Oon B, Merawat Pop Sunda di Tengah Modernitas Zaman

- 9 Januari 2023, 07:36 WIB
Oon B
Oon B /

Keberhasilannya dalam mencetak hits, membuat banyak musisi pop sunda pendatang baru, minta dibuatkan lagu olehnya. “Biasanya saya jual lagu udah komplit sepaket istilahnya lah. Nadanya, kuncinya, intonasinya, pokokna akang guide sampai selesai,” katanya dengan mantap.

Salah satu lagu ciptaannya yang sangat populer adalah “Ulah Ceurik”. Lagu tersebut pernah dinyanyikan oleh Kang Darso (alm), Yana Kermit (alm), Detty Kurnia (almh), dan penyanyi pop sunda kekinian Fanny Sabila. “Ulah Ceurik” ditulisnya bareng mendiang Yana Kermit.

“Lagu itu saya yang nulis bareng kang Yana. Jadi almarhum tinggal nambahin dikit. Makanya secara tema hampir sama dengan lagu ‘Tong Di Ceungceurikan’,” terang Oon B.

Tapi memang kalau diamati kedua lagu itu punya kemiripan. Terutama pada bagian reffrain dan pemilihan kata-katanya. Temanya pun sama-sama tentang perceraian.

Baik lagu “Ulah Ceurik” dan “Tong Di Ceungceurikan” dibuatnya bukan berdasarkan pengalaman pribadi. Ia memang sengaja mencari tema-tema yang menyentuh dan jarang diangkat orang, lalu diaplikasikan dalam sebuah lagu.

Di tahun 2007, Oon B kembali melepas album kedua bertitel Kaluweng. Tetapi responnya tak menyamai album pertama. Namun atas dasar kecintaannya terhadap musik tradisional, membuatnya tetap konsisten untuk berkarya. Baginya hidup tanpa berkesenian bagai “sayur tanpa garam”.

Pria dengan lima orang anak ini mengaku senang, makin ke sini makin banyak generasi muda yang mulai antusias dengan pop sunda, dan melirik karya-karyanya. Kanal YouTube pribadinya pun kini telah memiliki 6,720 subscribers, dalam tempo setahun lebih diaktifkan.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah pop sunda atau musik daerah lainnya akan terangkat, seperti campursari? yang begitu digandrungi generasi muda, lewat Didi Kempot pada 2019 lalu. Mungkin sukar untuk dijawab.

Terlepas bakal booming atau tidaknya musik pop sunda, memang sudah sepantasnya musisi-musisi daerah mana pun itu mendapat atensi dan apresiasi. Karena mereka adalah cermin identitas budaya.

Kita hanya perlu bersikap lebih peduli dan merasa memiliki, karena dengan sikap itulah musik tradisional bisa terus bertahan, di tengah modernitas zaman. ***

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah