Network
Eddy menuturkan, saat ini, penduduk Kabupaten Gunung Kidul yang merantau ada sekira 300 ribu, dan tersebar di Jabodetabek. Guna tetap berkomunikasi baik, tambah Eddy, IKG Pusat menunjuk 18 orang koordinator, dan tujuh Korwil, layaknya jumlah kecamatan atau kapanewon yang ada di Kabupaten Gunung Kidul.
Baca Juga: Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy Apresiasi Nakes Perempuan pada Peringatan Hari Kartini ke-144
"Diaspora atau warga yang merantau itu hampir 300 ribu. Itu ada di Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang. Ada 18 Koordinator Kecamatan atau Kapanewon, dan tujuh Korwil. Jadi seluruhnya ada 25 kepemimpinan di tingkat Jabodetabek. Ini sekaligus HUT IKG Korwil Tangsel. Setiap tahun, sibuk sekali di setiap tahunnya, sesama anggota Gunung Kidul ini," ujar Eddy.
Yang menarik adalah, semua pria pakai peci atau kopiah. Karena maksudnya kebhinekaan. Dimana bumi kita berpijak, disitu langit dijunjung. Kalau kita biasanya pake belangkon, keris, kain jarik, gelaran kali ini berbeda. Kita pakai peci dan baju koko. Kalau ibu-ibunya tetap pakai kebaya," imbuh Eddy.
Eddy menyatakan, dalam pagelaran tersebut, UMKM Diaspora DIY sudah mendapatkan omzet hingga ratusan juta rupiah, dalam waktu kurang dari satu minggu. Dalam kepengurusannya, tegas Eddy, terdapat juga seniman-seniman khas Gunung Kidul, yang ditempatkan dalam upaya pelestarian budaya Yogyakarta.
"Gelaran kali ini, laporan dari kawan-kawan UMKM, mereka sudah mendapatkan omzet hingga Rp300 juta, dalam waktu enam hari. Di kami juga ada salah satu bidang, yakni seni budaya. Beberapa waktu yang lalu sudah ada kepengurusan, dan anggota terbesar adalah seni campur sari, ada seni wayang kulit seni wayang orang, dan lain-lain. Yang mengandung seni kita wadahi semua," tegasnya.
