Kemenkes Siap Mengejar Penurunan Angka Stunting Hingga 14% di Tahun 2024

30 Januari 2023, 07:29 WIB
/Kemenkes

 

ZONABANTEN.com – Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, MPH menjelaskan bahwa penurunan prevalensi stunting dapat dipengaruhi oleh 4 masalah gizi, yaitu, weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk.

''Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya,'' jelasnya.

Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Tetapi dalam pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan. Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.

Lebih lanjut Dirjen Endang menjelaskan, gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.

 Baca Juga: Daihatsu Gran Max Hadapi Penantang Baru dari China, Wuling Formo Max, Begini Perbandingan Spesifikasinya

''Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting,'' tandasnya.

Dalam rangka untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia, pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan. Pemerintah juga akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.

''Jadi kita sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten/kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak,'' terang Dirjen Endang.

Program pemberian makanan tambahan tersebut dengan pangan lokal tersebut akan disajikan siap santap oleh Posyandu dan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya seperti protein hingga kebutuhan gizi yang lain.

Program tersebut dilakukan di 16 kabupaten/kota yang berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan. Sisanya mulai tahun 2023 diperluas ke 389 kabupaten/kota, dalam rangka mengejar penurunan angka stunting hingga 14% di tahun 2024.

 Baca Juga: Ahli Toksikologi UNAIR Sebut Tembakau Alternatif Memiliki Risiko Lebih Rendah Dibanding Rokok

Sejumlah faktor yang mempengaruhi adanya penurunan stunting antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani dan konseling gizi.

Oleh karena itu pemberian konseling dan edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak juga tidak kalah penting dari pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.

Pada tahun 2022 ada peningkatan proporsi yaitu inisiasi menyusui dini menjadi 60,1% dari yang sebelumnya 47,2% di tahun 2021. Anak yang diberi ASI jadi 96,4% tahun 2022 dari yang sebelumnya 73,5% di tahun 2021.

Pemberian sumber protein hewani menjadi 69,9% tahun 2022 dari yang sebelumnya 35,5% tahun 2021, dan konseling gizi 32% tahun 2022 dari sebelumnya 21,5% tahun 2021.

Pemerintah memiliki 11 intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6 sampai 23 bulan. Sebelum lahir meliputi remaja putri konsumsi tablet tambah darah. Selanjutnya, skrining anemia pada siswa kelas 7 dan 10. Pemeriksaan kehamilan (ANC) sebanyak 6 kali (2 kali dengan dokter termasuk pemeriksaan USG).

''Pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting,'' pungkas Dirjen Endang.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Kemenkes

Tags

Terkini

Terpopuler