Cemas karena Harus Lepas Masker di Era Pelonggaran? Berikut Tips dari Psikolog untuk Mengatasinya

24 Mei 2022, 16:18 WIB
Tips dari Psikolog untuk Mengatasi Rasa Cemas karena Harus Lepas Masker di Era Pelonggaran /Pexels

ZONABANTEN.com – Baru-baru ini, presiden Jokowi mengumumkan pelonggaran penggunaan masker melalui pers konferens yang diunggah melalui kanal YouTube secretariat presiden.

Sebagian orang merasa Bahagia dengan adanya peraturan tersebut, namun di sisi lain banyak masyarakat yang masih takut dan cemas jika harus melepas masker di ruang terbuka.

Wajib masker memang sudah dijalankan hampir tiga tahun semenjak Covid-19 masuk di Indonesia pada tahun 2020.

Dikutip melalui antara news, Mega Tala Harimukthi sebagai psikolog klinis dewasa mengatakan jika hal tersebut dipicu karena masyarakat terbiasa memakai masker untuk bisa hidup berdampingan dengan Covid-19.

Baca Juga: Virus Covid-19 Terkendali! Presiden Jokowi Sudah Longgarkan Lepas Masker, Namun Ada yang Tetap Pakai Masker

Mega Tala menjelaskan jika selama pandemi masyarakat berusaha beradaptasi dan berdamai dengan keadaan salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan yakni memakai masker.

Adanya pelonggaran penggunaan masker di tempat terbuka membuat sebagian masyarakat cemas karena masih khawatir dengan pandemi Covid-19.

“Sebagian masyarakat yang masih sangat cemas menghadapi pandemi, justru menjadi semakin cemas dengan kebijakan ini,” tutur Mega.

Mencegah masyarakat semakin cemas dan khawatir ketika harus membuka masker, Mega menyarankan jika masyarakat tetap menggunakan masker agar mereka merasa aman dan nyaman.

Baca Juga: ‘Bu Nani’ Viral Lagi, Jadi Trending Topik di Twitter Karena Status Whatsapp-nya

Di sisi lain, Mega menjelaskan jika mereka harus bisa menerima kenyataan bila nantinya masyarakat luas banyak menerapkan kebijakan dari Jokowi, bahkan terkesan abai pada protokol kesehatan.

“Karena yang bisa dilakukan adalah mengendalikan diri sendiri, dan yang tidak yang tidak bisa dilakukan adalah mengendalikan orang lain termasuk perilakunya dalam berprotokol,” ucap Mega Tala.

“Artinya, kita tidak bisa lagi memaksakan orang lain untuk mengikuti perilaku kita yang masih bermasker untuk menjaga keamanan diri sendiri,” kata Mega melanjutkan.

Menurut Mega, pada akhirnya masyarakat tetap dapat menjaga diri sendiri maupun keluarga meskipun adanya kebijakan tersebut.

Baca Juga: GOT7 Puncaki Tangga Lagu iTunes di Seluruh Dunia dengan EP Self-Title

“Jadi intinya bagi yang masih merasa cemas dengan kebijakan baru ini, ada baiknya tetap menerapkan protokol kesehatan di mana pun dan kapan pun sebagai upaya menurunkan kecemasannya dan merasa lebih aman,” ucap Mega berpesan.

Menanggapi kecemasan yang terjadi di masyarakat, Profesor penyakit infeksi dan pengobatan perventif dari Vanderbilt University Medical Center, Nashville, Tennessee, Dr. William Schaffner mengatakan jika hal tersebut wajar.

William mengamati kondisi pasiennya yang harus dirawat secara intensif, kemudian setelah mereka membaik dan pindah ke ruangan biasa rumah sakit, seringkali mereka merasa cemas.

Baca Juga: Westlife Gelar Konser di Jakarta Tahun 2023, Tiket Dibanderol Mulai dari Rp1,45 Juta

“Mungkin ada kecemasan jika mereka tidak dapat melihat atau mendengar bunyi detak jantung mereka secara teratur. Jadi, ada kecemasan transisi yang merupakan kombinasi dari kegembiraan karena mereka menjadi lebih baik. Tetapi khawatir karena mereka tidak dipantau dengan cermat,” tutur William.

Menurutnya, terkadang manusia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan di lingkungan yang kurang aman.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler