Oon B, Merawat Pop Sunda di Tengah Modernitas Zaman

9 Januari 2023, 07:36 WIB
Oon B /

ZONABANTEN.com - Nama Oon Bawani mungkin tidak terlalu familiar, di telinga penikmat musik nasional. Bisa-bisa orang mengira yang dimaksud itu Oon atau Muhammad Fachroni, salah seorang personel Project Pop yang mangkat 2017 lalu.

Ya, Oon dan Oon B adalah dua orang yang berbeda. Tapi keduanya sama-sama berasal dari Bandung, dan berkarir sebagai penyanyi. Oon berkiprah di jalur musik nasional, sementara Oon B berkiprah di jalur musik daerah atau pop sunda.

Meski begitu, namanya pun tidak sekondang Doel Sumbang, kang Darso (alm), atau Yana Kermit (alm). Padahal kontribusinya bagi musik pop sunda, tak bisa dipandang sebelah mata.  

Oon B lahir di Bandung, pada 4 April 1968. Anak ketiga dari lima bersaudara, ini mengaku mempelajari musik secara otodidak. Ketertarikannya dengan musik sudah muncul, sejak duduk di bangku SMP.

Baca Juga: NewJeans Kalahkan BLACKPINK Lagi! Ini 30 Girl Group K-Pop Terpopuler di Januari 2023

“Saya awalnya belajar gitar, terus coba alat (keyboard) lainnya, jadi semua lagu yang saya tulis, musiknya saya yang bikin (aransemen) sendiri. Bahkan dulu, waktu belum berkeluarga saya terima les gitar dan keyboard juga,” ucapnya, dengan logat sunda yang kental.

Sebetulnya Oon B tidak bercita-cita jadi seorang penghibur. Karena menurutnya seorang entertainer harus memiliki fostur tubuh, serta tampang yang menjual. Sedangkan ia merasa tidak memiliki hal tersebut.

“Terus saya didukung sama kakak-kakak dan istri buat nyanyi, istilahnya dimotivasi,” timpalnya.

Dengan bekal modal hasil bekerja di sebuah pabrik tekstil, dan sokongan dana dari pihak keluarga, Oon B membulatkan tekad untuk rekaman. Hingga terciptalah debut self-tittled album yang rilis pada 2003 silam.

Album tersebut memuat sepuluh lagu; “Tong Di Ceungceurikan”, “Jang”, “Dina Kalangkang”, “Angkat Tangan”, “Awewe Pidunya”, “Bencana Alam”, “Hayu”, “Calon Mantu”, serta dua lagu versi karaoke dari “Tong Di Ceungceurikan”, dan “Jang”.

Baca Juga: Terkait Masjid Al Jabbar, Ridwan Kamil Jelaskan Kawasan Tersebut Tidak Sekedar Masjid

Diluar dugaan, album tersebut cukup diminati di pasaran, dan terjual 6000 keping.

“Alhamdulilah lagu-lagu saya diterima orang, tapi abis rekaman badan saya kurus. Karena produksi (duplikasi) kasetnya sendiri, distribusinya sendiri, promosinya sendiri, semuanya sendiri,” selorohnya.

Melihat respon yang cukup baik, akhirnya Oon B dilirik oleh pihak Panama Records. Gayung bersambut, dan album tersebut dibeli masternya serta diproduksi ulang dalam jumlah besar. Aktifitas promosinya juga diambil alih oleh Panama Records.

“Pihak Panama juga bikinin saya klip buat lagu ‘Tong Di Ceungceurikan’ dan ‘Jang’. Panggilan manggung jadi makin rame, sampai akhirnya saya mutusin buat berhenti kerja, karena absen saya berantakan,” kenang Oon B.

Kedua klip lagu itu, kini sudah mendapatkan jumlah viewer jutaan, sejak diunggah oleh kanal @sibrangbrang12 pada 2009 lalu.

Baca Juga: Nostalgia, 12 Band Ska Mancanegara yang Albumnya Pernah Beredar di Tanah Air

Bahkan lagu “Tong Di Ceungceurikan” yang dibawakan ulang oleh penyanyi muda Ani Sulastri via kanal YouTube @gasentrapajampangan tembus hingga sembilan juta lebih viewer. Begitu pula dengan lagu “Jang” yang dibawakan ulang oleh Friska, tembus hingga delapan juta lebih viewer.

“Alhamdulilah dari situ saya juga dapet (uang), disamping royalti yah. Orang-orang yang ngebawain lagu saya juga minta izin dan ngasih (uang) ke saya,” ujarnya.

Keberhasilannya dalam mencetak hits, membuat banyak musisi pop sunda pendatang baru, minta dibuatkan lagu olehnya. “Biasanya saya jual lagu udah komplit sepaket istilahnya lah. Nadanya, kuncinya, intonasinya, pokokna akang guide sampai selesai,” katanya dengan mantap.

Salah satu lagu ciptaannya yang sangat populer adalah “Ulah Ceurik”. Lagu tersebut pernah dinyanyikan oleh Kang Darso (alm), Yana Kermit (alm), Detty Kurnia (almh), dan penyanyi pop sunda kekinian Fanny Sabila. “Ulah Ceurik” ditulisnya bareng mendiang Yana Kermit.

“Lagu itu saya yang nulis bareng kang Yana. Jadi almarhum tinggal nambahin dikit. Makanya secara tema hampir sama dengan lagu ‘Tong Di Ceungceurikan’,” terang Oon B.

Tapi memang kalau diamati kedua lagu itu punya kemiripan. Terutama pada bagian reffrain dan pemilihan kata-katanya. Temanya pun sama-sama tentang perceraian.

Baik lagu “Ulah Ceurik” dan “Tong Di Ceungceurikan” dibuatnya bukan berdasarkan pengalaman pribadi. Ia memang sengaja mencari tema-tema yang menyentuh dan jarang diangkat orang, lalu diaplikasikan dalam sebuah lagu.

Di tahun 2007, Oon B kembali melepas album kedua bertitel Kaluweng. Tetapi responnya tak menyamai album pertama. Namun atas dasar kecintaannya terhadap musik tradisional, membuatnya tetap konsisten untuk berkarya. Baginya hidup tanpa berkesenian bagai “sayur tanpa garam”.

Pria dengan lima orang anak ini mengaku senang, makin ke sini makin banyak generasi muda yang mulai antusias dengan pop sunda, dan melirik karya-karyanya. Kanal YouTube pribadinya pun kini telah memiliki 6,720 subscribers, dalam tempo setahun lebih diaktifkan.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah pop sunda atau musik daerah lainnya akan terangkat, seperti campursari? yang begitu digandrungi generasi muda, lewat Didi Kempot pada 2019 lalu. Mungkin sukar untuk dijawab.

Terlepas bakal booming atau tidaknya musik pop sunda, memang sudah sepantasnya musisi-musisi daerah mana pun itu mendapat atensi dan apresiasi. Karena mereka adalah cermin identitas budaya.

Kita hanya perlu bersikap lebih peduli dan merasa memiliki, karena dengan sikap itulah musik tradisional bisa terus bertahan, di tengah modernitas zaman. ***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler