Kisah Ketua PWNU Banten KH Bunyamin Hafidz dalam Berkhidmat: Harus Ada Niat Ikhlas dan Ketulusan

17 Oktober 2023, 14:40 WIB
Ketua PWNU Banten, KH Bunyamin Hafidz /ZONABANTEN/Rahman Wahid

ZONABANTEN.com – Ketua PWNU Banten, KH Bunyamin Hafidz membagikan pengalaman tak terlupakan dalam pengabdiannya kepada Nahdlatul Ulama, Senin, 16 Oktober 2023.

Ditemui tim ZONABANTEN.com di kantornya, Gedung PWNU Banten, Kota Serang, KH Bunyamin menceritakan kisah saat belum genap setahun menjabat sebagai Ketua PWNU Banten.

Kala itu pada tahun 2019, dirinya harus melaksanakan tradisi Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) yang kala itu dilaksanakan di Kota Tangerang.

Baca Juga: Rekam Jejak Khidmat Ketua PWNU Banten KH Bunyamin Hafidz untuk Nahdlatul Ulama, Sudah Lebih Dari 20 Tahun

“Iya, rada sedih, ketika di 2019, itu ada harlah NU,” kata KH Bunyamin memulai ceritanya.

“Melaksanakan kita harlah dimana, di kota tangerang, ketika itu, ada yang menjanjikan membantu mobilisasi massa, sedangkan kita sudah menyiapkan tenda kurang lebih untuk 12 tibu orang, bahkan 20 ribu orang,” katanya bercerita.

Ternyata, pelaksanaan mobilisasi massa tersebut tidak berjalan sesuai rencana. Pasalnya, orang yang menjanjikan mobilisasi massa justru tidak memenuhi janjinya.

“Kan nggak sedikit, memerlukan biaya dan segala macam, akomodasi dan lain lain, tapi ternyata itu yang menjanjikan tidak mensupport untuk pengerahan massa,” ungkapnya.

Karena sudah terlanjur menyiapkan kegiatan dengan skala besar, akhirnya beliau harus memutar otak untuk menutupi kekurangan tersebut.

“Sehingga ketika itu 2019 tuh saya sebenarnya mau merenovasi rumah, kebetulan saya sudah ada uang di lemari, bahkan ada yang buluk-buluk lah udah ada yang bau-bau buluk, karena saya nggak taruh di bank,” ungkap beliau.

Baca Juga: Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Digelar, Bawaslu Kota Serang Gandeng Media Massa Awasi Pemilu 2024

Akhirnya, beliau memutuskan untuk menggunakan uang tersebut untuk menutupi dana kegiatan, bahkan tanpa sepengetahuan keluarganya sekalipun.

“Ketika itu, yang akhirnya tanpa sepengetahuan keluarga pun, karena kebutuhan mendesak, krtika ituharlah mau tidak mau mengeluarkan uang, akhirnya uang yang untuk membangun rumah habis dipakai untuk kegiatan harlah,” tuturnya.

“Karena ketika itu, PWNU memang ada anggaran, 124 juta, tapi habisnya itu 786 juta 3 ratus ribu,” lanjutnya.

“Otomatis dengan waktu kamis jumat sabtu, kita haru cari duit, daripda cari cari nggak ada udah yang ada.”

Baca Juga: Prediksi Venezuela vs Chile di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona CONMEBOL, Pertarungan Papan Tengah Klasemen

KH Bunyamin baru bercerita penggunaan uang tersebut kepada keluarganya seminggu kemudian. Padahal, menurutnya, saat itu sang anak sudah membagikan posisi dan tempat untuk kamarnya.

“Akhirnya setelah selesai, seminggu kemudian saya baru cerita sama keluarga, sama istri, bangun rumah belum jadi, padahal anak saya, sudah menunjukkan ini teteh bakal disini, kamar bakal disisni, ini yang disini,” ungkapnya.

“Saya sampaikan ke keluarga dan itu, alhamdulillah semua juga menerima tidak ada yang protes.”

Beliau beranggapan, untuk berkhidmat selalu harus ada perjuangan dan pengorbanan termasuk di Nahdlatul Ulama (NU).

“Ya sudah namanya juga berkhidmat, namanya juga kita berjuang, harus ada pengorbanan, nah disitu, ada suka dan dukanya di NU.”

Namun ternyata, setelah semua pengorbanan tersebut dibayar lunas oleh Allah SWT.

“Tapi Alhamdulillah, kalau memang sudah saatnya, tanpa diduga, kemarin Allah pun secara mendadak, saya secara mendadak, ada lah, seorang sahabat saya yang sudah puluan tahun, memang orang itu dari nol sekarang sudah jadi pengusaha besar, sehingga saya cerita saya mau bangun rumah, saya mau nikahin, dan merenovasi rumah, akhirnya beliau mensupport, yaudah akhirnya saya sampai selesai itu saya diksaih uang setiap minggu terus buat gajian, buat bayar tukang, buat apa,” ungkapnya.

“Dan Alhamdulillah selesai lah tuh, itu ternyata kalau sudah waktunya mah ada aja Allah kasih jalan,” lanjutnya.

Lebih lanjut, KH Bunyamin Hafidz juga bercerita tentang dirinya yang sering jadi doktor alias mondok di kantor atau menginap dan tidur di kantor PWNU Banten.

“Disitulah apa namanya, keberanian saya, Karena di NU niat berkhidmat, saya tidak punya apa apa, saya niat berkhidmat makanya ya kadang sering jadi doktor, mondok di kantor,” ujarnya.

Selain itu, beliau juga berpesan, untuk berkhidmat di NU ataupun melakukan apapun harus ada niat yang ikhlas disertai dengan ketulusan.

“Nah ini juga kalau memang di NU ini ga punya niat yang kuat, niat yang ikhlas, tidak ada ketulusan saya yakin ini pwnu nggak bisa jalan,” ujarnya.

“Kenapa? Nggak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk operasional di PWNU ini.”

Beliau memberi contoh untuk operasional PWNU Banten yang didapatkan dari dana hibah.

Baca Juga: Kisah Ketua PWNU Banten KH Bunyamin Hafidz dalam Berkhidmat: Harus Ada Niat Ikhlas dan Ketulusan

Namun menurutnya, dana hibah yang diberikan setiap 2 tahun itu hanya cukup untuk 1 tahun dan 1 tahun kemudian harus kembali mencari dana operasional dari tempat lain.

“Tapi ya alhamdulilah selama saya menjadi ketua pwnu banten ini, alhamdulillah sampai bulan ini nggak pernah ada oh bulan ini anak anak yang kerja nggak ada gajian, alhamdulillah selalu ada aja, Allah kasih jalan,” ungkapnya.

KH Bunyamin Hafidz kemudian mengingat perkataan dari KH Said Aqil Siradj bahwa jangan takut untuk mengurusi NU.

“Ingat saya omongan Buya Said, kata beliau, jangan takut ngurusi NU, nanti Allah yang kasih jalan, nah ini yang jadi kekuatan bagi diri saya untuk berkhidmat di NU,” tutupnya.***

Editor: Rahman Wahid

Tags

Terkini

Terpopuler