Gereja Setan Ternyata Tak Ada Hubungannya dengan Iblis, Ini Penjelasan Pendetanya

- 11 Maret 2022, 11:04 WIB
Pendeta Gereja Setan mengatakan bahwa komunitasnya tak ada habungannya dengan iblis
Pendeta Gereja Setan mengatakan bahwa komunitasnya tak ada habungannya dengan iblis /Gambar oleh Jhon F. Chica dari Pixabay

ZONABANTEN.com - Gereja Setan, jika kita mendengarkan kata-kata ini mungkin yang ada di bayangan kita adalah sekelompok laki-laki berjubah hitam dan berperilaku menyeramkan.

Kita juga mungkin akan mengaitkan Gereja Setan dengan ritual-ritual aneh, dan pemujaan serta penyerahan diri kepada Iblis.

Tetapi apakah yang kita bayangkan sesuai dengan kenyataan yang ada? Faktanya tak banyak orang religius yang mengenal komunitas minoritas ini.

Setan adalah sosok yang menyeramkan yang digambarkan di berbagai agama, terutama agama monoteisme. Wajar saja jika kita berpikir bahwa komunitas ini berbahaya.

Baca Juga: Cetak Assist, Asnawi Mangkualam Malah Dikritik Pedas Pelatih Ansan Greeners di Piala FA Korea: Masih Kurang

Tetapi seorang pendeta Gereja Setan, Ashley S. Palmer, tampaknya tidak nyaman dengan interpretasi liar tentang komunitasnya.

Baginya masyarakat umum, terkhusus kaum religius, telah salah memahami tujuan dan keberadaan Gereja Setan.

Seperti yang pernah diungkapkan Palmer kepada The Independent, Gereja Setan tak pernah ada hubungannya dengan Iblis, atau pemujaan kepada makhluk yang setara.

Baginya, komunitas yang didirikan oleh musisi Anton Szandor LaVey sekitar 50 tahun lalu ini hanyalah komunitas orang-orang Ateis yang Libertarian dengan campuran pragmatis Machiavellian.

Baca Juga: Krisis Ukraina: Isolasi Ekonomi Rusia upaya Barat Pukul Mundur Invasi

Setan sendiri di sini bukanlah sebuah objek yang disembah, melainkan sebagai simbol dari gairah, kebanggaan, kebebasan, dan pemberontakan yang heroik.

Sementara ritual-ritual seram dan penuh sihir yang selama ini dipahami oleh masyarakat nampaknya bukanlah sebuah fakta, yang diakui oleh pendeta Gereja Setan itu.

Bagi Palmer, seorang Atheis selain harus mempercayai ketidak percayaannya kepada Tuhan, mereka juga harus meninggalkan kepercayaannya dari delusi-delusi yang menyeramkan.

Artinya hal supranatural seperti pseudo-sains, spiritualitas New Age, okultisme, sihir, papan Ouija, tarot, ramalan psikis, hantu, keabadian, proyeksi astral, chakra, penyembuhan iman, astrologi, dan teori konspirasi.

Baca Juga: Penuh Haru! Para Pengungsi Ukraina Melarikan Diri dengan Hewan Peliharaan Mereka

Palmer juga menjelaskan dasar filosofis Gereja Setan adalah ateisme, skeptisisme ilmiah, biologi evolusioner, Darwinisme sosial, individualisme heroik, meritokrasi, Lex Talionis, hierarki, pragmatisme, estetika, realisme romantis yang gelap, dan humor.

Serta kedagingan, kesenangan Epicurean yang seimbang dengan vitalitas Spartan Lycurgan, keinginan Faustian untuk mengeksplorasi teknologi mutakhir yang dijiwai oleh rasa hormat terhadap masa lalu, dan hasrat untuk satwa liar dan alam.

Gereja Setan sendiri terpengaruh oleh tulisan-tulisan Ragnar Redbeard, Friedrich Nietzsche, HL Mencken, Ayn Rand, Jack London, dan HP Lovecraft.

Sementara visi dari LaVey sebagai pendiri komunitas ini adalah membentuk agama untuk tidak beragama, dengan melakukan sintesis berbagai aliran pemikiran dengan ide dan simbolisme orisinal, yang kemudian berkembang menjadi filosofi yang sepenuhnya unik dan kuat.

Baca Juga: Mengenal Kyoichiro Sugimoto, Imam yang Berperan Aktif dalam Dakwah Islam di Jepang

Seorang Satanis dikatakan meresapi aspek-aspek kehidupan secara alami, layaknya bernafas dan terjadi di alam bawah sadar.

Ritual Setan sendiri bukanlah hal yang harus ada. Sementara Palmer justru menggunakan bisnisnya untuk menyalurkan visi dan selera estetika, yang menghasilkan kesenangan dan Inspirasi bagi dirinya sendiri.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x