Mengingat bahwa sejarah slogan ini, yaitu berawal dari adanya perdebatan mengenai pembagian wilayah yang terjadi pada tahun 1940-an.
Berdasarkan laporan dari Middle East Eye, saat itu ketika kerajaan Inggris mengakhiri mandatnya untuk menguasai Palestina, maka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberi usulan agar membagi wilayah itu menjadi dua negara, negara Yahudi dan Palestina.
Namun rencana ini, ditolak keras oleh para pemimpin Arab pada saat itu, sebab jika tetap dilanjutkan 62 persen wilayah itu akan berada di bawah kendali Israel.
Baca Juga: Save Palestine, Indonesia Bersatu Memberi Doa dan Dukungan kepada Palestina
Setelah Inggris ditarik mundur, perang pun pecah. Akibat dari perang itu, lebih dari 750.000 warga Palestina terusir dari rumahnya, peristiwa ini pun dikenal dengan sebutan “Nakba atau malapetaka”.
Bagi pengamat Palestina dan Israel, slogan ini ditafsirkan dengan makna yang berbeda tergantung pada istilah “bebas”.
Kebebasan yang dimaksud di sini yaitu mengacu pada fakta bahwa sejak Inggris memberikan hak kepada Yahudi untuk mendirikan tanah air nasional di Palestina melalui Deklarasi Balfour tahun 1917.
Akibatnya, rakyat Palestina tidak mendapatkan hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Oleh sebab itu, Palestina dianggap dapat membahayakan Israel, jika kedaulatan Israel masih berada di antara Sungai Yordan dan Laut Mediterania.***