Ekonomi RI Diperkirakan Tumbuh 5,8 Persen Menurut Staf Ahli Menkeu

- 15 Januari 2022, 10:54 WIB
Widyosasongko - Ekonomi RI Diperkirakan Tumbuh 5,8 Persen Menurut Staf Ahli Menkeu
Widyosasongko - Ekonomi RI Diperkirakan Tumbuh 5,8 Persen Menurut Staf Ahli Menkeu /Pexels @ahsanjaya

ZONABANTEN.com – Staf Ahli Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Halim Alamsyah telah memperkirakan kondisi ekonomi Indonesia dapat tumbuh sekitar 5,2 hingga 5,8 persen di tahun 2022

Hal ini akan terjadi jika kondisi pandemi COVID-19 bisa dikontrol serta sasaran ”herd immunity” dapat terlampaui.

"Pertumbuhan tersebut juga dapat tercapai apabila aktivitas produksi mulai normal, konsumsi masyarakat pulih dan mencapai kisaran 5 persen," ujar Halim dalam percakapan dengan media Jumat, 14 Januari 2022.

Menurut Halim, pemerintah juga melaksanakan reformasi struktural untuk mendukung laju investasi masuk yang ditujukan pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi dan berorientasi pada kondisi ekspor.

Baca Juga: Link Streaming Pro Futsal League Pekan Kedua, Jadwal Lengkap Sabtu 15 Januari 2022

Investasi ini juga perlu ditujukan di sektor-sektor yang memberi banyak peluang lapangan kerja bermutu.

Halim menyebutkan ada tiga hambatan yang dihadapi semua negara di tahun 2022, yakni kondisi inflasi dunia yang naik akibat pasokan dan permintaan yang terdisrupsi, serta krisis energi.

Selain itu, hambatan juga dikarenakan masih adanya ketidakpastian pasar dalam memberi sikap kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed) dan perubahan kebijakan The Fed.

"Menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi global, ketahanan ekonomi sebuah negara benar-benar diuji. Apakah dapat tahan jika ekonomi global terguncang, tentu akan terlihat, dan Indonesia adalah negara dengan fundamental ekonomi yang baik, meski harus diakui negara kita bukan berbasis manufaktur tapi komoditas,” ujarnya.

 Baca Juga: Link Streaming Pro Futsal League, Vamos Mataram, Black Steel Manokwari, Bintang Timur Surabaya

Oleh sebab itu, dalam pandangan Halim, Pemerintah Indonesia diuntungkan oleh tingginya permintaan komoditas, sementara beberapa negara mengalami krisis energi.

"Hal ini terlihat dari kinerja neraca perdagangan yang surplus berikut juga Current Account Deficit (CAD) tidak terjadi, tapi justru surplus," tambah Halim menutup percakapannya.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x