Agnez Monica dan Menjadi Minoritas di Indonesia, Oleh: Jimmy Hitipeuw*

- 11 Mei 2020, 09:30 WIB
AGNEZ Mo saat berlibur di Bali beberapa waktu lalu.*
AGNEZ Mo saat berlibur di Bali beberapa waktu lalu.* /Instagram @agnezmo/

Dengan konsep memberi untuk kemajuan bangsa, segala perangai negatif seharusnya tidak terlihat lagi, mulai dari tindak korupsi, radikalisme, hingga berbagai sikap kebencian bernuansa SARA.

“Ask not what your country can do for you – ask what you can do for your country.” Pernyataan historis ini disampaikan oleh John F. Kennedy dalam acara pelantikannya sebagai Presiden ke-35 Amerika Serikat pada 20 Januari 1961.

Pernyataan ini disampaikan oleh John F. Kennedy untuk mengajak bangsanya terutama kaum muda agar lebih memikirkan apa yang dapat dikontribusikan kepada negara ketimbang menuntut apa yang diberikan oleh negara terhadap mereka.

Baca Juga: Coba Kabur Dari Patroli PSBB,Pemotor Tabrak Polisi Hingga Patah Tulang

Yang menarik adalah pertanyaan kenapa pernyataan tersebut justru mendunia. Jawaban sederhananya adalah pernyataan ini tidak ditujukan pada apa latar belakang kita, baik dari golongan minoritas maupun maupun mayoritas, tetapi pada apa kontribusi terbesar yang dapat kita sumbangkan bagi negara, tanpa mengenal dari mana kita berasal.

Pandangan ini yang seharusnya menjadi tolok ukur saat kita menilai permasalahan yang sepekan terakhir tertuju pada penyanyi Agnez Monica. Tanpa berupaya mendukungnya karena memang bukan salah satu penggemarnya, saya lebih tertarik pada apa yang dapat dilakukannya untuk mengharumkan nama Indonesia tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional.

Baca Juga: Pemotor Lawan Petugas,dan Berkelahi dengan Relawan Di Pos PSBB Jonggol

Secara utuh percakapan dalam program wawancara Build Series, Agnez memaparkan fakta tentang darah keturunan yang dimilikinya. Tetapi, dalam wawancara itu pula, Agnez terlihat justru menyampaikan pesan semangat nasionalisme yang tidak pudar dengan menjadi bagian minoritas di Indonesia.

Banyak yang tidak menyadari apabila mereka yang menjadi minoritas di Indonesia terkadang justru menemui hambatan besar saat mereka ingin mengibarkan bendera Indonesia di mata masyarakat dunia. Sikap diskriminatif yang sempat ditunjukkan oleh pemerintahan Orde Baru dan beberapa tahun setelah tumbangnya rezim ini dialami oleh atlit bulu tangkis Tan Joe Hok hingga Susi Susanti dan suaminya Alan Budikusuma.

Juara All England 1959, Tan Joe Hok, sempat mengaku sikap diskriminatif yang ditunjukkan pemerintahan Orde Baru adalah saat dirinya diminta untuk mengganti namanya dan melepaskan unsur Tionghoa dalam namanya.

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x