Ternyata Selalu Berpikir Positif Belum Tentu Baik, Kenali Tanda-tanda Toxic Positivity dan Contohnya

19 November 2020, 10:53 WIB
Ilustrasi Toxic Positivity /Freepik.com

ZONABANTEN.com -  Ada saat-saat dimana kata-kata penyemangat atau dorongan untuk terus berfikir positif justru berdampak negatif bagi orang lain. 

Kondisi ketika kita 'memaksakan' diri kita atau orang lain untuk terus positif dan mengubur perasaan yang sebenarnya bisa disebut sebagai toxic positivity. 

Melansir dari whiteboardjournal.com dan yayasanpulih.org berikut informasi mengenai Toxic .positivity

Toxic positivity menjelaskan mengenai konsep yang mengatakan bahwa berpikir positif merupakan cara yang tepat untuk menjalani hidup. 

Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Orang Introvert Cenderung Mudah Overthinking dan Berbicara pada Diri Sendiri

Kita melakukan generalisasi secara tidak efektif terhadap perasaan dan keadaan bahagia, untuk diaplikasikan ke dalam setiap situasi yang dihadapi. 

Kemudian hal tersebut tertanam menjadi pola pikir yang tidak realistis, serta memaksa seseorang untuk menekan perasaan mereka yang sebenarnya. 

Dengan kata lain, kita dipaksa untuk fokus pada hal positif dan membuang emosi yang sebenarnya dirasakan.

Baca Juga: 7 Drama Korea dengan Rating Tertinggi Sepanjang Tahun 2019 dan 2020, Sudah Nonton?

Salah satu contoh toxic positivity adalah ketika seseorang dalam kondisi ditekan atau disakiti oleh orang lain namun tetap berusaha positif dan memaafkan orang tersebut. 

Maksud dari berusaha positif disini sampai pada tahap dia membiarkan orang lain itu untuk  terus menekan dan menyakitinya.

Contoh lain yang lebih sederhana adalah ketika seseorang berusaha memendam perasaan yang sebenarnya sedang kalut dan memaksa dirinya untuk terus positif.

Baca Juga: Indeks Harga Saham Gabungan Kamis, 19 November 2020: IHSG Dibuka Merah, Bursa Asia Kompakan 

Padahal akan lebih baik jika seseorang dapat mengungkapkan perasaan negatifnya itu melalui cara-cara yang lebih sehat alih-alih memendamnya.

Toxic positivity menjadi bentuk penyangkalan emosi yang tidak kita sadari. Hal ini akan menjadi lebih buruk jika seseorang terus berada pada kondisi ini dalam waktu yang lama.

Karena hal itu akan langsung berdampak pada kesehatan mental seseorang.

Baca Juga: BUMN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, Penempatan di PT Kawasan Industri Wijayakusuma

Orang-orang dengan sikap toxic positivity umumnya memiliki kecenderungan seperti overgeneralisasi keadaan, menyangkal emosi, berharap emosi langsung berganti, tidak peduli konteks dan merasa harus selalu optimis atau bahagia.

Namun kita juga tidak bisa serampangan menilai seseorang sebagai orang yang memiliki kecenderungan toxic positivity.

Kita juga harus mengenali perbedaan sifat-sifat positif yang sesuai dengan sifat-sifat positif yang toxic.

Ada dua istilah yang perlu kita pahami dulu yaitu validasi dan invalidasi. Jika kita melakukan validasi berarti kita menerima emosi lawan bicara dan berusaha memahami pikirannya.

Baca Juga: Breaking News! Mamah Dedeh Curhat Dong, Positif COVID-19

Sementara invalidasi berarti kita menyangkal emosi lawan bicara tanpa berusaha memahami pikirannya. Toxic positivity itu pada dasarnya invalidasi, seakan-akan melarang lawan bicara untuk tidak sedih, takut, cemas atau sejenisnya.***

Editor: Bunga Angeli

Tags

Terkini

Terpopuler