Bayah Banten Diguncang Gempa, Ini Hasil Riset Ilmuwan tentang Potensi Zona Megathrust di Pantai Selatan Jawa

1 April 2022, 14:52 WIB
Ilustrasi potensi Zona Megathrust /Pexels/George Desipris/

ZONABANTEN.com - Wilayah pantai Selatan pulau Jawa sering kali dilanda gempa. Pada hari ini daerah Bayah Banten tercatat dilanda gempa bumi yang terkini , pada 1 April 2022 tercatat telah terjadi dua kali gempa pada pukul 11.54 WIB dan 14.14 WIB. 

Gempa pada pukul 11.54 WIB terjadi dengan kekuatan 5,0 di sekitar 20 km dari Bayah dan pada pukul 14.14 WIB terjadi kembali di 5,1 magnitudo di sekitar 35 km dari Bayah. 

Sebuah riset dari ahli ITB pada 2020 lalu pernah membuat sebuah permodelan potensi gempa yang dapat terjadi di Zona Megathrust yang salah satunya terletak di sepanjang Pantai Selatan Jawa Barat dan Jawa Timur

Dalam risetnya,gempa tersebut dapat menyebabkan tsunami sampai setinggi 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur.  

Ditegaskan oleh BMKG, potensi gempa dengan skala magnitudo 9,1 yang dapat memicu tsunami hingga 20 meter yang dimodelkan oleh ahli ITB tersebut adalah skenario terburuk zona Megathrust.

Baca Juga: Gempa Bayah Banten Terjadi Lagi Hari Ini 1 April 2022, Dirasakan hingga Pelabuhan Ratu

Maksud adanya skenario terburuk ini bukan untuk menakut-nakuti melainkan agar masyarakat dan pemangku kebijakan dapat membuat skenario terbaik untuk upaya mitigasi.

Sehingga upaya mitigasi jangan hanya berdasarkan skenario ancaman paling kecil, yang dapat menyebabkan ketidak siapan masyarakat ketika terjadi hal yang lebih buruk.

Perlu diingat bahwa Potensi gempabumi yang dapat memicu tsunami dari zona megathrust ini bukan hanya di Selatan Jawa namun di seluruh Zona Megathrust dari Barat Sumatera hingga Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Bahkan pada daerah Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina dan Subduksi Utara Papua seperti yang disampaikan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono.

“Meskipun Kajian Ilmiah dan permodelan dapat menentukan potensi magnitudo maksimum gempa megathrust, pada kenyataannya hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi.” ujar Daryono.

Karena banyaknya kemungkinan yang akan terjadi, maka upaya mitigasi harus dipersiapkan dengan baik untuk meminimalkan resiko kerugian baik kerugian jiwa maupun ekonomi.

Baca Juga: Gempa Guncang Banten Cukup Kuat Pada Hari Ini 1 April 2022, Efeknya Terasa Sampai Bogor Hingga Bekasi

Dijelaskan oleh BMKG, informasi potensi gempa kuat di Zona Megathrust rentan memicu keresahan akibat salah paham.

Kesalahpahaman ini muncul karena masyarakat lebih tertarik membahas kemungkinan buruknya daripada memikirkan bagaimana mitigasi itu dapat direncanakan dengan baik.

Menurut BMKG, para ahli menciptakan model potensi bencana adalah untuk membuat acuan mitigasi. Sehingga komunikasi sains perlu diperbaiki agar masyarakat dapat menanggapinya dengan baik.

Diberitakan Pikiranrakyat-Depok.com sebelumnya, riset yang dilakukan oleh Guru Besar bidang Seismologi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Sri Widiyantoro memunculkan data-data tersebut.

Dalam risetnya, tsunami dapat terjadi sampai setinggi 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur.

Baca Juga: Gempa Bumi Ringan dan Kedalaman Dangkal Guncang Perairan Timur Laut Jayapura, Provinsi Papua Malam ini

Atas riset tersebut, BMKG mengapresiasinya karena para peneliti telah melakukan edukasi mengenai adanya ancaman tsunami tersebut kepada masyarakat. 

“Kami apresiasi hasil riset tersebut. Para peneliti mengedukasi perihal adanya ancaman kepada masyarakat” ujar Rahmat Triyono Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, melansir dari laman IG @infobmkg Minggu 27 September 2020. 

Meskipun begitu, Rahmat Triyono menambahkan, jika ancaman tsunami tersebut belum ada yang dapat memprediksi waktunya. 

"Ancaman itu terjadi atau tidak, belum ada yang bisa memprediksi secara tepat kapan terjadinya. Namun adanya potensi itu memang betul," lanjut Rahmat Triyono. 

***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler