Penelitian Terbaru Temukan 87.000 Kilometer Lapisan Es Menghilang Setiap Tahunnya Sejak 1979

- 7 Juli 2021, 12:55 WIB
ilustrasi lapisan es di dekat kutub
ilustrasi lapisan es di dekat kutub /PIXABAY/12019/PIXABAY

ZONABANTEN.com—‌‌‌‌ Bumi kehilangan es dengan kecepatan tinggi, area es seukuran danau  setiap tahunnya mencair ke samudra.

Para peneliti telah mendokumentasikan hilangnya wilayah yang beku, baik di lapisan es kutub, di gletser, maupun di lapisan salju musiman selama bertahun-tahun. 

Mereka juga menemukan bahwa es di sungai dan danau mencair lebih awal di musim semi saat suhu menghangat, didorong oleh perubahan iklim.

Namun, sebuah studi baru pada 16 Mei di jurnal  Earth's Future adalah yang pertama mengumpulkan semua bagian Bumi yang beku dan mengukur pencairannya dalam satu langkah. 

Kumpulan area yang diselimuti es secara kolektif di planet ini dikenal sebagai kriosfer (cryosphere).

Dipimpin oleh Xiaoqing Peng, seorang ahli geografi di Universitas Lanzhou di Cina, studi baru menemukan bahwa planet ini telah kehilangan sekitar 33.000 mil persegi (87.000 kilometer persegi) lapisan es setiap tahun sejak 1979.

"Kriosfer adalah salah satu indikator iklim yang paling sensitif dan yang pertama menunjukkan perubahan pada dunia," ujar Peng dalam sebuah pernyataan. 

"Perubahan ukurannya mewakili perubahan global yang besar, bukan masalah regional atau lokal." ujar Peng menambahkan

Baca Juga: 7 Orang Dipastikan Meninggal dalam Longsor yang Menyapu 130 Rumah dan Bangunan di Kota Atami, Jepang

Para peneliti mengumpulkan data tentang tutupan salju, luasan es laut dan tanah beku, yang mencakup luasan lapisan es di daerah kutub. Banyak pengukuran dilakukan oleh satelit dan dikumpulkan oleh Pusat Data Salju dan Es Nasional (National Snow and Ice Data Center atau NSIDC). 

Untuk daerah yang diselimuti salju, para peneliti menggunakan data kedalaman salju dari Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa. 

Mereka kemudian memvalidasi kumpulan data ini dengan membandingkan angka-angka tersebut dengan data dari 28.000 stasiun cuaca lokal di seluruh dunia.

Dari penelitian itu, mereka menemukan bahwa belahan bumi utara kehilangan lebih banyak es, cakupannya menyusut 39.300 mil persegi (102.000 km persegi) per tahun.

Hilangnya es ini sedikit diimbangi oleh kenaikan yang lebih kecil di Belahan Bumi Selatan seluas 5.400 mil persegi (14.000 km persegi). 

Sebagian besar penambahan itu itu ada di es laut di Laut Ross di Antartika, yang kemungkinan tumbuh karena limpasan, aliran air, dari air tawar dari benua itu.

Menurut para peneliti, limpasan tersebut dapat mengubah pola arus laut dengan cara yang kompleks, begitu juga perubahan pola angin,.

Baca Juga: Daftar 27 Kabupaten Kota Zona Merah di Luar Jawa-Bali, Pemda Diminta Lakukan Langkah Efektif

Para peneliti juga menemukan bukti musim beku yang lebih pendek setiap tahun. 

Pembekuan pertama musim dingin sekarang terjadi rata-rata 3,6 hari lebih lambat daripada tahun 1979, dan pencairan pertama musim semi terjadi 5,7 hari lebih cepat.

Kriosfer menampung tiga perempat air tawar dunia, dan hilangnya es mempengaruhi pasokan air di banyak daerah pegunungan yang bergantung pada pencairan air salju setiap musim semi untuk mengisi sungai dan waduk. 

Shawn Marshall, ahli glasiologi di University of Calgary di Kanada, yang tidak terlibat dalam penelitian, menjelaskan beberapa tujuan para peneliti

Para peneliti ingin menggunakan data kriosfer secara global untuk mempelajari bagaimana perubahan es mengubah ekosistem. 

Mereka juga ingin menggunakan data itu untuk membandingkan kecerahan puncak, atau albedo, dengan perubahan iklim musiman dan jangka panjang.

Salju putih cerah dan es memantulkan sinar matahari dari permukaan bumi, membantu mendinginkannya.

Namun, ketika lelehan salju memperlihatkan tanah dengan warna yang lebih gelap, sehingga menyerap panas lebih mudah, keadaan itu dapat memperburuk pemanasan.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah