Tawur Kesanga
Rangkaian selanjutnya yang dilanjutkan dengan Tawur Kesanga atau Mecaru. Tawur memiliki arti dalam bahasa Jawa sama dengan saur, dalam bahasa Indonesia berarti melunasi hutang. Di setiap catus pata (perempatan) desa atau pemukiman mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan. Tradisi ini biasanya dilaksanakan H-1 sebelum perayaan Nyepi.
Tawur Kesanga identik dengan festival pawai ogoh-ogoh. Bagi masyarakat Hindu Bali, ogoh-ogoh merupakan representasi dari sifat buruk dan jahat manusia. Karena itu, pada akhir perayaan ogoh-ogoh akan dibakar sebagai simbol pembersihan sifat jahat manusia yang dilenyapkan dalam ritual Nyepi.
Baca Juga: 3 Resep Sahur dan Buka Puasa yang Mudah di Bulan Ramadan, Anak Kos Wajib Coba
Upacara Ngembak Geni
Perayaan hari raya nyepi kembali dilanjutkan dengan upacara ngembak geni, dimana masyarakat akan berkunjung ke rumah sanak saudara atau melakukan dharma santi (pertemuan untuk saling memaafkan kesalahan masing-masing dan berjanji untuk tidak membuat kesalahan lagi di kemudian hari). Penutup rangkaian nyepi ini menjadi pertanda untuk memulai lembaran baru dengan hati yang bersih.
Para pemuda juga akan melakukan omed-omedan usai tradisi Ngembak Geni. Festival saling cium ini dilakukan untuk mempererat keakraban antar umat Hindu.
Menghanturkan Bhakti atau Pemujaan
Setelah itu perayaan berikutnya adalah menghanturkan bhakti atau pemujaan. Kegiatan ini dilakukan di balai agung atau pura desa di setiap desa pakraman (desa adat di bali), setelah kembali dari mekiyis. Mekiyis sendiri bisa diartikan sebagai kegiatan kepercayaan Hindu untuk membersihkan badan dan jiwa, melebur noda, dan memuliakan Tuhan.
Baca Juga: Jalan Rusak, Kepala Desa Gugat Inspektorat Pemda 16 Miliar