Merck Memproduksi Molnupiravir, Pil COVID-19 Yang Mengklaim Mampu Atasi Varian Delta

- 1 Oktober 2021, 21:39 WIB
Pil pengobatan COVID-19 eksperimental yang disebut molnupiravir sedang dikembangkan oleh Merck & Co Inc dan Ridgeback Biotherapeutics LP, terlihat dalam foto selebaran tak bertanggal yang dirilis oleh Merck & Co Inc dan diperoleh Reuters 17 Mei 2021.
Pil pengobatan COVID-19 eksperimental yang disebut molnupiravir sedang dikembangkan oleh Merck & Co Inc dan Ridgeback Biotherapeutics LP, terlihat dalam foto selebaran tak bertanggal yang dirilis oleh Merck & Co Inc dan diperoleh Reuters 17 Mei 2021. /Merck & Co Inc/Handout via REUTERS


ZONABANTEN.com – Merck & Co Inc (MRK.N) memproduksi obat oral eksperimental bernama Molnupiravir, yang mengklaim mampu mengatasi COVID-19 varian Delta.

Menurut hasil uji klinis sementara yang diumumkan pada Jumat lalu, Molnupiravir juga mengklaim mampu mengurangi sekitar 50% kemungkinan rawat inap atau kematian bagi pasien yang beresiko sakit parah.

Dalam memproduksi Molnupiravir, Merck bekerjasama dengan Ridgeback Biotherapeutics. Merck dan mitranya tersebut sedang berencana mencari otorisasi penggunaan daruat Amerika Serikat untuk pil tersebut secepat mungkin untuk mengajukan aplikasi ke badan pengatur di seluruh dunia.

Baca Juga: KBRI Tokyo Bentuk Pusat UKM di Jepang untuk Bantu Kembangkan Bisnis Pelaku Usaha Asal Indonesia

Hal tersebut disebabkan hasil positif uji coba fase 3 akan diberhentikan lebih awal.

“Ini akan mengubah dialog seputar cara mengelola COVID-19,” kata Robert Davis, CEO Merck, dilansir dari reuters.com pada 1 Oktober 2021.

Cara kerja pil Molnupiravir yaitu dengan memasukkan kesalahan ke dalam kode genetik virus, akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk COVID-19.

Saham Merck naik menjadi 8% dalam perdagangn pra-pasar di New York berkat perhatian masyarakat dunia pada pil produksinya, yaitu Molnupiravir.

“Perawatan antivirus yang dapat dilakukan di rumah untuk menjauhkan orang dengan COVID-19 dari rumah sakit sangat dibutuhkan,” jelas Wendy Holman, CEO Ridgeback, mitra kerjasama Merck.

Baca Juga: Google Maps Segera Luncurkan Fitur Informasi Kebakaran Hutan Sebagai Tanggapan Menyedihkan Atas Krisis Iklim

Para ilmuwan menyambut dengan baik inisiasi Merck memproduksi sistem pengobatan baru untuk mengatasi COVID-19 yang sudah menewaskan hampir lima juta orang di dunia.

Sementara itu, Profesor Penny Ward, yang menjadi profesor tamu dalam kedokteran farmasi di King’s College London menyatakan bahwa ketersediaan antivirus oral yang efektif dan dapat ditoleransi dengan baik akan sangat berguna sebagai pelengkap vaksinasi untuk mengurangi proporsi pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Dalam proses produksi, Merck sempat melakukan uji coba terhadap pil terbarunya tersebut.

Uji coba dilakukan dengan melibatkan pasien di seluruh dunia untuk meminum pil Molnupiravir setiap 12 jam selama lima hari.

Indikator yang digunakan dalam uji coba tersebut adalah pasien dengan gejala COVID-19 ringan hingga sedang yang memiliki gejala tidak lebih dari lima hari. Semua pasien memiliki minimal satu faktor risiko yang terkait dengan penyakit yang buruk, misalnya obesitas atau faktor usia.

Baca Juga: Pemerintah Jepang Sepenuhnya Mencabut Status Darurat dan Pra-Darurat Covid-19

Dalam uji coba tersebut, Merck memberikan keterangan bahwa Molnupiravir efektif melawan semua varian virus korona, termasuk varian Delta yang sangat menular.

Perusahaan tidak memberikan lebih detail mengenai efek samping obat tersebut. Merck hanya mengatakan bahwa tingkat efek samping serupa untuk pasien Molnupiravir dan plasebo.

Dalam keterangan itu, Merck juga menambahkan bahwa perusahaannya mentargetkan mampu memproduksi 10 juta program pengobatan pada akhir tahun 2021, serta lebih banyak dosis lagi di tahun depan.***
 

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x