Pada tanggal 9 November 1989, ketika Perang Dingin mulai mencair di seluruh Eropa Timur, juru bicara Partai Komunis Berlin Timur mengumumkan perubahan dalam hubungan kotanya dengan Barat.
Mulai tengah malam hari itu, katanya, warga GDR bebas melintasi perbatasan negara. Warga Berlin Timur dan Barat berbondong-bondong ke tembok, minum bir dan sampanye sambil meneriakkan "Tor auf!" ("Buka gerbangnya!").
Lebih dari 2 juta orang dari Berlin Timur mengunjungi Berlin Barat akhir pekan itu untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut.
Orang-orang menggunakan palu dan beliung untuk merobohkan bongkahan dinding, sementara derek dan buldoser merobohkan bagian demi bagian.
Segera tembok itu hilang dan Berlin bersatu untuk pertama kalinya sejak 1945. Reunifikasi Jerman Timur dan Barat diresmikan pada 3 Oktober 1990, hampir satu tahun setelah runtuhnya Tembok Berlin.***