WHO Sebut Transmisi COVID-19 Lewat Udara Belum Terbukti

10 Juli 2020, 17:28 WIB
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Wiku Adisasmito (BNPB) /

ZONABANTEN.com -  Penelitian, kajian dan riset terus dilakukan oleh sejumlah ahli terhadap karakter virus COVID-19. Hasil dari berbagai penelitian mereka, tentunya akan berpengaruh terhadap kebijakan pencegahan COVID-19 secara global.

Yang paling baru tentunya tentang penelitian tentang kemungkinan transmisi atau penularan COVID-19 lewat udara.

Dikutip dari situs bnpb.go.id, Wiku Adisasmito selaku Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional menyampaikan, pihaknya telah menanyakan secara langsung kepada Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia mengenai perkembangan penelitian virus COVID-19, termasuk mengenai penelitian transmisi atau penularan lewat udara.

Baca Juga: Tubagus Chaeri Wardana Bacakan Pledoi Minta Uang Yang Disita KPK Dikembalikan

Hasil dari peneltian yang ada menunjukkan bahwa transmisi udara belum terbukti secara pasti.

“WHO mendorong penelitian lebih lanjut di bidang ini,” ujar Wiku, Kamis 9 Juli 2020.

“Seiring dengan transmisi melalui udara, kami melihat banyak rute transmisi lainnya, bekerja sama dengan para ahli dari berbagai bidang,” imbuh Wiku.

Baca Juga: Update Sebaran Corona Nasional Hari Ini 10 Juli 2020, DKI Jakarta Tertinggi 260 Kasus Baru

Ia menjelaskan bahwa transmisi COVID-19 melalui udara mungkin dapat terjadi pada kondisi dan keadaan tertentu. Contohnya tindakan yang menimbulkan partikel aerosol dilakukan, seperti memasang dan melepas selang intubasi endotrakea, bronkoskopi.

Termasuk juga penyedotan cairan dari saluran pernapasan, pemakaian nebulisasi, tindakan invasif dan non invasif pada saluran pernapasan dan resusitasi jantung paru.

Sementara itu, publikasi baru-baru ini dari New England Journal of Medicine telah mengevaluasi ketahanan virus penyebab COVID-19.

Baca Juga: Update Corona Hari Ini Jumat 10 Juli 2020, Penambahan Positif Hari Ini 1.611 Kasus

Dalam kajiannya,  aerosol terkumpul melalui sebuah alat yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung Goldberg dalam lingkungan terkendali laboratorium. Alat tersebut merupakan mesin berkekuatan tinggi dan tidak merefleksikan kondisi normal manusia saat batuk. 

Penemuan pada kajian itu menunjukkan bahwa virus COVID-19 yang mampu bertahan di udara hingga 3 jam ini tidak mencerminkan kondisi klinis manusia di saat batuk.

Kondisi tersebut terjadi pada saat eksperimen dilakukan untuk melihat konsentrasi partikel yang melayang di udara.  

Baca Juga: Jadwal Tayang One Piece Chapter 985 Ditunda Minggu Depan

Berdasarkan bukti-bukti tersebut, WHO terus merekomendasikan pencegahan penularan yang disebabkan oleh droplet dari orang yang terinfeksi COVID-19.

Pada lingkungan dimana dilakukan prosedur yang menghasilkan aerosol, WHO tetap merekomendasikan tindakan pencegahan berdasarkan tingkat risikonya.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: BNPB

Tags

Terkini

Terpopuler