Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar Buka Suara Soal Banjir Kalsel, Tetap Salahkan Anomali Cuaca

- 21 Januari 2021, 14:15 WIB
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar /Twitter @sitinurbayaLHK

ZONA BANTEN - Banjir Kalsel menuai banyak perhatian karena menjadi banjir terparah sejak beberapa tahun terakhir. Banyak pihak yang menganggap peralihan fungsi hutan menjadi perkebunan sawit dan pertambangan menjadi penyebabnya.

Hal ini membuat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan buka suara soal penyebab banjir di Kalsel dan tetap menyalahkan anomali cuaca.

“Ada simpang siur informasi, terlebih banyak data tidak valid yang sengaja dikeluarkan beberapa pihak. KLHK selaku pemegang mandat wali data pemantauan sumberdaya hutan, menjelaskan, penyebab banjir Kalsel anomali cuaca dan bukan soal luas hutan di DAS Barito wilayah Kalsel,” tulis Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar, melalui akun Twitter resminya @SitiNurbayaLHK pada Rabu, 20 Januari 2021.

Baca Juga: 185 Bencana di Awal Tahun 2021, BNPB Catat Gempa Bumi Paling Banyak Timbulkan Korban Jiwa

Menteri LHK menjelaskan bahwa DAS Barito Kalsel seluas 1,8 juta hektar hanya merupakan sebagian dari DAS Barito Kalimantan seluas 6,2 juta hektar dan perhatian perlu diberikan pada daerah hulu DAS Barito dimana 94.5% dari total wilayah hulu DAS Barito berada dalam Kawasan Hutan.

Menurutnya hulu DAS Barito masih terjaga dengan baik jika dilihat dari data tahun 2019, sebesar 83,8% hulu DAS Barito bertutupan hutan alam dan 1,3% sisanya adalah hutan tanaman.

Siti Nurbaya Bakar menegaskan bahwa banjir pada DAS Barito terjadi akibat curah hujan yang ekstrim dan sangat mungkin terjadi recurrent periode 50 hingga 100 tahun.

“Penyebab utamanya terjadi anomali cuaca dengan curah hujan sangat tinggi. selama lima hari dari tanggal 9-13 Januari 2021, terjadi peningkatan 8-9 kai lipat curah hujan dari biasanya. Air yang masuk ke sungai Barito sebanyak 2,08 miliar m3 (normalnya 238 juta m3),” jelasnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Beri Selamat pada Joe Biden, Berharap Perkuat Kemitraan Strategis

Titik pertemuan  dua anak sungai yang cekung dan berupa tekuk lereng juga membuat akumulasi air dengan volume besar.

Menteri LHK juga menjelaskan jika penurunan hutan alam terbesar terjadi pada periode 1990-2000 yaitu sekitar 55,5%. Sementara dalam lima tahun terakhir, penurunan hutan alam cenderung landai dengan upaya masif dan konsisten yang dilakukan untuk rehabilitasi alam.

Siti Nurbaya Bakar membuat utas di akun Twitter-nya untuk meluruskan pemberitaan beberapa informasi yang dinilai keliru dan menyebar masif di tengah situasi bencana saat ini.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x