Marsinah dan Potret Hak Asasi Kita, Oleh : Savic Ali*.

- 9 Mei 2020, 23:41 WIB
Savic Ali, Aktivis 98, Saat Ini Aktif sebagai Direktur NU Online
Savic Ali, Aktivis 98, Saat Ini Aktif sebagai Direktur NU Online /

Tanggal 8 Mei, 27 tahun lalu, seorang buruh perempuan meninggal karena penyiksaan aparat terhadapnya. Protes-protesnya bukan hanya dianggap membahayakan tempat ia bekerja, tapi dianggap bisa membahayakan negara.

Umurnya masih muda, 24 tahun. Sejak kecil ia telah ditinggal oleh ibunya, yang meninggal, juga ayahnya, yang pergi entah ke mana. Bersama neneknya ia menghabiskan masa remajanya.

Baca Juga: Beredar Video Youtuber Prank Sembako Kena Pelonco Dalam Tahanan

Sebagai piatu, ia dikenal anak yang rajin, juga cerdas. Beberapa kali ia juara kelas. Namun prestasi di sekolah dasar tak mampu membuatnya menikmati jenjang perkuliahan. Kemiskinan yang deritanya membuatnya harus mencari kerja selepas lulus SMA. Kuliah di IKIP, yang menjadi mimpinya, pun sirna.

Namun tekadnya untuk maju tak bisa dihalangi. Ia bekerja sambil kursus komputer dan bahasa Inggris. Pertama di Surabaya, yang berjarak kurang lebih 120 kilometer dari kampungnya, Desa Gondang, Nganjuk, Jawa Timur, lalu setahun berikutnya pindah ke Porong, Sidoarjo, yang sebagian kawasannya sekarang tenggelam oleh lumpur Lapindo. Merantau ke kota ditempuhnya agar bisa berkembang dan mandiri, sehingga bisa membantu kehidupan neneknya yang telah membesarkannya sejak kecil.

Baca Juga: Ada Apakah Ini ? Sule Pamit Mundur Dari Dunia Entertainment?

Sebagaimana hidup yang ia jalani waktu kecil, kehidupan menjadi buruh pun tak mudah. Gaji pokoknya, waktu itu tahun 1993, hanya Rp 1700 per hari. Maka ketika ada edaran Gubernur Jawa Timur bahwa gaji pokok buruh dinaikkan menjadi Rp 2.250, ia dan buruh-buruh lainnya pun gembira.

Namun perusahaan tempat ia bekerja tak lantas menaikkan upahnya. Sontak buruh pun protes, demo. Ia pun ikut serta. Meski bukan sebagai penggerak utama, ia cukup aktif ikut rapat dengan kawan-kawan organizer-nya.

Baca Juga: Abah Tono Minta Maaf Karena Telah Merepotkan, Begini Pengakuannya

Ketika sejumlah kawannya ditangkap oleh aparat, ia pun menengoknya. Namun setelah itu, nasibnya tak diketahui. Setelah tiga hari, mayatnya ditemukan tergeletak di sebuah gubuk persawahan dengan luka lebam di sekujur tubuh tanda bekas penganiayaan, dan, maaf, bagian pinggul dan rahimnya luka parah yang dicurigai berasal dari tusukan benda keras.

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Facebook Bella Irana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x