Benturan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Sunda Jadi Pemicu Gempa Bumi, Berikut Penjelasannya

28 Juni 2021, 11:07 WIB
Infografis gerakan subduksi Lempeng Indo-Australia yang secara konstan menabrak Lempeng Sunda. /Tangkapan layar twitter @Jogja_Uncover
 

 


ZONABANTEN.com - Akhir-akhir ini sering terjadi gempa tektonik terutama di kawasan selatan Pulau Jawab.

Dalam sebuah ilustrasi video tentang tabrakan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Sunda dari Mitigasi Georitmus di sebuah akun twitter @jogja_undercover.

Diilustrasikan saat ini, Lempeng Indo-Australia secara konstan menabrak Lempeng Sunda.

Lempeng Indo-Australia ini terus menekan maju Lempeng Sunda yang menjadi bagian Lempeng Eurasia dengan kecepatan 5-6 cm pertahun.

Akibat tabrakan ini Lempeng Sunda menjadi bergetar yang dapat menimbulkan beberapa kali gempa tektonik.

Dilansir Mitigasi Georitmus melalui akun twitter @jogja_uncover, sebuah ilustrasi video terkait tabrakan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Sunda diperlihatkan.

Pada video itu, terlihat gerakan Lempeng Indo-Australia yang bergerak maju menekan ke arah Lempeng Sunda.

Baca Juga: Gempa di Jawa Tengah, Netizen: Gempa Saat Subuh adalah Tingkatan Selanjutnya dari Tobat

Pada tabrakan itu, tampak permukaan Pulau Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau lain ikut terdorong.

Terkait peristiwa ini, subduksi dua lempeng besar tersebut memang telah terjadi selama jutaan tahun.

Subduksi sendiri adalah proses geologi pada kerak bumi, dimana terdapat batas dua lempeng tektonik yang bertemu.

Artikel ini telah dimuat sebelumnya di KABAR BANTEN dengan judul Lempeng Indo-Australia Tabrak Lempeng Sunda, Picu Gempa Bumi dan Kemunculan Gunung Api, Segini Kecepatannya

Kerak Samudra Indo-Australia yang lebih tipis menyusup ke bawah lempeng Kerak Lempeng Eurasia atau Lempeng Sunda.

Ini karena Lempeng Eurasia atau Lempeng Sunda lebih tebal secara konvergen dari kerak Lempeng Indo-Australia.

Padahal biasanya, kerak samudra yang lebih tebal, tenggelam ke dalam mantel di bawah kerak benua yang lebih ringan.

Selama kurun waktu jutaan tahun, proses subduksi dua lempeng bumi ini diikuti oleh peristiwa gempa bumi.

Baca Juga: Terlihat Lebih Kurus, Warga Pyongyang Khawatirkan Kesehatan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un

Ini pun yang mendorong terbentuknya poros gunung-gunung api di sepanjang batas lempeng.

Bahkan proses ini pula yang menyebabkan wilayah pesisir selatan Jawa di masa purba, perlahan terangkat menjadi dataran tinggi.

J.F. Prawirodirdjo, seorang ilmuan geologi menyatakan, proses penyusupan kerak samudera terjadi sangat lambat, tidak bisa dirasakan dan dilihat manusia dalam fase kehidupan.

Namun begitu, teknologi telah membantu para ilmuan untuk mengetahui kecepatan gerak Lempeng Indo-Australia.

Dimana berdasarkan perhitungan Prawirodirdjo, kecepatan gerak Lempeng Indo-Australia diketahui rata-rata 5-6 cm pertahun.*** (KABAR BANTEN/Sigit Angki Nugraha)

 

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Kabar Banten

Tags

Terkini

Terpopuler