiliki fakta dan sejarah panjang yang masih belum banyak diketahui masyarakat Indonesia. PIXABAY/mufidpwt /
ZONABANTEN.com - Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021 diperingati pada hari ini, tepat pada hari Jumat.
 
Hari Santri Nasional ternyata memiliki fakta dan sejarah yang panjang sebelum ditetapkan secara resmi oleh pemerintah.
 
Sebelum era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), belum ada peringatan Hari Santri Nasional. Padahal, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia.
 
Hari Santri Nasional kemudian ditetapkan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2015. Peringatan ini diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 yang ditandatangani di Masjid Istiqlal, Jakarta.
 
Pemilihan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dilatarbelakangi oleh sebuah peristiwa besar dalam sejarah Indonesia di masa lalu.
 
Ini fakta lengkap sejarah Hari Santri Nasional yang belum banyak diketahui oleh orang, seperti dikutip oleh ZONABANTEN.com dari laman DeskJabar.com, Jumat 22 Oktober 2021.
 
Pemilihan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional ternyata berawal dari resolusi jihad yang diserukan para ulama dan santri pada tahun 1945. Ini dilakukan demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 
Salah seorang ulama besar di Indonesia, yang kini telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional, KH Hasyim Asy'ari menjadi tokoh utama dalam resolusi jihad para ulama dan santri di Tanah Air tersebut.
 
KH Hasyim Asy'ari menyampaikan seruan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) itu pada tanggal 22 Oktober 1945. Seruan itu mengajak seluruh ulama dan santri bersatu untuk membela Indonesia.
 
Saat itu, Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, ancaman kembali datang dari Belanda melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang datang lagi ke Tanah Air.
 
NICA masuk ke Indonesia dibonceng oleh Inggris pada bulan Oktober 1945. Setelah membangun kembali kekuatannya, Belanda pun melancarkan Agresi Militer II di Tanah Air.
 
Demi menghadapi Agresi Militer II Belanda ini, resolusi jihad diserukan untuk mengobarkan kembali semangat para pejuang. Mereka dibantu oleh kaum ulama dan para santri demi mempertahankan NKRI.
 
Para ulama dan santri berada dalam barisan Laskar Hizbullah yang dibentuk pada November 1943, beberapa minggu setelah pembentukan Tentara PETA (Pembela Tanah Air).
 
Sama seperti Tentara PETA, Laskar Hizbullah dibentuk melalui kerja sama dengan Jepang. Saat itu, Jepang yang sudah terpojok oleh tentara sekutu, berusaha mencoba cara lain untuk bertahan di Indonesia.
 
Jepang lalu menawarkan latihan militer untuk para santri. Saat itu, mereka punya kesepakatan diplomatik dengan KH Hasyim Asy'ari sebagai Ketua Jawatan Agama (Shumubu), diwakili anaknya, KH Abdul Wahid Hasyim.
 
KH Hasyim Asy'ari menyetujuinya, namun dengan syarat para santri tidak masuk dalam barisan Jepang. Padahal, Jepang ingin para pemuda ini berperang untuk mereka melawan tentara sekutu.
 
Menurut buku 'Berangkat dari Pesantren' (2013), angkatan pertama Laskar Hizbullah menjalani pelatihan di daerah Cibarusa, dekat Cibinong, Bogor pada awal tahun 1944. Latihan ini diikuti oleh 150 pemuda.
 
Meski pelatihannya sangat minim, namun para santri dalam Laskar Hizbullah yang sudah dipersiapkan secara militer inilah yang kemudian membela Indonesia dalam melawan Agresi Militer II Belanda.
 
KH Hasyim Asy'ari yang dikenal cukup piawai dalam strategi perang lalu mecetuskan Resolusi Jihad NU. Tujuannya untuk menggerakkan seluruh elemen bangsa, termasuk para santri untuk mempertahankan kemerdekaan NKRI.
 
Beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada 19 September 1945, ada banyak masyarakat Indonesia yang melakukan jihad dengan rela mati dalam peristiwa berdarah di di Hotel Yamato Surabaya.
 
Peristiwa itu adalah penyobekan bendera Belanda. Para pejuang menyobek bagian bendera berwarna biru, hingga menyisakan warna merah putih seperti bendera Indonesia.
 
Resolusi Jihad NU memang memberikan dampak besar pada perlawanan para pejuang di Jawa Timur. Selain itu, rakyat di Semarang, Jatingaleh, Gombel dan Ambarawa juga turut mengadakan perlawanan terhadap Belanda.
 
Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya. Selama tiga minggu sejak akhir Oktober 1945, para pemuda termasuk laskar santri melakukan perlawanan terhadap Belanda dan sekutu.
 
Tanggal 10 November 1945 kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional. Momen perlawanan para pemuda Indonesia ini tidak terlepas dari seruan Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945.
 
"Tidak akan tercapai kemuliaan Islam dan kebangkitan syariatnya di dalam negeri-negeri jajahan," ujar KH Hasyim Asy’ari suatu ketika. Itulah mengapa para santri juga harus ikut berjuang untuk Indonesia.***

Artikel ini telah tayang pada portal Desk Jabar dengan judul "Hari Santri Nasional 2021 Tanggal Berapa ? Ini Penjelasan Lengkap Soal Sejarah Hari Santri".

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Desk Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x