Tanda-tanda Pasangan Bisa Lakukan KDRT, Perhatikan Ini dalam Kehidupan Pasca Pernikahan

- 15 Oktober 2022, 11:12 WIB
Ilustrasi KDRT.
Ilustrasi KDRT. / Dok/ Dok Pikiran Rakyat

ZONABANTEN.com - Akhir-akhir ini marak pemberitaan terkait kasus kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT yang dilakukan oleh sejumlah publik figur.

KDRT menjadi salah satu masalah di kehidupan rumah tangga yang tidak bisa dibiarkan begitu saja dan perlu ditindak lebih lanjut.

KDRT sendiri sebenarnya bisa diantisipasi sejak dini dengan memahami dan mempertimbangkan kepribadian pasangan sebelum jenjang pernikahan.

Baca Juga: LIVE HARI INI! Link Nonton Konser BTS 'Yet to Come In Busan' Gratis dan Legal via Weverse

Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh psikolog klinis Anggiastri Hanantyasari Utami yang mengatakan ada beberapa pertimbangan yang bisa dilakukan agar di dalam rumah tangga tidak terjadi KDRT.

"Ketika kita mau objektif dan peka sebelum menentukan pasangan hidup, ada beberapa hal yang bisa kita amati sejak dini," ujar Anggiastri dikutip dari ANTARA.

Anggiastri menjelaskan, kekerasan dalam rumah tangga memiliki banyak bentuk yang bisa mengganggu kesehatan mental, yakni seperti kekerasan ekonomi (tidak memberi nafkah), kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan kekerasan psikologis.

Tanda pertama yang diungkapkan oleh Anggiastri yakni pasangan sering merendahkan kita, baik itu secara personal ataupun ketika berada di depan umum.

Ciri lainnya yakni terjadi ketidak mampuan dalam berkomunikasi dan menyelesaikan masalah, bahkan cenderung menghindarinya atau kabur begitu saja.

Dalam hal ini, Anggiastri berpesan untuk memperhatikan kata-kata yang digunakan oleh pasangan dalam menyampaikan keluhannya, jika sering menggunakan kata-kata kasar, kita harus berhati-hati.

Baca Juga: Inilah Daftar 33 Tim Indonesia yang Ikut Shell Eco-Marathon 2022 di Mandalika, Adakah Universitasmu?

Hal lain yang harus diwaspadai yakni ketika pasangan sering memaksa kehendak kita tanpa mau mendengar keinginan atau kebutuhan kita.

Lalu, kita juga harus berhati-hati jika pasangan memiliki sifat merasa berkuasa dsn merasa paling benar atas segalanya.

"Ini ditandai dengan sering menyalahkan pasangan atas sikap dan perilaku kasar yang dilakukan dilanjutkan dengan mengatakan bahwa pasangan pantas mendapatkan hal tersebut," jelas Anggiastri.

Kita juga bisa mengamati sikap buruk pasangan terhadap orang di sekitarnya. Hal ini penting dilakukan, karena sikap dan perilaku seseorang mencerminkan bagaimana dirinya tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan tersebut, misalnya keluarga.

Anggiastri juga berpesan kepada pasangan yang sudah menikah untuk saling belajar dan bisa memahami satu sama lain, serta menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

Baca Juga: Link Streaming Tokyo Verdy vs Albirex Niigata, Pratama Arhan Turun Kembali untuk Gagalkan Ambisi Tim Tamu?

Mengelola emosi dam kehidupan pernikahan juga wajib dilakukan, bisa dengan cara memahami kebutuhan diri, memahami kebutuhan pasangan lalu saling berkomunikasi dengan baik.

Anggiastri mengatakan, jika kepentingan bersama ditempatkan di atas kepentingan pribadi, maka secara otomatis pasangan tersebut akan memikirkan bagaimana cara terbaik untuk memberikan kenyamanan dan memenuhi kebutuhan satu sama lain.

"Perlu diingat, bahwa ketika menjadi pasangan suami istri, pasangan merupakan sebuah tim yang kesuksesan tim ini ada di tangan bersama," ucap Anggiastri.

Begitu sebaliknya, jika setiap orang mengedepankan ego dan keinginan masing-masing, maka yang akan terjadi adalah kegagalan komunikasi bahkan bisa terjadi konflik yang mendekatkan pada perilaku kekerasan dalam rumah tangga.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x