Update COVID-19 Global: Australia Belum Siap Untuk Melonggarkan Kebijakan Protokol Kesehatan

- 28 Januari 2022, 18:40 WIB
Ilustrasi virus Covid-19 varian Omicron.
Ilustrasi virus Covid-19 varian Omicron. /Reuters/Dado Ruvic

ZONABANTEN.com – Beberapa negara di Eropa mulai menerapkan pelonggaran kebijakan protokol kesehatan. Mereka kini sudah ‘hidup berdampingan’ bersama dengan virus Covid-19.

Namun, menurut ahli, Australia masih jauh dari kata siap untuk melakukan hal serupa.

Di Inggris, untuk masuk ke sebuah tempat penyelenggaraan suatu acara tidak memerlukan persyaratan yang terkait dengan Covid-19. Bahkan penggunaan masker pun sudah tidak diwajibkan kembali, meskipun di beberapa tempat masih diharuskan.

Baca Juga: Update COVID-19 Global : Kasus Positif di New South Wales, Australia, Mulai Mengalami Penurunan

Di seluruh wilayah Britania Raya, orang yang dinyatakan positif Covid hanya memerlukan waktu sekitar 7 hari untuk melakukan isolasi mandiri, dengan pemeriksaan pada hari ke 6 dan ke 7.

Hal tersebut lantaran terdapat data yang menyatakan bahwa angka infeksi harian menurun.

Di Belanda, meskipun pemerintah mengatakan bahwa jumlah kasus positif masih tergolong tinggi dan masih banyak orang yang melakukan isolasi mandiri, kebijakan protokol kesehatan yang diterapkan juga mulai diperlonggar.

Melalui situs mereka, pihak pemerintah Belanda pun memberi pernyataan berikut:

Baca Juga: Google Play Sajikan Tab 'Penawaran' (offers) di Applikasi Google Play Store

“Pelonggaran protokol kesehatan Covid mungkin akan kembali menyebabkan kenaikan angka kasus positif.

“Tapi, terlepas dari segala resiko dan ketidakpastian, pemerintah percaya bahwa langkah besar perlu diambil.

“Perpanjangan protokol yang banyak membatasi kehidupan kita juga tidak baik untuk kesehatan dan masyarakat secara keseluruhan.”

Pemerintah Denmark pun memberi pernyataan serupa. Mereka mengatakan bahwa Covid-19 tidak boleh lagi dianggap sebagai penyakit yang tergolong kritis mulai tanggal 31 Januari 2022 nanti.

Pertanyaannya, apakah Australia harus mengambil langkah serupa?

Baca Juga: KTT G7 2023 : Kota di Jepang ini Ajukan untuk Jadi Tuan Rumah KTT Mendatang

Sejak Jumat dan Kamis kemarin, terdapat sekitar 31,000 kasus positif Covid-19 di seluruh penjuru negeri.

Dengan 5000 diantaranya mendapat perawatan di rumah sakit, serta 372 diantaranya mendapat perawatan intensif di IGD.

Gaetan Burgio dari universitas nasional Australia, mengatakan bahwa merupakan suatu kesalahan bila dengan keadaan yang ada saat ini, kebijakan yang sama dilakukan di negeri kanguru tersebut.

Ia mengatakan bahwa pada saat ini, Australia baru saja mulai melalui puncak penyebaran virus Corona, khususnya dengan varian Omicron.

Baca Juga: Luhut Tekankan Komitmen RI Lawan Perubahan Iklim dan Deforestasi

“Tidak lama setelah pembelajaran tatap muka di sekolah kembali dilakukan, saya rasa infeksi Omicron akan terjadi.

“Menurut saya, masih terlalu dini bagi Australia untuk melonggarkan protokol kesehatan karena lonjakan kasus Covid bisa saja naik kembali. Pemberian vaksin dosis booster pun belum berada pada angka yang cukup tinggi bagi kita untuk melakukannya.

“Sementara, masih ada kemungkinan munculnya varian Covid lainnya.” Kata Burgio.

“Dibandingkan dengan Amerika maupun negara-negara di Eropa, Australia sudah memberi waktu untuk menyegerakan pemberian vaksin booster yang kini sudah tinggi jumlahnya, dimana ini melindungi masyarakat Australia.

Baca Juga: Ini Isi Surat Member April Pasca Bubar, Penuh Ucapan Terima Kasih

“Lonjakan kasus Covid dengan varian Omicron memang pada akhirnya akan membuat kita berpikir bahwa kita memang harus hidup berdampingan dengan virus ini.

“Itulah mengapa vaksinasi dan menjaga higienitas demi menjaga diri dari infeksi Corona yang parah” Sambung Burgio.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: News.com.au


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah