Kenapa Harga Saham Berubah Naik Turun? Ini Penjelasannya, Pertimbangkan Sebelum Investasi

- 28 Februari 2022, 08:37 WIB
Kenapa Harga Saham Berubah Naik Turun? Ini Penjelasannya, Pertimbangkan sebelum Investasi
Kenapa Harga Saham Berubah Naik Turun? Ini Penjelasannya, Pertimbangkan sebelum Investasi /

ZONABANTEN.COM - Insvestasi saham menjadi salah satu yang kini diminati berbagai kalangan, termasuk generasi milenial.

Melansir laman sikapiuangmu.ojk.go.id, Otoritas Jasa Keuangan menjelaskan bahwa saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (PT).

Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak yang memegang saham memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Saham bersifat fluktuatif, artinya bisa naik turun, seperti halnya dengan harga barang atau komoditi di pasar.

Bagi beberapa orang, di sanalah seni berinvestasi; karena jika pasar statis, maka tidak akan menarik minat investor.

Baca Juga: Cegah Hipertensi dan Kurangi Risikonya dengan Berhenti Merokok

Kenapa Harga Saham Naik Turun?

Dalam teori ekonomi, naik turunnya harga saham merupakan sesuatu yang lumrah. Hal itu karena, saham digerakkan oleh kekuatan hukum penawaran dan permintaan.

Jika permintaan tinggi, maka harga akan naik. Sebaliknya, jika penawaran tinggi, harga akan turun.

Secara umum ada beberapa faktor yang memengaruhi naik turun harga saham suatu perusahaan yang diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam perusahaan. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar perusahaan.

Baca Juga: Kemenlu Berhasil Mengevakuasi 25 WNI dari Ukraina

Berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhi naik turunnnya saham, dilansir dari sikapiuangmu.ojk.go.id:

* Faktor Internal

1. Faktor Fundamental Perusahaan

Berdasarkan faktor fundamental perusahaan, aham dari perusahaan yang memiliki fundamental baik akan menyebabkan tren harga sahamnya naik.

Sebaliknya, saham dari perusahaan yang memiliki fundamental buruk akan menyebabkan tren harga sahamnya turun.

Baca Juga: Wow! BTS Jadi Artis Asing Pertama yang Dapatkan Sertifikat Diamond RIAJ untuk Streaming Jepang

2.Aksi Korporasi Perusahaan

Aksi korporasi dalam hal ini berupa kebijakan yang diambil jajaran manajemen perusahaan, yang berdampak pada perubahan hal-hal yang sifatnya fundamental dalam perusahaan.

Contoh dari aksi korporasi adalah terjadinya akuisisi, merger, right issue, atau divestasi.

3.Proyeksi Kinerja Perusahaan pada Masa Mendatang

Performa atau kinerja perusahaan dijadikan acuan bagi para investor maupun analis fundamental dalam melakukan pengkajian terhadap saham perusahaan.

Di antara beberapa faktor, yang paling menjadi sorotan adalah tingkat dividen tunai, tingkat rasio utang, rasio nilai buku/Price to Book Value (PBV), earnings per share (EPS), dan tingkat laba suatu perusahaan.

Baca Juga: Penantian Satu Dekade Liverpool, Juara Carabao Cup usai Menang Drama Penalti Panjang Lawan Chelsea

Perusahaan yang menawarkan dividend payout ratio (DPR) atau rasio pembayaran dividen yang lebih besar cenderung disukai investor karena bisa memberikan imbal balik yang bagus. Dalam praktiknya, DPR berdampak pada harga saham.

Selain itu, EPS atau laba per saham juga turut andil terhadap perubahan harga saham. EPS yang tinggi mendorong para investor untuk membeli saham tersebut yang menyebabkan harga saham makin tinggi.

Tingkat rasio utang (debt ratio) dan PBV juga memberikan efek signifikan terhadap harga saham. Perusahaan yang memiliki tingkat rasio utang yang tinggi biasanya adalah perusahaan yang sedang bertumbuh dan biasanya akan gencar dalam mencari pendanaan dari para investor.

Meskipun begitu, perusahaan seperti ini biasanya juga diminati banyak investor.

Sebab jika hasil analisisnya bagus, saham tersebut akan memberikan imbal tinggi (high return) karena ke depannya kapitalisasi pasarnya bisa meningkat.

Baca Juga: Fakta Barcelona vs Athletic Bilbao, Blaugrana Kembali Ganas di Bawah Asuhan Xavi

* Faktor Eksternal

1.Kondisi Fundamental Ekonomi Makro

Faktor ini memiliki dampak langsung terhadap naik dan turunnya harga saham, misalnya:

· Baik atau turunnya suku bunga yang diakibatkan kebijakan Bank Sentral Amerika (Federal Reserve).

· Naik atau turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan nilai ekspor impor yang berakibat langsung pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

· Tingkat inflasi juga termasuk dalam salah satu faktor kondisi ekonomi makro.

· Pengangguran yang tinggi yang diakibatkan faktor keamanan dan goncangan politik juga berpengaruh secara langsung terhadap naik atau turunnya harga saham.

Selain faktor itu, hubungan antara tingkat suku bunga perbankan dan pergerakan harga saham juga sangat jelas. Ketika suku bunga perbankan melejit, harga saham yang diperdagangkan di bursa akan cenderung turun tajam.

Baca Juga: 20 Ucapan Isra Miraj 2022 yang Sederhana Namun Penuh Makna, Cocok Dibagikan ke IG, WA, FB dan Twitter

2. Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Mata Uang Asing

Kuat lemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing juga menjadi penyebab naik turunnya harga saham di bursa.

Secara logika, konsekuensi dari fluktuasi kurs tersebut bisa berdampak positif ataupun negatif bagi perusahaan-perusahaan tertentu, khususnya perusahaan yang memiliki beban utang mata uang asing.

Perusahaan importir, misalnya, atau perusahaan yang memiliki beban utang mata uang asing akan dirugikan akibat melemahnya kurs.

Hal itu karena melemahnya kurs rumah terhadap valuta asing akan berakibat pada meningkatnya biaya operasional dan secara otomatis juga mengakibatkan turunnya harga saham yang ditawarkan.

Contohnya seperti kasus melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS yang acap berdampak pada melemahnya harga-harga saham di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Baca Juga: Permintaan Nabi Muhammad SAW Saat Peristiwa Isra Miraj, Apa Itu?

3. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah dapat memengaruhi harga saham meskipun kebijakan itu masih dalam tahap wacana dan belum terealisasi.

Banyak contoh dari kebijakan Pemerintah yang menimbulkan volatilitas harga saham, seperti kebijakan ekspor impor, kebijakan perseroan, kebijakan utang, kebijakan Penanaman Modal Asing (PMA), dan lain sebagainya.

4. Faktor Panik

Berita atau kabar tertentu dapat memicu kepanikan di salah satu bursa atau saham. Kepanikan ini akan berdampak pada investor yang memilih untuk melepas (menjual) sahamnya.

Kembali pada hukum permintaan dan penawaran, kondisi ini akan menyebabkan tekanan jual, sehingga harga saham akan turun. Dalam fenomena panic selling, para investor ingin segera melepas sahamnya tanpa peduli harganya, karena takut harganya akan semakin jatuh.

Tindakan ini biasanya dipicu emosi dan ketakutan, bukan berdasar analisis yang rasional.

Baca Juga: Memperingati Isra Miraj, Berikut 10 Ide Ucapan yang Bisa Dibagikan ke Sesama Muslim

5. Faktor Manipulasi Pasar

Manipulasi pasar biasanya dilakukan investor-investor berpengalaman dan bermodal besar dengan memanfaatkan media massa untuk memanipulasi kondisi tertentu demi tujuan mereka, baik menurunkan maupun meningkatkan harga saham.

Hal ini sering disebut dengan istilah rumor. Namun penyebab oleh faktor ini biasanya tidak akan bertahan lama. Fundamental perusahaan yang tercermin di laporan keuangan yang akan mengambil kendali terhadap tren harga sahamnya.

Nah, itu adalah beberapa penyebab kenapa harga saham bisa naik turun. Sebelum investasi, pertimbangkan dulu saham-saham yang akan dibeli dengan melakukan analisis.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: OJK


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x