ZONABANTEN.com - Wiji Thukul adalah seorang penyair yang pernah hidup di mana ketidakadilan menggerogoti politik negara.
Sebagai penyair, Wiji Thukul terpanggil untuk membela keadilan dengan senjata puisi-puisi yang pernah Ia buat.
Maka tak heran jika puisi Wiji Tukul selalu bernada kritis dan tajam untuk mengganggu kenyamanan elit politik kala itu.
Baca Juga: Kumpulan Puisi dari Berbagai Tema
Meski jasad Wiji Thukul tidak pernah ditemukan, tetapi puisi-puisinya tetap abadi untuk mengingatkan kita akan sejarah kelam itu.
Berikut beberapa puisi Wiji Thukul yang mewakili perjuangan melawan penindasan:
1. Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu
Apa guna punya ilmu
Kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Di mana-mana moncong senjata
Berdiri gagah
Kongkalikong
Dengan kaum cukong
Di desa-desa
Rakyat dipaksa
Menjual tanah
Tapi, tapi, tapi, tapi
Dengan harga murah
Apa guna banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Baca Juga: Mitos atau Fakta, Ibu Hamil yang Konsumsi Air Kelapa, Bisa Buat Kulit Bayinya Putih saat Lahir?
2. Peringatan
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gasat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
Baca Juga: Waspada, Sering Mengeluh di Media Sosial Bisa Akibatkan Ini!
3. Bunga dan Tembok
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun - tirani harus tumbang!
4. Monumen Bambu Runcing
Monumen bambu runcing
Di tengah kota
Menuding dan berteriak merdeka
Di kakinya tak jemu juga
Pedagang kaki lima berderet-deret
Walau berulang-ulang
Dihalau petugas ketertiban
5. Nyanyian Akar Rumput
Jalan raya dilebarkan
Kami terusir
Mendirikan kampung
Digusur
Kami pindah-pindah
Menempel di tembok-tembok
Dicabut
Terbuang
Kami rumput
Butuh tanah
Dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!
Baca Juga: Wajib Tahu! Ini Jenis Masker Paling Baik untuk Mencegah Paparan Omicron
Demikianlah beberapa puisi Wiji Tukul yang menjadi senjatanya melawan ketidakadilan. Semoga puisi ini dapat menjadi peringatan bagi pemimpin di masa depan.***
Artikel ini juga bisa anda baca di Haloyoutuh.pikiran-rakyat.com dengan judul 10 Puisi Wiji Thukul, Simbol Perlawanan yang Tak Lekang oleh Waktu