Sedang Ramai Dibahas di Twitter, Apa arti Asian Values Sesungguhnya?

7 Juni 2024, 18:53 WIB
Asian value menjadi trending di Twitter karena podcast Arie Putra dan Budi Adiputro di kanal YuoTube mereka, Total Politik mengundang Pandji Pragiwaksono. /Tangkap layar YouTube Total Politik

ZONABANTEN.com - Perbincangan komika Pandji Pragiwaksono dengan seorang Podcaster bernama Arie Putra sedang viral di Twitter.

Dalam perbincangan tersebut, Arie Putra menganggap bahwa apa yang sedang dilakukan Jokowi adalah sah-sah saja. Ia turut memuji Politik Dinasti.

"Tetapi kan ini termasuk hak warga negara bang politik dinasti ini" ucap Arie Putra.
Pandji Pragiwaksono pun kaget dan heran podcaster total politik itu mengeluarkan pernyataan tersebut.

Baca Juga: Maesyal Rasyid Diperiksa BKD Banten, Diduga 'Cawe-Cawe' Pilkada, Bisa Diberhentikan dengan Tidak Hormat

Namun, apa yang dimaksud dengan Asian Values? Apa itu Asian Values dalam politik?

Bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, arti dari kata tersebut adalah "Nilai-nilai Asia".

Nilai-nilai Asia berarti, seseorang harus menghormati otoritas, mengimbangi kebutuhan individu dan masyarakat, prestasi pendidikan, hemat, disiplin, dan pekerja keras.

Di dunia politik, ini berarti untuk mematuhi pemerintah dalam segala hal, sebab nilai-nilai Asia dalam politik adalah patuh terhadap otoritas.

Di Asia sendiri, terutama Indonesia, terdapat dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang memiliki pemahaman Barat mengenai hak asas manusia dan politik, dan kelompok kedua adalah pengikut nilai-nilai Asia.

Baca Juga: Hasil Seleksi Kartu Prakerja Gelombang 69 Sudah Keluar! Cek Dashboard Prakerja dengan Cara Berikut

Nilai-nilai Asia sendiri memiliki 2 poin penting yakni pembangunan ekonomi, dan mengutamakan hak sosial dan ekonomi dibandingkan individu dan politik.

Dua poin tersebut dideklarasikan di Bangkok pada bulan Maret tahun 1993. Deklarasi tersebut disetujui oleh 48 negara, namun dikritik oleh Lembaga Swadaya Masyarakat di seluruh Asia.

Penentang nilai-nilai Asia juga menganggap bahwa nilai-nilai yang diterapkan hanya menjadi alat untuk menjaga kepentingan penguasa-penguasa Asia Timur.

Sementara itu, pendukung teori ini menganggap bahwa nilai-nilai yang dibawa teori ini berhasil mengembangkan ekonomi di Asia. Hal ini terbukti salah ketika Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1998 yang melengserkan Soeharto.

Baca Juga: Ketua MUI Banten Wafat di Arab Saudi, MUI Banten Upayakan KH TB Hamdi Ma'ani Dimakamkan di Kota Mekkah

Para penganut teori feminis menganggap bahwa nilai-nilai Asia ini merupakan alasan untuk membedakan kelas, gender, Ras, dan hierarki yang ada di masyarakat Asia.

Beberapa ahli pun mengungkapkan pendapat mereka. Daniel A.Bell, Filsuf asal Kanada menganggap bahwa "Asian Values" kurang tepat, namun "many values in Asia" lebih tepat.

Filsuf lainnya, Charles Taylor menganggap pengalaman budaya Asia dapat memperluas pengertian mengenai Hak Asasi Manusia, menjadi yang lebih kokoh.***

Editor: Rahman Wahid

Tags

Terkini

Terpopuler