ITB Prediksi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa, BNPB dan UGM Kerja sama Sistem Peringatan Dini

27 September 2020, 05:00 WIB
Ilustrasi: Ramai Soal Riset Potensi Tsunami 20 Meter di Pulau Jawa, BMKG Angkat Bicara //*pixabay

ZONABANTEN.com - Dalam sebuah risetnya, Institut Teknologi Bandung (ITB) menyampaikan hasil riset yang cukup menggemparkan masyarakat pesisir pantai.

Melansir dari Pikiran-Rakyat.com, ITB memprediksi sepanjang pantai selatan Jawa Barat dan selatan Jawa Timur berpotensi digulung tsunami.

Riset tersebut pun memperkirakan tinggi tsunami yang akan mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur.

Sementara itu, melansir dari rilis  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada hari Sabtu 26 September 2020, BNPB dan Universitas Gajah Mada (UGM) menjalin kerja sama untuk pemasangan sistem peringatan dini tsunami untuk wilayah 1 yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) pada Jumat 25 September 2020 secara virtual

Wilayah ini mencakup tiga kabupaten di provinsi yang berbeda, yakni Mentawai, Nias Selatan dan Banyuwangi.

Baca Juga: ENHYPEN Didesak-desak Penggemar Sasaeng di Bandara Hingga Terpisah, Jatuh dan Menangis

Ketiga kabupaten tersebut merupakan wilayah dengan potensi bahaya tsunami dengan kategori kelas sedang hingga tinggi.

Berdasarkan analisis InaRISK, sebanyak 10 kecamatan di Kepulauan Mentawai memiliki potensi bahaya tersebut dengan jumlah populasi terpapar mencapi 28 ribu jiwa.

Demikian juga untuk Nias Selatan dan Banyuwangi, wilayah-wilayah ini berada pada kategori yang sama untuk bahaya tsunami.

Sistem peringatan dini tsunami ini merupakan pengembangan dari sistem peringatan dini yang sudah dibangun sebelumnya. Sistem yang terpasang akan mengacu pada SNI 8840-1:2019 tentang sistem peringatan dini bencana, draft ISO 22328-2 dan juga RSNI peringatan dini tsunami.

Baca Juga: Resmi Dibuka , Segera Ikuti Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 10, Kuota Sisa 200 Ribu

RSNI peringatan dini tsunami sendiri masih dalam pembahasan yang meliputi lima elemen, yakni pengetahuan risiko, diseminasi dan komunikasi risiko, pemantauan dan diseminasi peringatan dini, kemampuan respon dan komitmen keberkelanjutan sistem peringatan dini.

Direktur Peringatan Dini BNPB Afrial Rosya mengatakan, tujuan utama dari pemasangan sistem peringatan dini adalah untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

“Sistem ini dipasang di lokasi-lokasi yang rentan bencana tsunami sekaligus dilakukan peningkatan kapasitas masyarakatnya untuk menghindari timbulnya korban jiwa, serta kerusakan harta dan benda saat terjadi bencana,” ujar Afrial secara virtual pada Jumat 25 September 2020.

Baca Juga: Mengaku Dokter, EFY Pelaku Pelecehan Rapid Test Bandara Pegang Ijazah Kedokteran

Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Teknik UGM Dr. Waziz Wildan menyambut baik keberlanjutan kerja sama antara UGM dan BNPB. Ini akan terus mendorong inovasi-inovasi baru dari UGM di bidang kebencanaan, termasuk salah satunya bencana tsunami.

“Bencana tsunami tidak bisa kita hindari, oleh sebab itu perlu inovasi teknologi yang berkelanjutan dalam peringatan dini,” kata Waziz.

 

Saat ini BNPB bekerja sama dengan UGM dan BSN telah berhasil menyusun SNI 8235:2017, SNI 8840-1:2019, ISO 22327:2018 dan ISO 22328-1:2020 tentang sistem peringatan multi-bencana. Selanjutnya BNPB, BMKG, UGM dan BSN sedang menyusun SNI dan ISO tentang sistem peringatan dini tsunami, yang berikutnya diikuti dengan sistem peringatan dini banjir dan letusan gunung api.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Pikiran Rakyat BNPB

Tags

Terkini

Terpopuler