Suka Mencaci Pendosa, Apakah Tanda Sudah Beriman?

- 20 Desember 2021, 15:46 WIB
Sering Mencaci Pendosa, Apakah Tanda Sudah Beriman?
Sering Mencaci Pendosa, Apakah Tanda Sudah Beriman? /pexels.com/ Liza Summer

ZONABANTEN.com - Karakter seseorang yang suka mencaci pendosa terkadang masih dijumpai dalam kehidupan sehari hari.

Mencaci pendosa tidak hanya terjadi di lapisan masyarakat biasa, bahkan terkadang melibatkan sosok yang ditokohkan atau menjadi panutan banyak orang.

Tindakan mencaci pendosa ini bisa berbentuk umpatan, mendoakan keburukannya, atau menghakimi moral pendosa  dengan kata-kata kasar.

Dalam hal tertentu, umpatan merendahkan itu justru dibungkus dengan alasan pembenar bahwa hal tersebut dilakukan untuk mencegah kemungkaran.

Baca Juga: Makna Buah Khuldi Akhirnya Terkuak, Ternyata Tidak Seperti yang Diduga

Namun apakah tindakan seperti ini merupakan cara yang dianjurkan agama untuk mencegah kemungkaran, atau justru cerminan dari kekurangan yang ada dalam diri kita.

Buya Syakur Yasin menjelaskan, seorang ulama pernah mengatakan "tidak akan bisa tertawa di hadapan orang fasik, pendosa, kecuali orang yang sudah kenal Tuhannya".

Menurut Buya Syakur Yasin, ungkapan tersebut bermakna yang bisa tertawa dan tersenyum dengan para pendosa hanyalah para 'arif billah, orang yang sudah mengenal Tuhannya.

Karena pada umumnya, orang yang beragama pada taraf biasa akan suka mencaci-maki orang lain yang dianggap berdosa.

Baca Juga: Badai Pasti Berlalu: Tetaplah Tegar Menghadapi Badai, Walau Sulit Tapi Harus Tetap Bangkit

Hal ini seperti yang dikatakan Buya Syakur Yasin karena masih ada kebencian dalam hati mereka, sehingga sulit tersenyum di hadapan pendosa.

"Ketika seseorang beragama dengan baik, katakanlah sudah menjadi ustadz atau mubaligh, ketika berhadapan dengan seorang pendosa, apakah itu pencopet, pelacur atau koruptor terkadang sulit tersenyum, kenapa? Karena masih ada kebencian dalam dirinya", Kata Buya Syakur Yasin.

Sementara di sisi yang lain, jelas Buya Syakur Yasin seorang 'arif billah justru melihat pendosa dengan kasih sayang serta mendoakan mereka.

Tidak hanya mendoakan, bahkan dalam riwayat tersebut dikatakan para 'arif billah ini juga memikul beban atas perilaku para pendosa itu.

"Jadi kalau ada yang masih suka bilang, kafir, musyrik, bahkan didoakan masuk neraka paling bawah lagi, nah ini berarti belum kelasnya 'arif billah, jadi ya maklumi saja", jelas Buya Syakur Yasin.

Baca Juga: Membeli Barang dengan Diskon Natal dan Hari Raya Non-Muslim, Bagaimana Hukumnya? Ini Fatwa Para Ulama!

Merendahkan atau bahkan mencaci maki orang lain, sama sekali tidak membuktikan kita lebih baik baik, bahkan tindakan itu adalah bukti sifat negatif yang ada dalam diri.

Jika hal ini tidak disadari, maka dalam kehidupan sosial juga akan menimbulkan sikap paradok.

"Misalnya saya bisa saja melacurkan agama, kan bisa saja ya, sementara orang lain melacurkan tubuhnya, lebih buruk mana? ya lebih buruk melacurkan agama, tapi kenapa orang yang melacurkan agama dihormati sementara yang hanya melacurkan tubuhnya dihina?", jelas Buya Syakur.

Penjelasan ini dapat dijadikan indikator untuk mengukur dan berusaha terus-menerus memperbaiki diri kita masing-masing agar menjadi manusia yang lebih baik. ***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: YouTube KH Buya Syakur Yasin MA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah