Ilmuwan Temukan Komet Selebar 100 Km Bergerak Mendekati Matahari

- 1 Juli 2021, 08:56 WIB
Ilustrasi.Ilmuwan Temukan Komet Bernardinelli-Bernstein Selebar 100 Km Bergerak Mendekati Matahari
Ilustrasi.Ilmuwan Temukan Komet Bernardinelli-Bernstein Selebar 100 Km Bergerak Mendekati Matahari /WikiImages/Pixabay

ZONABANTEN.com —‌‌‌‌ Sebuah komet, yang berasal dari Awan Oort dan belum pernah diamati sebelumnya, diperkirakan akan berayun di sekitar matahari.

Objek asing ini baru saja ditetapkan sebagai komet pada Rabu 23 Juni 2021 yang lalu, seminggu setelah astronom pertama kali mengamatinya.

Pada awal pengamatan, komet itu terlihat sebagai titik kecil yang bergerak, gambar awalnya ditangkap dalam gambar arsip dari Dark Energy Camera di Cerro Tololo Inter-American Observatory di Chili. 

Komet itu sekarang dikenal sebagai Komet C Pedro Bernardinelli / 2014 UN271, atau Bernardinelli-Bernstein.

Nama itu diberikan sesuai nama penemunya, seorang mahasiswa pascasarjana Universitas Pennsylvania, dan astronom Gary Bernstein.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR Mengunjungi Pemuka Agama dan Mohon Didoakan Untuk Keselamatan Bangsa

Komet, yang diperkirakan memiliki lebar 62 mil (100 kilometer) ini sangat mengesankan.

Komet itu berjarak 20 kali jarak dari Bumi ke matahari, komet itu sedang bergerak menuju matahari dan, diperkirakan, pada 23 Januari, 2031 akan mencapai titik terdekatnya dengan matahari dalam orbitnya. 

Ketika itu, komet tersebut akan berada tepat di luar orbit Saturnus, atau sekitar 10,95 kali jarak antara Bumi dan matahari.

"Kami akan memiliki waktu hampir 20 tahun untuk mempelajarinya," ujar Peter Vereš, astronom di Center for Astrophysics Harvard & Smithsonian dan di Minor Planet Center (MPC).

MPC, yang bergerak di bawah Smithsonian Astrophysical Observatory (SAO), adalah sekelompok mengidentifikasi dan menghitung orbit komet baru, planet minor, dan bebatuan jauh lainnya. 

Menurut Veres, waktu Itu adalah peluang yang menarik, karena komet itu kemungkinan adalah objek yang hampir murni dari Awan Oort.

Awan Oort adalah sebuah area yang dipenuhi puing-puing bebatuan es yang diprediksi mengelilingi tata surya.

Baca Juga: AHY Isolasi Mandiri Setelah Anissa Pohan Dinyatakan Positif COVID-19

Komet Bernardinelli-Bernstein pertama kali muncul di arsip Dark Energy Camera tahun 2014.

Bernardinelli dan Bernstein segera menyadari bahwa objek, yang pada saat itu terlihat seperti sebuah titik, bergerak dari waktu ke waktu saat mereka menelusurinya hingga 2015, 2016, 2017 dan 2018.

Para astronom mengirim pengamatan ke MPC, yang pada awalnya mengklasifikasikan objek tersebut sebagai asteroid atau planet kecil, karena permukaannya tampak lembam secara kimiawi. 

Laporan mengenai objek baru tersebut memicu astronom amatir untuk mengarahkan teleskop mereka ke angkasa, dan beberapa segera melihat "koma," (coma) atau kabut uap dan debu, yang berasal dari objek tersebut.

Veres menyatakan, kepada Live Science,  bahwa mereka menemukan bahwa objek tersebut aktif,.

Komet adalah benda aktif karena panas matahari dan angin matahari menyebabkan gas terlepas dari permukaan mereka. 

Veres memprediksi lebih aktifnya permukaan komet itu selama beberapa tahun terakhir dikarenakan komet tersebut sedang melesat lebih dekat ke matahari,, akibatnya, aktivitas itu lebih mudah dikenali.

Baca Juga: Update Covid-19: Data Sebaran Kasus Baru & Kasus Aktif di 34 Provinsi Indonesia Hari ini Rabu 30 Juni 2021

Komet tersebut diprediksi membutuhkan waktu sekitar 5,5 juta tahun untuk menyelesaikan orbitnya yang vertikal terhadap bidang planet-planet.

Para peneliti MPC memperkirakan jarak terjauh orbit komet ini mencapai sekitar satu tahun cahaya dari matahari. 

Berdasarkan orbitnya, komet ini kemungkinan berasal dari daerah Awan Oort yang sangat jauh dan sangat dingin. 

Vere menyatakan bahwa objek seperti komet Bernardinelli-Bernstein mungkin pernah menjadi bagian dari tata surya.

Mereka, diperkirakan, dikeluarkan oleh interaksi gravitasi dengan planet besar seperti Saturnus dan Neptunus.

Meskipun sejarah komet ini masih belum pasti, Vere memprediksi,perjalanannya yang baru ditemukan mungkin merupakan penjelajahan pertama kembalinya  ke tata surya sejak pembuangannya yang diperkirakan tersebut.

Baca Juga: Korea Utara Alami Krisis Besar Akibat Covid-19, Kim Jong Un Pecat Pejabat yang Gagal Tangani Pandemi

Vere menyatakan kedatangan komet ini sangat menarik baginya.

Menurut Vere, komet dengan periodisitas pendek telah mengalami perubahan bentuk secara signifikan dari bentuk aslinya.

Perubahan itu terjadi karena pemanggangan dan pengurangan oleh rotasi di sekitar matahari.

Sementara itu, komet dengan periodisitas panjang seperti Bernardinelli-Bernstein yang tinggal di bagian terluar tata surya, tidak banyak berubah. 

Artinya, mereka adalah kapsul waktu dari kondisi pada pembentukannya pada hari-hari awal tata surya.

"Kami menerima lebih banyak pengamatan pada hampir setiap hari," ujar Vereš. 

Veres menyatakan komet tersebut terlihat seperti titik kabur dan mungkin tidak akan pernah mengesankan jika hanya dilihat dengan mata.

Namun, instrumen sensitif pada teleskop besar mungkin segera dapat mendeteksi variasi cahaya yang datang dari komet yang dapat mengungkapkan molekul yang keluar dari permukaannya. 

Data ini bisa mengungkapkan terbuat dari apa komet itu.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x