Kepala Gereja yang Akui ‘Anak Tuhan’ Jadi Buronan FBI, Didakwa Paksa Gadis-Gadis Berhubungan Badan

- 14 Februari 2022, 17:53 WIB
Tangkap Layar kepala gereja Quiboloy
Tangkap Layar kepala gereja Quiboloy /IG @pastoracq

ZONABANTEN.com – Apollo Carreon Quiboloy, seorang pendiri sekaligus kepala gereja di Filipina telah menjadi daftar buronan FBI Amerika Serikat terkait kasus-kasus seksual.

Seorang kepala gereja yang memproklamirkan diri sebagai ‘anak Tuhan yang diangkat’ ini juga tersandung kasus sumbangan palsu.

Dilaporkan dari Gulf News pada 7 Februari 2022, FBI telah menerbitkan di Twitter resminya bahwa seorang pendiri sekaligus kepala gereja bernama Apollo Carreon Quiboloy yang memproklamirkan diri sebagai 'anak Tuhan' dan kepala sekte agama ‘Kerajaan Yesus Kristus’yang berbasis di kota Davao, Filipina Selatan dicatat sebagai buronan FBI di acara “Most Wanted by FBI”.

Dakwaan yang dituduhkan oleh juri agung federal FBI AS kepada kepala gereja Quiboloy adalah kasus-kasus seksual yaitu memaksa gadis-gadis muda yang berusia di bawah umur yakni sekitar 12 tahun untuk berhubungan seks dengannya serta berpartisipasi dalam sumbangan untuk amal palsu.

Baca Juga: Seorang Pendeta dan Istrinya Ditangkap Setelah Mengunci 8 Orang di Ruang Bawah Tanah

Para gadis-gadis muda tersebut direkrut oleh Quiboloy untuk bekerja sebagai asisten pribadi, atau 'pastoral'.

Selain itu, gadis-gadis muda ini juga menyiapkan makanan, membersihkan tempat tinggal, memberinya pijatan, dan bahkan diminta untuk berhubungan seks dengannya dengan dalih yang biasa disebut pastoral sebagai 'tugas malam'.

Menurut Departemen Kehakiman AS, Quiboloy dalam aksinya memaksa gadis-gadis untuk berhubungan seks, serta mengancam mereka pula dengan “kutukan abadi” jika para gadis tersebut menolak berhubungan seks dengannya.

Selain itu, dilansir dari situs web FBI, menyatakan bahwa pendiri gereja Quiboloy juga diduga karena dugaannya dalam skema perdagangan tenaga kerja yang dibawa anggota gereja ke Amerika Serikat, melalui visa yang diperoleh secara curang, dan paksaan para anggota untuk meminta sumbangan untuk amal palsu, sumbangan yang tidak digunakan untuk membiayai operasi gereja dan gaya hidup mewah para pemimpinnya.

Poster buronan juga dikeluarkan oleh FBI untuk Teresita Dandan dan Helen Panilag yang diidentifikasi sebagai pejabat tinggi ‘Kerajaan Yesus Krstus’, Nama Di Atas Setiap Nama (KOJC) yang didirikan Quiboloy pada 1985.

Dalam pernyataan kepada media lokal, di hadapan hukum Quiboloy, pengacara Ferdinand Topacio, mengajukan pertanyaan yang diajukan, menyatakan bahwa tuduhan federal pada 10 November 2021, di mana surat perintah telah dikeluarkan.

Konferensi pers online Topacio melalui Sonshine Media Network International (SMNI), cabang media dari sekte Quiboloy.

Baca Juga: Profil Kepala Gereja Quiboloy yang Didakwa Kasus Pelecehan Seksual, Jadi Pendeta Kemanusiaan Terbaik

Topacio mengatakan bahwa publikasi poster buronan oleh FBI yang mencatat kepala gereja Quiboloy sebagai ‘buronan’ seksual disebut hanyalah untuk mempermalukan kepala dan pendiri gereja tersebut.

“Tidak perlu menanyakan informasi kepada publik mengenai keberadaan Pastor Quiboloy karena [dia] tidak terbuka. [Seseorang] harus dibawah mengetahui mana pendeta itu,” katanya kepada media lokal.

Dia menambahkan bahwa kepala gereja Quiboloy hanya berada di Kota Davao dan masih dapat disaksikan secara langsung di TV.

Namun, mereka juga akan menunggu proses ekstradisi berjalan, alih-alih menghadapi tantangan menghadapi FBI Amerika Serikat.

“Semua orang tahu ada proses ekstradisi. Saya pikir [poster buronan] hanya dirancang untuk mempermalukan dan mempermalukan pendeta. Ini adalah tindakan yang sangat tercela,” kata Topacio.

Baca Juga: Kebenaran Terungkap Setelah Gunakan CT Scan, Dikira Seorang Pendeta Ternyata Ini Mumi Wanita Hamil

Pada bulan November, kepala gereja Quiboloy mencap tuduhan kasus-kasus seksual terhadapnya sebagai "serangan terbesar dan api pengamatan" yang memfitnah reputasinya sebagai seorang kepala gereja sekaligus pemimpin sekte agama ‘Kerajaan Yesus Kristus’.

Menurut Departemen Kehakiman Filipina (DOJ), pemerintah Manila dapat memilih untuk "menyerahkan sementara" kepala gereja Quiboloy jika FBI AS meminta ekstradisinya.

Sekretaris Kehakiman Filipina, Menardo Guevarra, sebelumnya menyatakan bahwa mengekstradisi setiap warga negara Filipina harus dilakukan sesuai dengan proses hukum.

Guevarra telah mengatakan bahwa tidak akan ada perlakuan khusus untuk kepala gereja Quiboloy atas kasus seksual dan Departemen Kehakiman juga akan menjalankan mandatnya berdasarkan hukum, terlepas dari orang-orang yang terlibat.***

Editor: Siti Fatimah Adri

Sumber: Gulf News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah