Naskah Khutbah Jum’at, 22 Desember 2023: Muhasabah Diri sebagai Refleksi Keimanan kepada Allah SWT

22 Desember 2023, 10:20 WIB
Ilustrasi khutbah Jum’at, 22 Desember 2023 /Admin/yppmalfalahjatirokeh

ZONABANTEN.com - Pada khutbah Jum'at kali ini, kita akan membahas tentang muhasabah. Muhasabah diri merupakan fondasi penting dalam kehidupan spiritual kita, terlebih dipenghujung tahun seperti sekarang ini. Saat kita merenungkan dan mengevaluasi diri, itu bukan hanya sebagai pengingat akan kelemahan kita, tetapi juga sebagai bentuk penghambaan dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT.

Karena Iman dan taqwa di dalam diri kita selalu berubah-ubah, kadang naik dan kadang  juga turun.

Oleh karena itu, pada seri khutbah Jum’at, 22 Desember ini, penulis akan memberikan contoh Naskah Khutbah dengan tema “Muhasabah Diri sebagai Refleksi Keimanan kepada Allah SWT”, seperti di bawah ini:

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد. فَيَاعِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَنَفِى بِتَقْوَى اللهَ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ: أعوذ بالله من الشيطان الرَّ جيم بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma'asyiral jamaati fii shalatil Jum'ah rahimakumullah.

Puji dan syukur pada Allah SWT, yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan sehingga bisa melaksanakan shalat Jum’at berjamaah.

Shalawat dan salam pada Rasulullah SAW, yang akan mengantarkan kita pada syafa’atnya kelak.

Selanjutnya, khatib berwasiat khususnya pada diri sendiri dan jama’ah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala, mempertajam kesadaran ilahiah, dan mempertebal sikap berserah diri kepada-Nya.

Allah SWT memerintahkan kita untuk meningkatkan iman dan taqwaan kepadaNya, karena itu Allah subhanahu wata'ala mengingatkan untuk senantiasa melakukan muhasabah atau introspeksi terhadap diri kita.

Hal ini seperti diperintahkan Allah SWT dalam firman-Nya:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Hasyr: 18).

Ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dengan panggilan yang spesifik.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا 

Hai orang-orang yang beriman.

Allah subhanahu wata'ala memerintahkan orang–orang yang beriman untuk bertakwa kepada Allah SWT, yaitu menjunjung (mematuhi) seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh laranganNya, yang nyata atau yang tersembunyi, serta mensyiarkan kebesaran kemuliaan Allah subhanahu wata'ala.

Setelah memerintahkan bertakwa, Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk melakukan introspeksi terhadap diri mereka. Al-Quran menegaskan sebagai berikut:

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat, 15 Desember 2023: Belajar Mengenal Diri, sebab Itu adalah Kunci untuk Mengenal Allah SWT

اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ

Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).

Jika kita cermati, terdapat tiga keterangan waktu pada ayat di atas, sebagai bentuk introspeksi terhadap diri. Ketiga keterangan waktu tersebut adalah :

1. Waktu sekarang, yaitu (وَلْتَنْظُرْ). Kita diperintahkan untuk memperhatikan dan meneliti kondisi saat ini.

Setiap orang yang beriman menyadari bahwa kesempatan adalah anugerah terbesar yang harus disyukuri dengan berbuat yang terbaik agar dapat membentuk jejak hidup yang berarti dan menjadi warisan terbaik di hadapan Allah SWT.

2. Waktu yang telah lalu, yaitu (قَدَّمَتْ). Pengertian ini merujuk pada segala hal yang telah diperbuat pada masa lalu sebagai nasehat dan pelajaran terbaik

3. Masa depan, yaitu (لِغَدٍۚ). Semua itu dilakukan agar kita tidak mengulangi kesalahan. Selain itu, proses introspeksi dilakukan agar kita dapat melakukan hal-hal yang lebih baik pada masa yang akan datang, guna menhadirkan kebaikan dan kemanfaatan bagi umat manusia.

Jika kita simpulkan secara sederhana, Muhasabah diri adalah proses memerhatikan serta meneliti segala perbuatan yang telah dilakukan, baik pada masa lampau maupun saat ini, dengan tujuan menggapai kebaikan di masa depan.

Hal ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam ayat 18 dari surat al-Hasyr yang telah dibacakan tadi.

Perbuatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan yang lebih baik adalah introspeksi diri, yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai “muhasabah diri”.

Ma'asyiral jamaati fii shalatil Jum'ah rahimakumullah.

Muhasabah adalah meneliti perbuatan kita pada masa lalu dan masa kini, apakah ia merupakan perbuatan baik atau perbuatan buruk.

Melalui muhasabah diri, perbuatan baik dari masa lalu dapat ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya di masa depan.

Sedangkan perbuatan buruk dari masa lalu dapat dihindari agar tidak terulang di masa mendatang.

Dengan melakukan muhasabah, kita dapat menjadikan hari esok lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat, insya Allah SWT. Sahabat Umar Ibnul Khatthab r.a. berkata:

Yang artinya: Hendaklah kalian menghisab (mengintrospeksi) diri kalian sebelum kalian dihisab (oleh Allah subhanahu wata'ala), (H.R. At-Tirmidzi-Ahmad).

Bila kita cermati, paling tidak ada 3 (tiga) makna penting yang terkandung dalam proses muhasabah ini.

Pertama, orang yang rajin melakukan muhasabah sesungguhnya merupakan sosok pembelajar, dan kita dituntut untuk menjadi pembelajar sejati sepanjang hayat.

Banyak kisah dalam Al-Qur’an yang harus menjadi bahan pelajaran untuk peringatan ke depan, dan hanya sosok pembelajar yang bernama Ulul Albab yang mampu belajar dari Kisah-kisah masa lalu tersebut.

Baca Juga: Naskah Khutbah Jum’at 8 Desember 2023: Manfaat Introspeksi Diri di Akhir Tahun

Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an Surat Yusuf ayat 111, yang artinya: Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."

Sosok pembelajar sejati adalah sosok yang selalu berpikir dan berpikir, sehingga mampu mengakumulasi ilmu yang didapatkan untuk diamalkan.

Itulah mengapa Allah SWT meningkatkan derajat orang-orang yang berilmu, karena orang-orang yang berilmu inilah yang diharapkan bisa terus menebar rahmat di muka bumi.

Orang-orang yang berilmu lah yang bisa merancang arah perubahan sosial di masa depan.

Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: …Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Mujadalah: 11).

Sosok ulul albab yang pembelajar ini semakin diharapkan perannya dalam transformasi bangsa.

Oleh karena itu di era yang serba cepat dan penuh ketidakpastian ini, maka sosok pembelajar juga harus dimaknai sebagai sosok yang adaptif dengan pola pikir tumbuh (growth mindset), yang terus memacu skill dan kompetensi baru dengan learning agility yang tinggi.

Kemampuan kecepatan belajar ini sangat penting agar bisa berperan menjadi trend setter perubahan.

Kedua, muhasabah mengandung makna perlunya orientasi pada masa depan. Tujuan evaluasi diri adalah untuk kelebihbaikan di masa depan.

Ada dua dimensi masa depan, yaitu masa depan di dunia dan di akhirat. Ayat surat al-Hasyr ayat 18 yang telah dibacakan sebelumnya merupakan fondasi tentang visi masa depan.

Visi besar seorang mukmin adalah menjadi hamba yang berbahagia di dunia dan akhirat.

Keseimbangan masa depan di dunia dan akhirat adalah keniscayaan, sebagaimana doa kita sehari-hari yang artinya: “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.”

Dunia adalah jembatan menuju akhirat. Karena itu kehidupan dunia pun tidak boleh ditinggalkan. Marilah kita cermati ayat-ayat berikut ini:

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyaknya supaya kamu beruntung,” (QS. al-Jumu’ah [62]: 10).

فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللّٰهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهُ ۗاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan,” (QS. al-Ankabut [29]: 17).

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi,” (QS. al-Qasas [28]: 77).

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Menjaga Kerukunan di Masyarakat

Tetapi, kecenderungan untuk mengejar kehidupan dunia tidak boleh membuat kita lupa terhadap kehidupan akhirat.

Marilah kita ingat kisah Qarun yang berlimpah harta namun akhirnya binasa. Meskipun awalnya Qarun adalah seseorang yang saleh namun miskin, kemudian ia minta tolong kepada Nabi Musa untuk didoakan menjadi kaya.

Namun setelah kaya, kekayaannya membuatnya ia menjadi sombong dan melupakan ibadah serta kepeduliannya terhadap sesama.

Jadi, ayat tersebut mengingatkan kita perlunya keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Hadirin jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah SWT.

Sementara itu, dalam QS. Yasin ayat 12 Allah subhanahu wata'ala berfirman:

اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ

Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh)," (QS. Yasin [36]: 12).

Ayat ini semakin menegaskan bahwa apa yang kita kerjakan di dunia adalah investasi untuk akhirat.

Artinya, kehidupan akhirat kita akan sangat tergantung dari apa yang kita kerjakan dan investasikan di dunia ini.

Oleh karena itu, di dunia ini kita dituntut untuk mampu menciptakan masa depan. Dengan mampu menciptakan masa depan yang baik berarti kita ini akan menjadi penentu kecenderungan perubahan di dunia.

Bukankah misi rahmatan lil alamin sesungguhnya adalah sebuah misi mulia untuk menciptakan tatanan perubahan menuju kelebih-baikan dan kemajuan?

Hadirin jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah SWT.

Ketiga, muhasabah mendorong jiwa berprestasi. Muhasabah diri akan mendorong sesorang untuk mengasilkan kebaikan, kemanfaatan dan termotivasi untuk terus berprestasi karena terus berupaya belajar dari masa lalu untuk kelebihbaikan di masa depan.

Orang yang berprestasi adalah orang yang mau belajar dari masa lalu, baik masa lalu dirinya maupun orang lain.

Selain itu, juga karena orang yang berprestasi yakin bahwa Allah subhanahu wata'ala sangat detil dan akurat dalam mencatat setiap kabaikan hambanya, Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat al-Zalzalah ayat 7 sampai 8:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ,وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula,” (QS. al-Zalzalah: 7 - 8).

Hadirin jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah SWT.

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Menjaga Kerukunan Dalam Masyarakat

Manusia yang tidak mau melakukan muhasabah, maka dia dapat dikategorikan sebagai manusia yang sombong.

Mengapa? Karena orang yang sombong merasa dirinya telah sempurna, sehingga ia merasa tidak perlu melakukan introspeksi.

Ia merasa selalu baik, benar, dan tidak pernah melakukan kesalahan. Kesombongan inilah yang menutup manusia dari kebenaran, karena dia tidak pernah muhasabah (introspeksi) terhadap dirinya. Allah azza wa jalla berfirman:

كَذٰلِكَ يَطْبَعُ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang,” (QS. al-Ghafir : 35).

Marilah kita terus bermuhasabah, agar kita menjadi pembelajar, berorientasi masa depan, dan berprestasi.

Orang yang bermuhasabah juga sejatinya adalah orang yang rendah hati karena menyadari bahwa dirinya belum sempurna sehingga terus belajar dan kerja keras untuk menjadi lebih baik di masa depan.

Namun, yang kini harus kita pikirkan juga adalah bagaimana mentransformasi muhasabah personal menjadi muhasabah kolektif.

Sehingga, kita tidak saja memikirkan kelebih-baikan diri kita setelah evaluasi diri, namun juga memikirkan kelebih-baikan umat dan bangsa ini secara institusional.

Dengan demikian, marilah kita juga melakukan muhasabah kolektif untuk mengantarkan kita sebagai umat Islam dan bangsa Indonesia yang maju, adil dan makmur yang diridhai Allah subhanahu wata'ala di masa yang akan datang.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. امّا بعـد. فَيَاعِبَادَ الله، اُوْصِيْكُمْ وَنَفِى بِتَقْوَى اللهَ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.

قَالَ اللهُ تَعَالى, إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.  

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ, رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخٰسِرِينَ,رَبَّنَااَتِنَافِي الدُّنيْاَحَسَنَةَ وَفِي الْأَجِرَةِحَسَنَةَوَقِناَعَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ.. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.  وَلَذِكْرُاللَّهِ اَكْبَرُ... أقِمُ الصَّلَه

Demikianlah Naskah Khutbah dengan tema “Muhasabah Diri Sebagai Refleksi Keimanan Kepada Allah SWT”.

Disarikan dari khutbah Prof. Dr. Arif Satria. SP, M.Si, di Masjid Istiqlal pada Jum’at, 29 Juli 2022.

Semoga bisa memberikan manfaat dan membawa barakah untuk kita semua, aamiin ya rabbal ‘alamin.***

Editor: Dinda Indah Puspa Rini

Sumber: YouTube Masjid Istiqlal TV

Tags

Terkini

Terpopuler