ZONABANTEN.com – Bagi anda yang sering berlibur ke pantai, terutama yang berbatasan dengan lautan lepas, seringkali kita melihat orang sedang berselancar.
Berselancar adalah sebuah olahraga mengendarai ombak dalam posisi tegak.
Peselancar mencari dan menangkap gelombang laut, kemudian meluncur melintasi permukaan air sampai gelombang tersebut pecah dan kehilangan energinya.
Di laut, peselancar berdiri di papan selancar dan mengarahkan dirinya naik dan maju pada bagian gelombang yang tidak terputus ke arah pantai.
Baca Juga: Mitsubishi Eclipse Cross, SUV Modern dengan Beragam Fitur Futuristik
Dilansir oleh Surfertoday, olahraga selancar diperkirakan dimulai antara abad ke-19 dan 20, tetapi kebiasaan menunggang ombak adalah praktik lama yang berasal dari budaya Polinesia kuno dan Peru kuno.
Selancar modern lahir di pasir Waikiki, di pulau Oahu,Hawaii, Amerika Serikat ketika anak-anak pantai lokal pertama mulai mengajak wisatawan ke ombak untuk pengalaman naik ombak.
Baca Juga: Siapkan Dana 1,7 Miliar, Anda Bisa Piknik di Ruang Angkasa Stratosfer Bumi
Di Indonesia, salah satu spot surfing yang terkenal dan digemari oleh peselancar dunia adalah G-Land dan terletak di kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi - Jawa Timur, seperti yang tampak pada foto yang diambil oleh fotografer Willy Souw berikut ini.
Selancar atau istilah kerennya dari bahasa Inggris 'surfing' adalah olahraga yang menggabungkan kegiatan rekreasi, aktivitas fisik, dan olahraga kompetitif, tetapi bagi sebagian orang, itu adalah gaya hidup, kecanduan adrenalin dan hubungan spiritual dengan Alam.
Baca Juga: Noah Akan Rilis Versi Baru Lagu Kala Cinta Menggoda Ciptaan Chrisye, Ini Lirik Lagu nya
Dalam kurun waktu satu abad terakhir, aksi menunggang ombak ini berkembang menjadi beberapa jenis olahraga papan lainnya seperti skateboarding, body boarding, selancar angin dan selancar layang.
Menurut International Surfing Association (ISA), ada sekitar 20-25 juta peselancar di seluruh dunia, dan industri selancar bernilai sekitar USD15 miliar atau sekitar 210 triliun rupiah.***