Biografi Singkat Raden Ajeng Kartini, Pelopor Emansipasi Wanita di Indonesia

21 April 2022, 12:33 WIB
Biografi singkat seorang pelopor emansipasi wanita di Indonesia, Raden Ajeng Kartini /AkuPaham/YouTube

ZONABANTEN.com - Raden Ajeng Kartini ialah salah seorang pahlawan atau pelopor emansipasi wanita di Indonesia.

Dilansir dari kanal YouTube AkuPaham, Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879.

Ayah dari Kartini merupakan seorang Bupati Jepara pada saat itu.

Terlahir dari keluarga terpandang, Kartini pernah menempuh pendidikan di sekolah elit Belanda, Europeesche Lagere School (ELS).

Baca Juga: Hari Kartini 2022, Rayakan Perjuangan Pahlawan Wanita Ini dengan 10 Link Twibbon Berikut

Namun, pada usia 12 tahun, ayahnya melarang Kartini untuk melanjutkan sekolah, karena usianya suduh cukup untuk dipingit menurut adat saat itu.

Sejak saat itu, Kartini menghabiskan waktunya di rumah dan mulai menulis surat untuk sahabatnya yang berasal dari Belanda, Rosa Abendanon.

Berkat pendidikan yang didapat, Kartini fasih berbahasa Belanda di saat sebagian besar wanita pribumi tidak bisa berbahasa Belanda.

Tak hanya itu, Kartini juga mengirim tulisannya ke majalah wanita Belanda, "De Hollandsche Lelie", dan mulai membaca koran Eropa serta buku-buku berbahasa Belanda.

Baca Juga: Konflik Rusia Ukraina Berlanjut, Zelensky: Beri Kami Lebih Banyak Senjata untuk Memenangkan Perang Ini

Kartini juga pernah memperkenalkan ukiran karya pengrajin Jepara ke Eropa, tepatnya Pameran Nasional Karya Wanita di Den Haag pada tahun 1898.

Setahun setelahnya, Kartini membangun bengkel ukir di belakang pendopo kabupaten dan menerima pesanan dari Belanda dan negara lainnya.

Di usianya yang ke 24 tahun, Kartini dipaksa menikah dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, pada 12 November 1903.

Meski pernikahannya dikatakan terpaksa, namun suami Kartini mendukungnya bersama Roekmini (adik Kartini) untuk mendirikan sekolah untuk anak-anak gadis di pendopo pada tahun 1903.

Nantinya, anak-anak gadis akan diajarkan keterampilan membaca, menulis, kerajinan tangan, dan menggambar di sekolah itu.

Kartini melahirkan seorang anak laki-laki pada 13 September 1904, bernama Soesalit Djojoadhiningrat.

Baca Juga: Menjelang Lebaran 2022, PT KAI Menambahkan Daftar Perjalanan

Sayangnya, empat hari setelah melahirkan putra kesayangannya, tepatnya 17 September 1904, Kartini wafat di usia 25 tahun.

Setelah Kartini meninggal, Abendanon mengumpulkan surat-surat yang pernah dikirimkan oleh Kartini dan pada tahun 1911.

Sahabat Kartini yang berasal dari Belanda tersebut membukukannya dalam bahasa Belanda, "Door Duisternis tot Licht", yang artinya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".

Baca Juga: Invasi Rusia Belum Kelar-kelar, Ukraina Tawarkan Adakan Perundingan di Mariupol

Pada 30 Maret 1975 Museum Kartini didirikan di Jepara, yang berisikan benda-benda peninggalan Kartini dan warisan budaya.

Kartini ditetapkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Presiden Soekarno pada 2 Mei 1964.

Lalu untuk mengenang jasanya, setiap tanggal 21 April rakyat Indonesia selalu memperingati Hari Kartini.***

Editor: Bunga Angeli

Tags

Terkini

Terpopuler