Belum Aman dari Ancaman Megathrust, Masyarakat Dituntut Waspada, Tak Perlu Panik

13 Desember 2020, 16:45 WIB
Belum Aman dari Ancaman Megathrust, Masyarakat Dituntut Waspada, Tak Perlu Panik /Pixabay

ZONABANTEN.com - Tahun 2020 ini sejumlah masyarakat dibuat panik oleh penelitian mengenai ancaman megathrust.

Disebutkan bahwa akan ada tiga wilayah di Indonesia yang akan merasakan dampaknya dalam skala besar.

Para pakar dan badan yang bersangkutan sering berbisik tentang potensi dan dampak dari bencana ini.

Kepanikan masyarakat makin memuncak ketika disebut megathrust akan memicu gelombang tsunami hingga setinggi 20 meter.

Baca Juga: Warga Jawa Barat Waspada! BMKG Peringatkan Soal Angin Kencang dan Hujan Petir

Gelombang tsunami dahsyat tersebut disebut dipicu oleh adanya gempa megathrust, mengemparkan masyarakat.

Berita ini menimbulkan keresahan, perasaan was-was dan juga pertanyaan apa megathrust itu dan kenapa isu ini perlu kita ketahui.

Megathrust adalah julukan atau sebutan untuk daerah atau lokasi subduksi, yaitu kondisi dimana lempeng satu mendorong lempeng-lempeng yang lainnya sehingga akhirnya terjadi subduksi dan gempa, dilansir dari ilmugeografi.com dan portaljember.pikiran-rakyat.com.

Baca Juga: Hati-hati! Makan Pepaya Berlebih Bisa Sebabkan Gangguan Pernafasan

Hal ini menyebabkan lempeng yang satu bergerak naik dan yang lainnya bergerak turun, seperti diberitakan Portal Kudus pada artikel "Ingat Megathrust? 3 Zona Besar Apa dan Dimana Letaknya, Berikut Penjelasannya".

Karena Megathrust terjadi di dataran dekat bumi dan pada lempengan yang dangkal, akhirnya gempa ini memiliki skala atau kekuatan yang sangat besar.

Skala gempanya bisa mulai dari 8,0 SR ; 9,0 SR ; bahkan para ilmuwan juga pernah memprediksi jika Megathrust bisa lebih parah dari 9,0 SR.

Indonesia membagi zona megathrust menjadi 3 zona besar yaitu Andaman Megathrust, Sumatra Megathrust, dan juga Java Megathrust.

Baca Juga: Sampai Ketua PBNU Serukan Boikot, Ada Apa Dengan JNE?

Dari pemberitaan BMKG, yang merilis pemberitaan BPBD Prop DKI JAKARTA tentang “Penjelasan tekait Sarasehan IKAMEGA; Gempa bumi Megathrust Magnitudo 8.7, Siapkah Jakarta?"

Memberikan pemahaman, karena wilayah Indonesia terletak di zona pertemuan lempeng tektonik aktif, maka Indonesia menjadi wilayah yang rawan gempabumi.

Oleh karena itu pemerintah (melalui Pusat Studi Gempa Nasional-PUSGEN) dengan didukung oleh para pakar gempa dari beberapa perguruan tinggi, lembaga/kementerian termasuk BMKG, telah menerbitkan buku "Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia tahun 2017" sebagai salah satu upaya dan langkah mitigasi gempabumi di Indonesia.

Peta tersebut merupakan pedoman untuk mendesain konstruksi bangunan di daerah rawan gempabumi, dengan mempertimbangkan percepatan tanah akibat perambatan gelombang gempa.

Baca Juga: Terungkap! Ini Musuh Utama Alocasia, Lawan dengan Cara Berikut

Peta tersebut diterbitkan bersama buku dengan judul yang sama.

Di dalam buku tersebut diinformasikan bahwa berdasarkan hasil kajian para pakar gempabumi, zona tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang menunjam masuk ke bawah Pulau Jawa disebut sebagai zona megathrust, & proses penunjaman lempeng tsb masih terjadi dengan laju 60-70 mm per tahun.

Selanjutnya, menurut analisis para pakar gempabumi, gerakan penunjaman lempeng tersebut memungkinkan dapat mengakibatkan gempa megathrust dengan kekuatan/magnitudo maksimum yang diperkirakan dpt mencapai M 8,7.

Maka Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) berinisiatif menyelenggarakan diskusi dengan Pemprov DKI untuk menyiapkan langkah-langkah mitigasi gempabumi tersebut.

Baca Juga: Misteri Ramalan Jayabaya, Dikaitkan Dengan Peristiwa-peristiwa Besar di Tanah Air yang Akan Terjadi

Senada dengan DKI, pemerintah provinsi jabar melalui jabarprov merilis pemberita Humas Pemkab Garut, menindaklanjuti hasil riset para ahli Institut Teknologi Bandung ( ITB ) yang disampaikan Triyono selaku kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.

Bahwa adanya potensi gempa bumi dengan Magnitudo 9,1 SR yang dapat memicu tsunami hingga 20 meter dari zona gempa bumi megathrust, langsung disikapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut.

Dalam pemberitaan, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Firman Karyadin, juga turut memberikan edukasi melalui tayangan-tayangan tentang megathrust berikut asal muasal gempa megathrust itu.

Baca Juga: Misteri Ramalan Jayabaya, Dikaitkan Dengan Peristiwa-peristiwa Besar di Tanah Air yang Akan Terjadi

Menurutnya, tidak bisa dipungkiri yang disimpulkan oleh masyarakat dari informasi yang beredar saat ini bahwa gempa megathrust sebagai sesuatu yang baru dan akan segera terjadi dalam waktu dekat, berkekuatan sangat besar, dan menimbulkan kerusakan serta tsunami dahsyat.

Meski pemahaman seperti ini kurang tepat, naman harus tetap memberikan edukasi kepada masyarakat selatan Jawa khususnya agar selalu waspada.

Paling tidak kita bisa bersama-sama mempersiapkan sarana prasarana untuk meminimalisir dampak kerusakan maupun korban, mulai dari mempersiapkan jalur evakuasi hingga tempat aman, dan hal lainnya.

Baca Juga: BTS dan Super Junior Mendominasi, Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Fact Music Awards 2020

Zona megathrust, ujar Firman, sebenarnya sekadar istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal.

Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.

Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting).

Baca Juga: Berikut Cara Menanam Tanaman Hias Alocasia Black Velvet yang Masih Satu Keluarga dengan Aglonema

Diberitakan juga Wakil Bupati Garut dr. Helmi Budiman yang turut hadir mengingatkan, agar tetap waspada akan adanya bencana alam yang sedang terjadi di negara/wilayah kita.

Bahkan di masa pandemi Covid-19 ini juga dihadapkan kembali dengan hasil penelitian yang sangat menghebohkan, yaitu akan terjadinya gempa megathrust yang menimbulkan tsunami dengan ketinggian 20 meter.

”Untuk itu kita sebagai hamba-Nya harus tetap sabar, berdoa, tetap tenang dan waspada terhadap berbagai kemungkinan. Insyaallah ada hal baik yang Allah tetapkan untuk hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa,” ucap Helmi.***(Sugiharto/Portal Kudus)

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Portal Kudus

Tags

Terkini

Terpopuler