Sah! Apple Menjadi Perusahaan Amerika Serikat Pertama yang Mencapai Nilai Saham $3 Triliun

4 Januari 2022, 17:21 WIB
Apple telah meningkat sebesar 38% sejak awal 2021 /reuters

ZONABANTEN.com - Apple menjadi perusahaan Amerika Serikat (AS) pertama yang bernilai saham lebih dari $3 triliun pada hari Senin, 3 Januari 2021. Perusahaan teknologi tersebut melanjutkan pertumbuhan harga sahamnya yang fenomenal. Saham Apple naik 3 kali lipat nilainya dalam waktu kurang dari empat tahun.

Lonjakan saham teknologi di era pandemi mendorong perusahaan teknologi AS ke level tertinggi baru. Apple menjadi perusahaan triliun dolar pertama di dunia pada Agustus 2018. Apple mencapai $2 triliun pada tahun 2020. Kemudian mereka mencapai level tertinggi baru saat perdagangan dimulai setelah libur akhir tahun dan sahamnya melewati $182,80 per lembar sebelum turun lebih rendah menjadi $2,9 triliun.

Apple sendiri sekarang lebih berharga daripada nilai gabungan Boeing, Coca-Cola, Disney, Exxon-Mobil, McDonald's, Netflix, dan Walmart. Sahamnya telah meningkat 38% sejak awal 2021, salah satu kenaikan terbesar pada indeks pasar saham rata-rata industri Dow Jones.

Baca Juga: Akankah Aktris Cantik Isla Fisher Kembali Bergabung Dengan The 4 Horsemen di 'Now You See Me 3'?

Apple merilis pendapatan kuarta terakhirnya pada Oktober dengan menghasilkan keuntungan $20,6 miliar selama tiga bulan sebelumnya. Meskipun mereka harus menderita masalah rantai pasokan terkait Covid-19.

Tidak mungkin untuk tetap menjadi satu-satunya perusahaan senilai $3 triliun. Para analis memperkirakan Microsoft juga akan mencapai sasaran akhir tahun ini.

Berita itu muncul ketika pasar AS naik lebih tinggi dan saham Eropa mendekati rekor tertinggi pada hari pertama perdagangan pada 2022. Investor bertaruh pada pemulihan ekonomi yang stabil meskipun meningkatnya jumlah kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron.

Baca Juga: Apple Tawarkan Bonus Mencapai 180 Ribu USD, Agar Insinyurnya Tak Pindah ke Facebook

Indeks saham acuan Eropa, Stoxx 600 naik ke rekor tertinggi intraday dengan 491,73 poin pada hari Senin. Angka tersebut melampaui bulan November yang hanya mencapai 490,58. Hal ini disebabkan pasar minyak dan ekuitas global naik. Kemudian ditutup pada 489,99, naik 0,45%.

Stoxx 600 mencatat lonjakan 22,4% tahun lalu. Kinerja tahunan terbaik kedua dalam lebih dari satu decade.

Setelah peluncuran global vaksin Covid-19 dan pengeluaran stimulus pemerintah, investor kembali terdorong untuk menginvestasikan uang kembali ke pasar.

Harga saham maskapai penerbangan Lufthansa dan Air France–KLM adalah dua dari kenaikan terbesar di pasar ekuitas Eropa. Analis Citi memperkirakan bahwa pembukaan kembali rute perjalanan ke Asia dapat membantu meningkatkan nilai saham sektor perjalanan.

Baca Juga: Apakah Tangan dan Kaki yang Berkeringat Tanda dari Hiperhidrosis? Ini Penjelasannya

Saham Lufthansa naik hampir 8,9% menjadi €6,73 per saham, dan Air France KLM naik 4,9% menjadi €4,06.

Rekor Eropa di awal tahun baru menjadi panggung bagi pasar AS untuk melanjutkan pemulihan. Pembukaan indeks S&P 500, yang naik dengan rekor 47,7% tahun lalu, didukung oleh lonjakan 9% saham Tesla setelah penjualan kuartal perusahaan yang melebihi ekspektasi.

Harga minyak global yang tahun lalu mencatat kenaikan tahunan terbesar sejak 2016, melanjutkan kenaikan mereka menuju $80 per barel di pasar AS. Hal tersebut disebabkan berkurangnya kekhawatiran muncul akhir tahun lalu atas dampak varian Omicron. Harga minyak membantu saham perusahaan minyak utama AS Chevron dan ExxonMobil masing-masing naik 1%.

London Stock Exchange (LSE), yang telah tertinggal di belakang saingan Eropa dan AS dengan naik 14,3% tahun lalu, ditutup pada hari Senin untuk hari libur bank tahun baru. FTSE 100 dikritik "kuno" karena kelangkaan perusahaan teknologi dan melimpahnya minyak dan saham bank. FTSE 100 berada pada tetap 6,5% di bawah puncaknya Mei 2018 tahun lalu sementara pasar AS, Jerman dan Prancis semuanya mencapai rekor tertinggi.

Baca Juga: Bisakah Elon Musk dan Tesla Membuat Robot Humanoid di Tahun 2022 Ini?

Sean Darby, ahli strategi ekuitas global di Jefferies, mengatakan meskipun varian Covid-19 merasuki ekonomi global, 2021 adalah tahun rekor dengan banyak bursa ditutup pada dan mendekati rekor tertinggi. “Sementara arus masuk ke ekuitas melampaui akumulasi terbesar mereka yang pernah ada. Mengintip ke 2022, kami memperkirakan volatilitas akan meningkat” ujar Darby.

Pasar minyak global juga diperkirakan akan menghadapi volatilitas yang berkelanjutan di tahun mendatang. Para pedagang menyeimbangkan risiko bahwa varian Omicron dapat menghentikan rebound permintaan bahan bakar transportasi, terhadap pasokan yang tidak pasti dari produsen minyak terbesar dunia.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler