Usulan Joe Biden Untuk Mengurangi Biaya Hak Paten Vaksin Covid-19 Timbulkan Pertentangan

- 9 Mei 2021, 08:34 WIB
Usulan Joe Biden Untuk Mengurangi Biaya Hak Paten Vaksin Covid-19 Timbulkan Pertentangan
Usulan Joe Biden Untuk Mengurangi Biaya Hak Paten Vaksin Covid-19 Timbulkan Pertentangan /REUTERS/JONATHAN ERNST

ZONABANTEN.com—‌‌‌‌ Dibalik dukungan internasional terhadap langkah Amerika Serikat (AS) untuk meringankan biaya hak paten Vaksin Covid-19, banyak juga yang menentang keputusan tersebut.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, AS mendukung rencana untuk mengupayakan keringanan biaya hak paten atas vaksin Covid-19. Keputusan tersebut mendapatkan berbagai dukungan dari berbagai pihak karena dapat mempermudah produksi vaksin yang sangat diperlukan dunia.

Disampaikan oleh Al Jazeera, Presiden AS Joe Biden menghadapi tekanan dari sesama anggota Partai Demokrat atas keputusannya yang mendukung pembebasan paten untuk vaksin.

Baca Juga: Hanya Sebagai Provokator, Pendiri OPM Sebut Veronica Koman Tidak Punya Hak Bicara Tentang Papua

“Keputusan itu dijanjikan Presiden Biden selama kampanyenya,” ujar Hanna, reporter Al Jazeera. 

“Namun, di sisi lain, sejak dia menjabat, ada banyak tekanan juga, dari banyak perusahaan farmasi, untuk tidak melaksanakan peringanan ini,” imbuhnya.

Selama pandemi, Perusahaan farmasi pembuat vaksin telah melaporkan pendapatan dan keuntungan yang meningkat tajam.

Akibat pertentangan mengenai hak paten ini, saham perusahaan produsen vaksin Moderna Inc (MRNA.O) dan Novavax Inc (NVAX.O) akhirnya turun beberapa persen dalam perdagangan reguler, meskipun saham Pfizer Inc (PFE.N) hanya turun sedikit.

Kelompok lobi terbesar dari industri tersebut memperingatkan bahwa langkah Biden yang belum pernah terjadi sebelumnya akan merusak tanggapan perusahaan terhadap pandemi dan membahayakan keselamatan.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR RI: Selamatkan Al Aqsa, Hentikan Teror Israel

Melansir dari REUTERS, satu narasumber dari pihak industri mengatakan perusahaan AS akan berusaha agar keringanan biaya hak paten yang disepakati dapat seminimal mungkin. 

Analis Robert W. Baird, Brian Skorney, mengatakan dia yakin diskusi peringanan itu hanya sebuah langkah angkuh oleh pemerintahan Biden dan tidak akan memulai perubahan besar dalam undang-undang paten.

"Saya skeptis bahwa ini akan memiliki dampak jangka panjang yang lebih luas di seluruh industri," ujar Brian.

Amerika Serikat dan beberapa negara lain sebelumnya memblokir negosiasi di WTO tentang proposal yang dipimpin oleh India dan Afrika Selatan. Negosiasi itu ditujukan untuk mengesampingkan perlindungan atas beberapa paten dan teknologi serta meningkatkan produksi vaksin di negara berkembang.

Baca Juga: Pengirimannya Tertunda, Media Korea Utara Sebut Vaksin COVID-19 Bukan Obat Mujarab

Kritikus peringanan mengatakan memproduksi vaksin COVID-19 itu rumit dan menyiapkan produksi di fasilitas baru akan mengalihkan sumber daya dari upaya untuk meningkatkan produksi di lokasi yang ada. Mereka mengatakan bahwa perusahaan farmasi di negara kaya dan berkembang telah mencapai lebih dari 200 perjanjian transfer teknologi untuk memperluas pengiriman vaksin COVID-19.

Pemerintah AS menggelontorkan miliaran dolar untuk penelitian dan pembelian sebelumnya untuk vaksin COVID-19 tahun lalu ketika suntikan vaksin itu masih dalam tahap awal pengembangan. Pada saat itu, masih belum jelas vaksin mana yang akan terbukti aman dan efektif untuk melindungi dari serangan virus. 

“Peringanan paten semacam itu sama dengan pengambilalihan properti perusahaan farmasi yang inovasi dan investasi finansialnya memungkinkan pengembangan vaksin COVID-19 pada tahap pertama." ujar Amesh Adalja, pakar senior di Johns Hopkins Center for Health Security mengutip dari REUTERS.

Baca Juga: Memanas ! Warga Palestina Menolak Penggusuran Wilayah Sheikh Jarrah Yerusalem Timur oleh Israel

Para pendukung peringanan ini mengatakan bahwa perusahaan farmasi hanya akan menderita kerugian kecil karena peringanan apa pun bersifat sementara. Sementara itu, mereka masih dapat menjual vaksin berikutnya yang mungkin diperlukan untuk tahun-tahun mendatang.

Sementara itu, Pfizer mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka mengharapkan penjualan vaksin COVID-19 setidaknya $ 26 miliar tahun ini dan permintaan suntikan dari pemerintah di seluruh dunia dapat berkontribusi pada perkembangan perusahaan tersebut untuk beberapa tahun ke depan.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: REUTERS Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah