Hukum Memberikan dan Menerima Pujian dalam Islam, Perhatikan Agar Tidak Terlalu Berlebihan!

- 11 Februari 2022, 15:13 WIB
Hukum Memberikan dan Menerima Pujian dalam Islam, Perhatikan Agar Tidak Terlalu Berlebihan!
Hukum Memberikan dan Menerima Pujian dalam Islam, Perhatikan Agar Tidak Terlalu Berlebihan! /Pixabay

ZONABANTEN.com - Pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk dipuji orang lain, terlebih jika telah melakukan kebaikan atau baru saja dapat meraih suatu keberhasilan.

Manusia juga suka memberikan pujian kepada kebaikan atau keberhasilan orang lain, namun pujian tidak selalu tulus dan ada kalanya orang memberikan pujian dengan maksud tersembunyi dengan tujuan tidak baik.

Dapat dikatakan bahwa pujian bagaikan madu dan racun. Akan terasa manis di mulut jika diucapkan, namun dapat mengandung racun yang akan membuat penerimanya menjadi riya', sombong, angkuh atau terkena penyakit hati lainnya.

Baca Juga: Surat Al-Infithar Ayat 1-9 Tulisan Arab Beserta Artinya

Perilaku sombong menurut islam, yang diakibatkan oleh pujian secara berlebihan akan menjadikan seseorang takabur dan menghilangkan amalan saleh.

Dalam Islam diperbolehkan seorang Muslim memberikan sebuah pujian kepada orang lain. Memberikan pujian dapat dikatakan sebagai hal baik, jika pujian tersebut memang ditujukan dalam memuji kebaikan orang lain, yang memang ada pada dirinya.

Namun jika memberikan pujian yang tidak benar-benar diperbuat, maka hal inilah yang dilarang. Seperti firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran ayat 188, yaitu:

لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَفْرَحُوْنَ بِمَآ اَتَوْا وَّيُحِبُّوْنَ اَنْ يُّحْمَدُوْا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوْا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِّنَ الْعَذَابِۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

"Janganlah sekali-kali kamu, menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan, dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, jangalah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih." (QS. Ali Imran : 188).

Baca Juga: Luar Biasa! Lakukan Dzikir Ini Maka 37.000 Malaikat Berebut Mencatatnya

Islam sangat melarang memberikan pujian secara berlebihan di hadapannya langsung, terutama jika yang menerima menjadi terlalu senang akan pujian tersebut. Dalam Islam, memberikan pujian secara langsung sama halnya seperti menyembelih leher orang tersebut.

Rasulullah SAW pun bersabda, setelah mendengar cerita Abu Bakrah tentang seorang pria di hadapan SAW, lalu mendapatkan pujian dari para hadirin yang datang.

"Celaka engkau, engkau telah memotong leher temanmu (berulang kali beliau mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang diantara kalian terpaksa atau harus memuji, maka ucapkanlah 'Saya kira si fulan demikian kondisinya.' jika dia menganggapnya demikian. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah dan janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah." (H.R Bukhari).

Baca Juga: Stop! Jangan Jadikan Angka Timbangan Sebagai Patokan Berat Badan Normal

Memuji orang lain secara berlebihan, sama halnya seperti mematahkan punggung orang yang dipuji. Abu Musa berkata, "Rasulullah SAW seorang pria berlebih-lebihan dalam memuji seseorang. Rasulullah pun bersabda 'Kalian telah membinasakan atau mematahkan punggung orang itu.' (H.R Bukhari)."

Seumpama ada yang memberikan pujian, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyiramkan (pasir) ke wajah orang-orang yang memberikan pujian tersebut. Dari Abu Ma'mar, ia berkata "Ada seorang pria berdiri memuji salah seorang gubernur. Miqdad (Ibnul Aswad) lalu menyiramkan pasir kepadanya dan berkata, 'Kami diperintahkan oleh Rasulullah SAW, untuk menyiramkan pasir ke wajah orang-orang yang memuji.' (H.R Muslim)."

Cara agar terhindar dari penyakit hati atau terhindar ujub dalam Islam, karena dipuji oleh orang lain adalah dengan berdoa. Hal inilah yang selalu dilakukan oleh Abu Bakr Ash Shidiq, saat ada yang memujinya.

Baca Juga: 10 Kegiatan Seru dan Edukatif di Rumah Saja Untuk Anak, Belajar Sambil Bermain

اَللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى، وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ، وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ، وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Latinnya: ALLAHUMMA ANTA A’LAMU MINNI BI NAFSIY, WA ANAA A’LAMU BI NAFSII MINHUM. ALLAHUMMAJ ’ALNIY KHOIROM MIMMAA YAZHUNNUUN, WAGH-FIRLIY MAA LAA YA’LAMUUN, WA LAA TU-AKHIDZNIY BIMAA YAQUULUUN.

Yang artinya, "Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka." (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi).

Artikel ini telah tayang sebelumnya di Pikiran Rakyat.com dengan judul Hukum Memuji Orang Lain dan Gila Sanjungan dalam Islam***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x