Sadis! Mohammed bin Salman Eksekusi 133 Orang Sejak Jadi Putra Mahkota Arab Saudi, Benarkah Dia Psikopat?

- 19 Januari 2022, 20:08 WIB
Sadis! Mohammed bin Salman Eksekusi 133 Orang Sejak Jadi Putra Mahkota Arab Saudi, Benarkah Dia Psikopat? Instagram/@mbsalsaud1
Sadis! Mohammed bin Salman Eksekusi 133 Orang Sejak Jadi Putra Mahkota Arab Saudi, Benarkah Dia Psikopat? Instagram/@mbsalsaud1 /

ZONABANTEN.com - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) terus mendapat sorotan dari dunia internasional belakangan ini.

Mohammed bin Salman telah melakukan sejumlah reformasi sosial di Arab Saudi yang dipuji oleh banyak pihak sebagai modernisasi di kerajaantersebut.

Sang pangeran telah membuka bioskop pertama di Arab Saudi dan mengizinkan konser musik berlangsung, menuju masyarakat yang lebih terbuka.

Namun, dalam periode yang sama, jumlah eksekusi hukuman mati di Kerajaan Arab Saudi ternyata juga telah meningkat tajam.

Baca Juga: Sembuh 276 Pasien Omicron di Indonesia Sebut Jubir COVID-19

Seperti diketahui, Arab Saudi menjadi satu-satunya negara di dunia yang masih memenggal kepala orang sebagai bentuk eksekusi.

Selama lebih dari satu dekade, negara Timur Tengah itu berada dalam daftar lima negara teratas untuk jumlah eksekusi yang telah dilakukan.

Bahkan, jumlah eksekusi yang dilakukan di Arab Saudi rupanya telah mengalami peningkatan tajam dalam beberapa tahun terakhir.

Fakta ini diungkap oleh organisasi hak asasi manusia (HAM) internasional, Reprieve dan Amnesty International pada Maret 2018.

"Dalam delapan bulan setelah dia (Mohammed bin Salman) diangkat menjadi putra mahkota, 133 orang dieksekusi," demikian laporan Reprieve.

Baca Juga: Tes Psikologi: Pilih Salah Satu Gambar, Jawaban akan Ungkap Kondisi Anda Dalam Membina Rumah Tangga

"Mohammed bin Salman telah mengawasi eksekusi rata-rata 16 orang per bulan, setiap bulan, sejak pengangkatannya," lanjut laporan itu.

"Jika ini berlanjut, selama 2018 bisa melihat 200 eksekusi, jumlah eksekusi tertinggi yang pernah tercatat di Arab Saudi dalam satu tahun," tambahnya.

Amnesty International juga telah mengutuk penggunaan hukuman mati yang terus semakin menonjol trjadi di Arab Saudi.

Mereka mengklaim negara kerajaan tersebut menggunakan hukuman itu sebagai cara untuk menahan kritik dari kelompok minoritas Syiah di sana.

Baca Juga: Australia Siapkan Diri Dampak Kematian Akibat COVID-19

"Eksekusi brutal ini adalah tindakan baru dalam penganiayaan berkelanjutan otoritas Arab Saudi terhadap minoritas Syiah," kata Amnesty pada 2017.

"Hukuman mati digunakan sebagai senjata politik untuk menghukum mereka karena berani memprotes perlakuan dan membuat orang lain diam," lanjutnya.

Bahkan, organisasi itu juga mengkritik Mohammed bin Salman secara pribadi yang seharusnya berinvestasi dalam HAM, bukan promosi diri ke luar negeri.

"Jika Anda tidak tahu lebih baik, Anda akan berpikir Arab Saudi berada di jalan menuju reformasi besar," kata Amnesty dalam laporannya pada 2020.

Baca Juga: Binnie Oh My Girl Mengubah Nama Panggung

"Namun, dalam beberapa bulan sejak penunjukan putra mahkota, kami melihat alasan untuk percaya tawarannya lebih dari sekadar latihan promosi yang apik."

"Faktanya, Arab Saudi punya catatan HAM yang mengerikan dan situasinya semakin memburuk sejak (MBS) ditunjuk sebagai pewaris resmi tahta pada Juni 2017," demikian dalam laporan mereka.

Beberapa waktu lalu, seorang mantan pejabat keamanan senior di Arab Saudi pun pernah mengecam sang pangeran dengan menyebutnya sebagai psikopat.

Tak hanya menuduh Mohammed bin Salman adalah seorang psikopat, dia juga mengklaim putra mahkota itu sebagai seorang pembunuh.

Kecaman dari mantan intelijen bernama Saad al-Jabri itu terkait dengan rencana busuk yang pernah disusun oleh Mohammed bin Salman di masa lalu.

Baca Juga: Moonbyul MAMAMOO Rilis MV “Lunatic”, Tonjolkan Perasaan Obsesif

Dia mengungkap Mohammed bin Salman pernah merencanakan untuk membunuh pemimpin negara Timur Tengah itu dengan sebuah cincin beracun.

Menurutnya, anak Raja Salman itu mengungkap rencana tersebut kepada sepupunya, Pangeran Mohammed bin Nayef pada tahun 2014 silam.

Saat itu, yang berkuasa adalah Raja Abdullah, kakak tiri dari Raja Salman, ayah Mohammed bin Salman yang kini memimpin Arab Saudi sejak tahun 2015.

Namun, pihak Arab Saudi dengan tegas membantah klaim tersebut. Ini disebut sebagai rekayasa dari 'mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan'.

Apalagi Saad al-Jabri dikenal dekat dengan Mohammed bin Nayef yang digulingkan Mohammed bin Salman hingga naik jadi putra mahkota.

Baca Juga: Pria Australia Ditangkap Setelah Diduga Bunuh Anak dalam Tong

Mohammed bin Nayef jadi putra mahkota sejak 2015, saat Raja Salman berkuasa. Dia adalah anak Nayef bin Abdulaziz Al Saud, kakak kandung Raja Salman.

Saad al-Jabri sendiri telah kabur dari Arab Saudi dan tinggal di pengasingan di Kanada, dengan alasan Mohammed bin Salman juga ingin membunuhnya.

Bahkan, dua anaknya turut jadi korban sang pangerang yang kini menjadi penguasa de facto, seiring dengan kekhawatiran pada kesehatan Raja Salman.

Pengadilan memenjarakan dua anaknya pada 2020 lalu, dengan tuduhan pencucian uang dan konspirasi melarikan diri dari kerajaan secara tidak sah.

Tak hanya itu, dunia internasional juga sempat dibuat heboh oleh kasus pembunuhan Jamal Khashoggi yang diduga didalangi oleh Mohammed bin Salman.

Baca Juga: Mingyu Seventeen Bahas Proses Persiapan Album dan Motivasinya untuk Tetap Semangat

Jurnalis Arab Saudi yang dikenal selalu keras mengkritik pemerintahan di negaranya itu diketahui terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

CIA pun secara terbuka telah menuduh Mohammed bin Salman sebagai dalangnya dengan memerintahkan agen Arab Saudi untuk melakukan pembunuhan tersebut.

Namun saat itu, sang pangeran dan pihak Kerajaan Arab Saudi dengan keras telah menyangkal semua tuduhan tersebut.

Terkait eksekusi hukuman mati di Arab Saudi, Mohammed bin Salman juga pernah langsung memberikan pernyataan kepada media internasional.

Ketika itu, dia sendiri menghadapi pertanyaan soal eksekusi di kerajaannya dalam sebuah wawancara dengan The Economist pada 2016.

Baca Juga: 8 Hot Pria Korea Berpose untuk Prada Fashion Show 2022 Menswear

Namun, dia berkelit dengan menekankan bahwa semua yang dieksekusi tersebut telah melalui tiga lapisan sistem peradilan.

"Mereka sedang meninjau kejahatan, dan prosedur, dan persidangan, dan hukuman, dan menjalankan hukuman," kata Mohammed bin Salman saat itu.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: Aljazeera Telegraph


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x